Ulasan Novel Pantomime: Kisah Atlanta yang Putus Asa dan Asteria yang Bertahan

Ayu Nabila | Yuasa Hiromy
Ulasan Novel Pantomime: Kisah Atlanta yang Putus Asa dan Asteria yang Bertahan
Ilustrasi cover novel Pantomime (Gramedia Digital)

Identitas Buku

Judul: Pantomime

Penulis: Sayyidatul Imamah

Penerbit: Bhuana Sastra

Jumlah Halaman: 265

Blurb

Menurut Atlanta, hari yang dia punya tinggal 18 hari lagi.

Menurut Asteria, tidak ada hari untuknya.

Dan, menurut mereka berdua, hidup mereka seperti Pantomimer. Bersembunyi dalam topeng, dan tidak akan pernah ada yang bisa mendengar kata-kata mereka. Kata-kata yang ingin mereka teriakkan sejak lama.

Saat mereka bertemu. Atlanta menyadari kehadiran Asteria, tapi Asteria menunggu kehadiran Atlanta. Pertemuan itu layaknya pertemuan antara embun dan daun.

Ulasan

Pada umur 7 tahun, aku berpikir kenapa aku hidup. Pada umur 17 tahun, aku berpikir untuk mengakhiri hidup.” (Atlanta, Hal. 8)

Novel Pantomime terbitan 2019 karya Sayyidatul Imamah ini mengangkat tema mental illness, sehingga tone berceritanya terasa gelap dan depresi.

Seperti pada blurb-nya, cerita ini mengisahkan tentang dua orang yang bertemu dan terlibat. Kedua tokoh tersebut adalah Atlanta dan Asteria.

Uniknya, sudut pandang yang digunakan penulis adalah POV 3 mutiple narrators, di mana yang menjadi naratornya ada lebih dari satu karakter. Yap, kita disajikan dengan sudut pandang antara Atlanta dan Asteria yang bergantian di setiap babnya.

Bab pertama akan dibuka oleh Atlanta. Melalui pemikiran dan cara pandang Atlanta terhadap dunia, kita jadi tahu bahwa dia sudah menyerah. Dia sudah merencanakan untuk mengakhiri hidupnya dalam 18 hari. Dan seperti ilustrasi yang digambarkan di cover, Atlanta melukai lehernya hingga harus mengenakan penyangga leher. Jadi di sepanjang cerita, dia tidak pernah bicara secara langsung.

Dan pada bab dua, kita berkenalan dengan Asteria. Gadis yang hidupnya keras, kehilangan harapan, tapi dia tetap mencoba bertahan. Asteria yang yatim piatu itu kabur dari tempat tinggal sang bibi yang sering menyiksanya. Hal ini, membuat Asteria terpaksa menginap di rumah teman-temannya secara bergantian. Atau kadang, tinggal di jalanan.

Saat plot cerita terus bergerak maju, kita akan benar-benar merasa betapa gigihnya Asteria untuk bertahan. Sementara Atlanta yang putus asa sangat ingin mengakhiri hidup. Mereka berdua terlihat kontras.

Menjelang bab-bab akhir, kita benar-benar dibawa ke dalam perjalanan rollercoaster. Kita dibuat berharap pada Atlanta untuk melepaskan ide bunuh dirinya. Karena sekarang, Atlanta tidak sendirian. Ada Asteria di sisinya. Mengajaknya berbicara, dan berusaha membuat Atlanta lebih terbuka, juga dia ingin Atlanta tetap bertahan. 

Sayang sekali, saya benar-benar dihempaskan di akhir bab. 

Well, jumlah halaman 200-san terasa sangat pendek karena gaya bercerita penulis yang ringan. Saya benar-benar menikmatinya dan ini merupakan karya kedua dari penulis yang saya baca.

Jadi, jika kalian kebetulan sedang mencari bacaan dengan tema mental illness, kalian bisa mencoba membaca novel Pantomime!

Aku akan bertahan. Aku akan berdiri dengan segala luka yang kupunya. Karena aku tahu luka itu pasti akan sembuh.” (Hal. 112)

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak