Eksperimen Faust adalah novel kedua karya Gita Kharisma (setelah Dongeng Binatang, keduanya dipublikasikan Penerbit Kakatua). Novel ini disusun selama kurang lebih lima tahun dan setelah draft-nya selesai, sang penulis menjadikannya sebagai mahar pernikahan. So sweet bukan?
Eksperimen Faust menceritakan obsesi seorang kimiawan muda bernama Faust dalam menciptakan ramuan awet muda. Berbagai percobaan dia lakukan, serangkaian uji coba dia lancarkan. Hasilnya? G-A-G-A-L!
Orang-orang yang dia jadikan 'kelinci percobaan' terpaksa harus menanggung beraneka akibat buruk: wajah mendadak renta, hingga menemui ajal.
Namun, Faust merasa tidak bersalah. Dia beranggapan ramuannya dibuat untuk kemanusiaan, demi kemaslahatan umat manusia. Satu-dua korban, tidak jadi soal (baginya).
Keadaan tambah runyam, ketika dalam salah satu uji coba, Faust justru nekat menenggak ramuan racikannya sendiri. Malang, dalam sekejap, kulit dan tubuhnya mendadak keriput parah. Dia jadi tua bangka seketika.
Merasa kecewa dan malu, Faust pun sengaja menghilangkan diri. Dia mengganti identitas. Namanya diganti jadi: Tan Panama. FYI, nama ini mengingatkan saya pada tokoh-tokoh novel Kita Pergi Hari Ini (Ziggy Zezsyazeoviennazabriskie). Nama-nama tokoh dalam novel Zezsy tersebut: Uda Rasegar, Bota Klicin, dan lain-lain. Tahu di mana kemiripannya dengan nama Tan Panama? Hehehe.
Setelah berganti identitas, Faust yang kini jadi Tan Panama, melanjutkan eksperimennya. Dia dibantu tokoh Aku (sang narator cerita). Alasannya,
"Aku menderita sebuah penyakit keturunan dari orang tuaku, penyakit kronis yang tak terhindarkan akan bertambah parah seiring berjalannya waktu dan orang yang menderita penyakit ini, konon sangat jarang melampaui usia harapan hidup rata-rata manusia. Tapi tak perlu rasanya kusebutkan penyakit yang merupakan aib bagiku itu. Setidaknya kini kau tahu, alasan utamaku membantu eksperimen Tan Panama, betapa aku menginginkan kesembuhan bagi diriku sendiri." (halaman 14).
Kendati telah dibantu tokoh Aku, percobaan Tan Panama, tak kunjung berhasil. Kegagalan demi kegagalan masih bertubi hadir. Puluhan, ratusan orang pun bergelimpangan, terenggut nyawanya, jadi korban uji coba.
Kendati merasa bersalah, Tan Panama selalu mencari pembenaran atas kejahatan yang dia lakukan, "bahwa kalau mengorbankan satu orang artinya dia bertujuan menyelematkan--taruhlah--sejuta orang, dan kalau mengorbankan sepuluh orang artinya dia bertujuan menyelamatkan sepuluh juta orang, dan seterusnya ... bagi orang sains seperti dia, itu hanya soal hitung-hitungan belaka." (halaman 188).
Serangkaian proses meramu dan melakukan uji coba, dibumbui dengan kisah percintaan tokoh Aku dengan teman kuliah, cerita asmara Tan Panama dengan ibu dari pacar Aku. Juga intrik-intrik antara keduanya dengan Polycarpus, orang yang terus mendorong Tan Panama meracik ramuan awet muda. Hingga kemudian, bab akhir cerita ditutup dengan ending yang memedihkan.
Secara umum, novel ini sangat seru dibaca. Isinya membetot rasa penasaran, apa yanh bakal terjadi berikutnya? Cara pengarang bertutur dan memainkan alur, cukup menarik. Coba baca dan buktikan sendiri.