Review 'Hitam Putih Syekh Siti Jenar', Menyorot Sosok Kontroversial

Candra Kartiko | Sam Edy
Review 'Hitam Putih Syekh Siti Jenar', Menyorot Sosok Kontroversial
Ilustrasi Buku “Hitam Putih Syekh Siti Jenar”. (Dokumen pribadi/samedy)

Syekh Siti Jenar adalah sosok yang begitu fenomenal. Di kalangan umat Islam ia dikenal sebagai sosok yang memiliki ajaran nyeleneh, dan dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.

Menurut pandangan saya, untuk mengetahui siapa sosok Syekh Siti Jenar yang sebenarnya beserta ajaran-ajarannya, kita perlu menyimak kisah hidupnya, mulai dari kecil hingga akhirnya ia memiliki pemikiran atau pandangan beragama yang berbeda dari mayoritas umat Islam.

Buku berjudul “Hitam Putih Syekh Siti Jenar” karya Gugun El Guyanie yang diterbitkan oleh penerbit Araska (2019) ini bisa dijadikan sebagai sumber rujukan, guna mengetahui siapa sebenarnya Syekh Siti Jenar sebenarnya berikut sepak terjangnya semasa hidupnya.

BACA JUGA: Review Buku 'Bahagia, Berbagi dalam Keberagaman', Kisah Pahlawan Kehidupan

Dalam buku ini dijelaskan, Syekh Siti Jenar bukanlah sosok fiktif atau mitologis. Ia benar-benar ada dalam sejarah. Jejak-jejak historisnya bisa dilacak dalam berbagai sumber. Termasuk dalam naskah-naskah babad. Memang harus diakui bahwa sosok Syekh Siti Jenar dalam catatan sejarahnya masih menimbulkan kontroversi—pro dan kontra—termasuk soal kematiannya. Soal kematiannya ini, sebagian sumber menyatakan bahwa ia meninggal karena moksa setelah “digeruduk” oleh para wali utusan dari Demak. Namun tak sedikit juga yang mengisahkan ia mati karena dieksekusi oleh Wali Sanga atas titah Kesultanan Demak. 

Yang jelas, kematian Syekh Siti Jenar sangat terkait dengan hukuman mati yang ditimpakan kepadanya karena dianggap menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang kontroversial (hlm. 4).

Syekh Siti Jenar memiliki pandangan bahwa jiwa merupakan puncak tertinggi dari fakultas manusia. Jiwa atau sukma adalah ranah rohani yang menjadi perantara bagi seorang hamba untuk bersatu (manunggal) dengan Tuhannya. Dari ajarannya soal jiwa ini, kita juga menjadi tahu bahwa kemanunggalan antara kawula-Gusti yang diintrodusir oleh Syekh Siti Jenar sesungguhnya kemanunggalan yang bersifat rohani atau spiritual, dan bukan fisik. Sebab, dilihat dari kualitasnya, fisik merupakan aspek yang sifatnya jangka pendek, mudah rusak dan membusuk sehingga tidak abadi. Sementara itu, jiwa atau rohani merupakan sisi kehidupan yang abadi, tidak akan mengalami kerusakan atau apalagi pemusnahan (hlm. 175-176).

BACA JUGA: Ulasan Buku Pendekar UKM, Usaha Kecil Miliaran: Kisah Inspiratif Pebisnis Sukses

Di antara ajaran dari Syekh Siti Jenar yang menarik disimak dan renungi bersama, terkait dengan ego manusia. Kita tentu tahu bahwa manusia yang egonya tinggi, biasanya akan semaunya sendiri dan tidak memiliki kepekaan sosial. 

Syekh Siti Jenar sesungguhnya sangat mengecam bagi seseorang yang bertindak egois. Syekh Siti Jenar melarang seseorang berbuat egois termasuk dalam hal beragama. Di masa hidupnya Syekh Siti Jenar melarang keras untuk merusak ikatan sosial masyarakat demi kepentingan pribadi; seseorang atau sekelompok orang yang sudah berperilaku baik, sudah hidup rukun dengan sesama, tidak boleh dikatakan kafir atau murtad hanya karena belum melaksanakan syariat formal dalam Islam (Chodjim, 2002: 63-64).

Kisah tentang Syekh Siti Jenar yang begitu fenomenal bisa dibaca langsung dalam buku karya Gugun El Guyanie ini. Semoga kita bisa mengambil sisi-sisi baik dari sosok Syekh Siti Jenar dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik darinya. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak