Setelah sukses besar dengan film Air Mata di Ujung Sajadah (2023), Beehave Pictures kembali menyuguhkan drama keluarga yang sarat emosi lewat film Tabayyun yang tayang di bioskop sejak 8 Mei 2025.
Berkolaborasi dengan A&Z Films dan Legacy Pictures, film ini nggak sekadar bercerita tentang cinta terlarang, tapi juga menjadi cerminan buat masyarakat tentang pentingnya tabayyun lho (mencari kebenaran sebelum menghakimi).
Sekilas Kisah Sekaligus Impresi Selepas Nonton Film Tabayyun
Disutradarai Key Mangunsong dengan skrip buatan Titien Wattimena, ‘Tabayyun’ yang diadaptasi dari novel karya Ilyas Bachtiar menempatkan aktris Titi Kamal sebagai Zalina, dalam perannya sebagai ibu tunggal yang tengah berjuang membesarkan anak semata wayangnya, Arka (Farrell Rafisqy).
Zalina digambarkan sebagai perempuan yang kuat di luar, tapi rapuh di dalam. Luka dari masa lalu membuatnya menutup hati, fokus sepenuhnya untuk masa depan sang anak. Namun, hidup membawanya ke persimpangan baru ketika Arlo (Ibrahim Risyad), anak bos di tempatnya bekerja, menaruh hati padanya.
Hubungan Zalina dan Arlo nggak semudah yang dibayangkan. Bukan hanya karena status Zalina sebagai single mom dari kelas sosial berbeda, tapi juga karena Arlo sudah dijodohkan dengan Arum (Naysilla Mirdad), dan sang ibu, Samira (Jenny Rachman), berdiri keras menentang hubungan mereka.
Di sinilah film Tabayyun mengulik isu klasik tentang restu keluarga, stigma sosial terkait ibu tunggal, dan bagaimana masa lalu sering kali membayangi peluang baru dalam hidup.
Mengejutkannya, penceritaan karakter anak, Arka, terbilang oke banget. Lewat akting natural Farrell Rafisqy, karakter Arka jadi representasi ketulusan sosok anak yang hanya ingin merasakan kehangatan keluarga utuh.
Adegan ketika Arka bertanya polos, “Boleh nggak aku panggil Arlo papa?”, sukses jadi titik klimaks emosional yang menyayat, tapi juga hangat. Adegan ini mengingatkan diriku, bahwa cinta dalam keluarga nggak melulu soal darah, tapi juga soal kehadiran ‘orang luar’ dengan kasih sayangnya.
Di sisi lain, karakter Arlo yang diperankan Ibrahim Risyad ngasih warna tersendiri. Arlo tuh, bukan tipikal pria kaya klise dalam film-film sejenis. Arlo punya luka sendiri. Dia tumbuh tanpa sosok ayah, dikendalikan ibunya yang dominan, dan hidup dalam bayang-bayang ekspektasi.
Perjalanan Arlo untuk melawan restu sang ibu dan memilih jalan hidupnya sendiri menjadi paralel dengan perjuangan Zalina. Keduanya bukan sekadar mencari cinta, tapi juga hak atas kebahagiaan yang selama ini terenggut.
Secara sinematik, film Tabayyun memanjakan mata lewat tata gambar yang lembut, dengan tone warna hangat yang menguatkan suasana emosional. Musiknya pun diperkuat tiga OST dari Fabio Asher, Anggis Devaki, dan Nabila Ellisa, yang mampu memperdalam makna tiap adegan tanpa terasa berlebihan.
Lagu Tanpa Balasmu milik Fabio Asher, misalnya, jadi latar sempurna saat konflik keluarga memuncak.
Pesan yang disampaikan film ini begitu relevan, terutama di tengah masyarakat kita yang masih gemar menghakimi tanpa memahami.
Seperti kutipan dialog Arlo yang menyentuh, “Seburuk apa pun masa lalu seseorang, ia tetap berharga di mata Allah.” Kalimat itu seolah-olah menjadi benang merah yang merangkum keseluruhan kisah: Tentang pentingnya memandang manusia lebih dari sekadar masa lalunya.
Namun, film Tabayyun masih ada kekurangan sih. Di beberapa bagian, narasi terasa agak repetitif, terutama di dalam konflik antara Arlo dan ibunya yang berulang-ulang digambarkan.
Durasi film yang cukup panjang sedikit mengendurkan tensi di paruh tengah. Termaafkan sih, itu karena berkat akting solid dari para pemain utama, terutama Titi Kamal dan Farrell Rafisqy, film ini jadi tetap mampu mengaduk-aduk emosiku hingga akhir.
Pada akhirnya, menurutku film Tabayyun layak disebut sebagai salah satu drama keluarga dengan sentuhan religi terbaik yang mengajarkan arti pentingnya tabayyun.
Skor: 3,5/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS