Kurang percaya diri dalam menunjukkan identitas karena menganggap bahwa diri kita masih dalam tahap belajar adalah sesuatu yang sebenarnya normal. Terlebih jika diiringi dengan keinginan untuk terus memperbaiki diri. Setiap orang tentu pernah mengalami hal tersebut.
Namun ketika kita membiarkan perasaan ini terus membesar, ia akan berkembang jadi insecurity yang akan membawa stigma negatif pada diri sendiri.
Perasaan insecure, atau ketidakpercayaan diri tak jarang akan menimbulkan kecemasan. Hal ini tentu akan menghambat kita dalam menjalani kehidupan.
Berdasarkan fakta tersebut, Christine Anggraini, seorang psikolog klinis membagikan kiat-kiat untuk terbebas dari insecurity melalui bukunya yang berjudul 'Lepas dari Bayang Rasa Tak Mampu.'
Secara umum, buku ini lumayan ringkas. Hanya berisi 3 bab yang terdiri atas pembahasan latar belakang hadirnya insecurity, fenomena yang kerap terjadi saat seseorang merasa insecure, serta bagaimana cara agar bisa melepaskan diri dari perasaan insecure tersebut.
Penulis mengawali buku ini dengan teori dari Alfred Adler, bahwa manusia pada dasarnya lahir dengan bayang-bayang rasa tak mampu yang membuatnya hanya fokus pada diri sendiri.
Jadi, sebenarnya merasa insecure itu memang hal yang wajar. Kemudian, lanjut Adler, manusia itu baru bisa memperhatikan kondisi orang lain ketika kondisi dirinya sendiri sudah baik.
Hal inilah yang seringkali menjadi alasan, mengapa orang-orang yang insecure biasanya selalu berkonflik saat menjalin relasi dengan orang lain. Sebab, dia belum tuntas dengan dirinya sendiri.
Adapun latar belakang munculnya insecurity biasanya terjadi pada masa kecil. Khususnya dari faktor pola asuh keluarga yang otoriter. Kesan-kesan negatif yang ditimbulkan pada pengasuhan otoriter tersebut kelak akan membentuk pakem yang mempengaruhi cara berpikir kita hingga dewasa.
Secara teori, sebenarnya buku ini sudah memaparkan hal-hal penting mengenai segala sesuatu yang mempengaruhi insecurity seseorang. Walaupun terbilang singkat, namun penulis bisa memilih informasi yang cukup relevan dengan tema yang diangkat.
Namun sayangnya, efektivitas teori tidak diimbangi dengan studi kasus yang mendalam mengenai contoh-contoh yang terjadi di kalangan anak muda sebagai golongan yang paling rentan.
Penulis hanya mengangkat contoh-contoh yang umum dan tidak mengeksplor secara lebih mendalam terkait implementasi teori dan solusi yang benar-benar konkrit.
Tapi terlepas dari hal tersebut, menurut saya buku ini lumayan informatif. Bagi kamu yang ingin mengetahui hal-hal terkait perasaan insecure secara umum, buku ini bisa menjadi salah satu referensi yang bisa menjadi pilihan bacaan!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS