Ulasan Buku Kasus Pohon Pemanggil, Mencari Hilangnya Gili dan Vedi

Hayuning Ratri Hapsari | Rie Kusuma
Ulasan Buku Kasus Pohon Pemanggil, Mencari Hilangnya Gili dan Vedi
Ilustrasi buku Kasus Pohon Pemanggil. (Tokopedia)

Liburan sekolah selalu menjadi hal yang dinanti-nantikan setiap anak. Segala rencana untuk mengisi liburan juga pasti telah dipersiapkan. Sayangnya, terkadang apa yang kita sudah susun untuk mengisi liburan tak berjalan sesuai rencana.

Dalam buku seri Creepy Case Club karya Rizal Iwan berjudul Kasus Pohon Pemanggil, terdapat kisah tentang awal liburan yang berantakan. Namun, ternyata ada kejadian yang menarik di balik gagalnya rencana liburan tersebut. Begini ceritanya.

Vedi terpaksa harus liburan di rumah ayahnya di Bogor. Hal itu terjadi, karena sang ibu yang seorang dosen mendadak harus mengikuti konferensi di Manila. Orang tua Vedi memang sudah berpisah. Vedi yang baru duduk di kelas enam SD tak mungkin ditinggalkan sendirian di rumah.

Akhirnya Ibu Vedi mempunyai ide untuk mengajak dua sahabat Vedi, Namira dan Jani, untuk berlibur bersama Vedi di Bogor agar mereka tetap bisa mengisi liburan sesuai dengan yang mereka rencanakan sejak semula.

Vedi dengan berat hati akhirnya mengikuti kemauan sang ibu. Ia tidak pernah akrab dengan ayahnya. Walaupun sang ayah selalu berusaha menjalin kedekatan dengan Vedi, tapi Vedi sengaja memasang sekat di antara mereka.

Hari pertama di rumah Pak Safran, ayah Vedi. Vedi sudah mengalami dua kejadian aneh. Pertama, kemunculan perempuan setengah baya di depan pohon besar yang ada di seberang rumah sang ayah.

Kedua, suara yang memanggil-manggil Vedi dari balik jendela kamar. Esoknya, Namira dan Jani yang mendengar cerita Vedi, mengajak Vedi untuk berusaha memecahkan misteri tersebut.

Penyelidikan mereka mengarahkan ketiganya pada perempuan yang dilihat Vedi di awal tiba di rumah ayahnya. Ternyata ibu tersebut saat itu tengah mencari anaknya yang tiga bulan menghilang.

Ada takhayul di desa tempat tinggal Pak Safran, jika magrib masih bermain di luar maka anak-anak akan diculik setan. Selain itu, terdapat pula takhayul untuk tidak menjawab saat nama kita dipanggil malam-malam, karena sesuatu yang buruk bisa terjadi. Ibu itu yakin, anaknya menghilang karena masih bermain saat hari sudah magrib.

Suatu malam, Vedi menghilang setelah ia nekad menjawab saat namanya kembali dipanggil-panggil. Lalu bagaimana usaha yang dilakukan Pak Safran dan kedua sahabat Vedi untuk menemukannya? Dua anak menghilang, benarkah berhubungan dengan takhayul di desa tersebut?

Membaca novel detektif anak ini, ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Pertama, perpisahan orang tua bisa berdampak buruk pada psikologis anak.

Dalam cerita ini, Vedi tumbuh menjadi anak yang menyimpan kemarahannya pada sang ayah. Ia menyalahkan sang ayah atas perpisahan yang terjadi antara kedua orang tuanya.

Kedua, kita harus menghormati pantangan yang ada di suatu daerah yang baru kita datangi. Meskipun rasanya aneh atau percaya enggak percaya, tapi menuruti pantangan tersebut akan lebih baik daripada sengaja melanggarnya.

Ketiga, sahabat adalah orang-orang yang tak akan pernah pergi meninggalkan kita. Mereka tak akan berputus asa saat yang lain menyerah. Sahabat akan selalu ada di kala kita senang maupun susah.

Keempat, keluarga. Seburuk apa pun hubungan antara orang tua, anak-anak tak akan pernah menjadi mantan anak. Maka, rengkuhlah selalu orang tua kita meskipun mereka telah dipisahkan oleh sebuah perceraian.  

Masih banyak keseruan di serial tiga detektif cilik, Creepy Case Club terbitan Gramedia Pustaka Utama (2020) ini. Sangat layak untuk dijadikan koleksi kalian berikutnya karena banyak pembelajaran yang bisa diperoleh. Semoga ulasan ini bermanfaat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak