Cinta merupakan anugerah terindah dari Sang Maha Pencipta yang ditujukan kepada umat manusia di muka bumi ini. Tanpa cinta, hidup akan terasa hambar, tanpa makna. Karena rasa cinta, kita jadi memiliki rasa saling menyayangi satu sama lain.
Bicara soal cinta, memang tak habis-habisnya. Namun, cinta yang paling sejati, paling hakiki adalah cinta yang kita tujukan kepada Tuhan. Bukti paling nyata kalau kita mencintai Tuhan adalah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Inilah hakikat cinta yang membahagiakan.
BACA JUGA: 5 Pelajaran Hidup dari Drakor Dr. Romantic, Tidak Hanya Tentang Dunia Medis
Kita bisa belajar cara memahami hakikat cinta kepada para ulama terdahulu. Ulama yang dikenal memiliki kecintaan yeng begitu besar kepada Allah Swt. Mereka adalah sosok-sosok hebat yang seyogianya kita teladani bersama.
“Pesan-Pesan Cinta Ulama Klasik Dunia” merupakan salah satu buku yang membahas cinta, terbitan Araska (2020) buah karya Muhammad Muhibbuddin. Buku ini menyajikan secara khusus pesan-pesan cinta para ulama klasik yang masyhur bukan hanya di zamannya, tetapi menjadi panutan semua orang sampai zaman sekarang. Kitab-kitab cinta mereka bukan hanya menjadi teladan bagi umat Islam, tetapi juga menjadi teladan umat lainnya.
BACA JUGA: Ulasan Buku "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?" Karya Hamsad Rangkuti
Rabiah Al Adawiyah adalah salah satu ulama klasik yang dibahas dalam buku ini. Namanya begitu harum hingga sekarang. Ia dikenal dalam belantara sufi karena pemikiran-pemikiran cintanya pada Tuhan. Cinta yang dimaksudkan olehnya ini bukanlah cinta picisan, bukan cinta yang berbalut hawa nafsu sebagaimana yang dialami oleh anak-anak remaja.
Cinta yang dialami oleh Rabiah adalah cinta yang bersifat spiritual, yang mengantarkan seseorang pada realitas puncak (the ultimate reality), Allah Swt. Cinta yang tumbuh subur dalam jiwa Rabiah adalah cinta yang hanya bersumber dari dan untuk Tuhan. Hanya Allah yang menurutnya layak untuk dicintai, selain Allah adalah dusta (hlm. 17).
BACA JUGA: Ulasan Buku Lelaki Buta Melihat Kabah: Cerita Haji dari Berbagai Sisi
Ulama klasik berikutnya yang dikisahkan dalam buku ini adalah Ibrahim bin Adham. Sufi satu ini merupakan seorang raja, namun lebih memilih hidup asketik. Kemegahan dan kemewahan kehidupan istana tak membuat hatinya silau. Karenanya, hati dan atensinya tetap terpaut kuat pada Allah.
Rasa cinta yang dirasakan Ibrahim bin Adham kepada Allah jauh melebihi cintanya pada takhta dan kekuasaannya. Kisah pertobatannya merupakan salah satu momen yang paling banyak diperbincangkan dalam kisah-kisah sufi, hal ini terutama terkait dengan dirinya sebagai seorang pangeran yang meninggalkan takhtanya dan memilih menjalani kehidupan asketisme, sehingga, kata Arberry, hampir mirip dengan kisah Buddha Gautama (hlm. 50).
Terbitnya buku “Pesan-Pesan Cinta Ulama Klasik Dunia” karya Muhammad Muhibbuddin ini dapat dijadikan sebagai bacaan menarik di bulan suci Ramadan ini. Harapannya, lewat buku ini, pembaca dapat memahami hakikat cinta sejati.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS