Review Film Do You See What I See, Pacarku Pocong!

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Review Film Do You See What I See, Pacarku Pocong!
Foto Film Do You See What I See (Instagram/ mdpictures_official)

Sejak 16 Mei 2024, MD Pictures menyuguhkan film horor terbaru berjudul: "Do You See What I See", yang diarahkan Awi Suryadi, sutradara dari trilogi Film Danur dan Film KKN di Desa Penari. Film berdurasi 109 menit yang skripnya ditulis oleh Lele Laila, rupanya hasil adaptasi dari podcast horor viral gagasan Mizter Popo, dan mengambil inti cerita dari episode ke-64 yang bertajuk: "First Love". 

"Do You See What I See", akan membawa penonton menyaksikan Vey (Shenina Sinnamon), sosok mahasiswi, punya sahabat bernama Mawar (Diandra Agatha) dan Kartika (Ratu Raca). Selama durasi bergulir, penonton akan dibuat fokus pada karakter Mawar. 

Kala itu, selepas Mawar merayakan ulang tahun, dia berkunjung ke kuburan orangtuanya dan minta restu untuk bisa pacaran. Ya, karena itulah permintaan Mawar di ulang tahunnya ke-20. Dan dari sanalah, Mawar berjumpa makhluk nggak kasat mata. Makhluk yang pada akhirnya jadi kekasih Mawar, yang dipanggilnya Mas Restu (Noval T.B) 

Selama Mawar menjalin kasih dengan Mas Restu, sikapnya berubah. Vey, Kartika, dan kawan lainnya (yang sama-sama satu kost dengan Mawar), termasuk Mpok Atik (Bun Melly) si penjaga kost, mulai mencurigai keanehan Mawar dan menuntut untuk dipertemukan dengan Mas Restu. Akhirnya di suatu malam, Mas Restu muncul dan meneror seluruh penghuni kost dalam wujud pocong. Ish, ngeri banget!

Ulasan:

Ini termasuk kejutan yang nggak disangka-sangka karena ternyata filmnya cukup memuaskan. Ya, trailer film dan versi utuhnya sama-sama cakep. Sepanjang nonton, berkali-kali aku perhatikan, ada beberapa teknik pengambilan gambar yang bikin betah ditonton. 

Beberapa di antaranya: Visual Vey tiduran yang tertutupi selimut. Selain itu ada visual saat kantong kresek dibuka, dan saat shoot dari atas langit saat sedang hujan diselingi gemuruh. Asli masih banyak teknik pengambilan gambar yang sedap dipandang. Teknik-teknik itu bagiku nggak hanya menambah estetika visual. Bahkan pengambilan gambar dari sudut pandang yang unik dan pencahayaan dramatis (di dalam film ini), berhasil menciptakan suasana menegangkan.

Oh, iya. "Do You See What I See", punya cerita simpel banget. Cuma cewek yang masih jomlo, terus ingin punya pacar, dan menjalin kasih dengan pocong. Cuma begitu. Namun, yang membuatnya menarik adalah eksekusi ceritanya sangat nggak biasa. Penonton dibawa melalui serangkaian kejadian dan mengungkap misteri dengan perlahan-lahan, sehingga menciptakan suspense konstan. 

Yang jelas, di awal-awal aku sudah dibuat sangat penasaran, perihal latar belakang si pocong. Dengan sajian horor yang selama satu jam hampir nggak ada penampakan kecuali di openingnya. Nah, keputusan untuk nggak menunjukkan terlalu banyak penampakan hantu di awal adalah langkah tepat, yang juga nggak lepas dari naskah dinamisnya. Ketika ketegangan mencapai puncaknya di pertengahan film, penonton benar-benar diserang jumpscare. 

Sayangnya, ada beberapa catatan dariku. Aktor dan aktris terlibat, sebenarnya akting mereka bagus-bagus. Namun, Shenina Cinnamon terasa sekali lebih prima performanya ketimbang Diandra Agatha si lead aktris sebagai Mawar itu. Shenina Cinnamon memberikan performa sangat kuat, membuat karakter (Vey), yang dia bawakan jadi lebih menarik penonton. 

Terus lagi, ada beberapa scene yang kesannya patah-patah di bagian akhir saat di pemakaman. Transisi antara beberapa adegan terasa kurang mulus. Kesannya loyo, yang padahal ketegangan sudah terbangun sangat rapi dari awal hingga pertengahan.

Belum lagi terkait kemunculan para hantu pembawa keranda, tiba-tiba muncul di pemakaman, dan sosok dukun cewek (selingkuhan pacarnya Vey), yang membantu Vey dan lain-lain dalam misi menyelamatkan Mawar. Dukun itu mendadak menginstruksikan Vey agar mengikuti para hantu pembawa keranda, karena katanya bakal menunjukkan jalan yang benar. Serius semudah itu? Buatku terasa aneh, bisa kebetulan sekali ada rombongan hantu penunjuk jalan di tengah usaha Vey dan lain-lain menyelamatkan Mawar. Ups. 

Kemudian terkait kemunculan adiknya Mawar di 20 menit terakhir. Aslinya, nggak perlu ada dia juga nggak masalah! Lah, di scene paling akhir pun dia seakan-akan ngilang entah ke mana. Dan sejujurnya aku nggak suka endingnya terlepas cukup twist. Menurutku sangat disayangkan, terlepas itu dari kisah nyata. 

Barangkali karena aku sudah peduli sama karakter utama, jadi ketika mendapati nasib buruk menimpanya, hatiku protes! Keterikatan emosional dengan karakter utama, membuat ending yang tragis terasa lebih menyakitkan dan mengecewakan, meskipun ini mungkin adalah tujuan dari pembuat film untuk menciptakan dampak emosional yang kuat.

Skor dariku hanya 7/10. Meskipun film ini memiliki banyak aspek kece, tapi beberapa kelemahan di paruh akhir, membuatnya kurang dari sempurna. Selamat nonton ya. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak