Korea Selatan dikenal dengan budaya serta musiknya yang mendunia. Sayangnya, karya sastra dari Negeri Gingseng ini kurang diminati jika dibandingkan dengan kedua hal tersebut. Padahal, karya sastra Korea Selatan terutama puisi-puisinya memiliki daya tarik tersendiri yang menggambarkan kehidupan masyarakat Korea di luar apa yang biasa ditampilkan di dunia industri.
Salah satu karya sastra berupa kumpulan puisi dari penuli Moon Changgil ini menawarkan pengalaman dari sisi yang berbeda dalam memandang Korea Selatan. Penasaran dengan isinya? Simak ulasannya berikut ini.
Identitas Buku
Judul Buku: Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api
Penulis: Moon Changgil
Penerjemah: Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Jumlah Halaman: 116 Halaman
Sinopsis Buku Kumpulan Puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api
Sinar mentari di alun-alun stasiuk kecil belum panas.
Punggung pun terasa dingin.
Mungkin karena angin yang datang dari utara melewati kawat berduri atau mungkin karena darah dingin yang mengalir dari lokomotif yang rusak akibat peperangan.
Ulasan Buku Kumpulan Puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api
Karya sastra Korea Selatan berupa buku rangkuman puisi ini mengajak pembaca untuk melihat masyarakat Korea Selatan dari sisi yang sama sekali berbeda dengan apa yang ditampilkan dunia entertainment Korea. Jika selama ini kita mengenal Korea sebagai negara yang cukup maju dengan berbagai gemerlap para artisnya, rupanya Korea juga memiliki sisi yang sama dengan negara kita sendiri.
Korea Selatan merdeka lebih awal hanya beberapa hari dibanding Indonesia, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1945. Mereka juga mengalami kejamnya penjajahan Jepang sebelum akhirnya merdeka. Potret perjuangan dan kesengsaraan masyarakat Korea Selatan dirangkum dengan apik oleh penulis dalam buku kumpulan puisi ini.
Terbagi menjadi empat rangkuman, setiap rangkuman dalam buku ini memperlihatkan tema yang berbeda-beda. Rangkuman pertama berisi tentang nasib malang para pekerja kecil seperti buruh bangunan dan petani kecil. Kehidupan mereka yang getir dan suram digambarkan penulis melalui kalimat-kalimat naratif yang kaya makna.
Rangkuman kedua berisi puisi-puisi dengan tema yang berkaitan dengan perang, khususnya Perang Korea. Korea Selatan dan Korea Utara dipisahkan menjadi dua negara yang berbeda dengan ideologi yang juga berbeda. Rakyat Korea disebutkan pada dasarnya tidak ingin adanya pemisahan tanah air dan suku bangsa mereka yang telah bersatu sejak lama itu.
Rangkuman ketiga dan keempat lebih menekankan pada puisi yang bertema individual atau personal. Puisi pada bagian ini lebih didominasi oleh puisi suasana atau imajis, sehingga pembaca bisa ikut membayangkan suasana yang dilukiskan sang penyair.
Buku 'Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api' direkomendasikan untuk kamu yang ingin melihat Korea Selatan dari sisi yang berbeda. Sama seperti negara lainnya, Korea Selatan juga memiliki keresahan mereka sendiri di bidang politik, sosial, dan ekonomi.