Review Film Memories of a Burning Body: Luka yang Dulu Padam Dibuka Lagi

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Review Film Memories of a Burning Body: Luka yang Dulu Padam Dibuka Lagi
Poster Film Memories of a Burning Body (Katalog KlikFilm)

Di dunia film, ada karya-karya yang tujuannya bukan sekadar menghibur, tapi menyentuh lapisan terdalam dari pengalaman manusia. Film Memories of a Burning Body buatan Sutradara Antonella Sudasassi Furniss adalah salah satunya. Film ini terasa seperti membuka kotak rahasia yang berisi memori, rasa sakit, sekaligus gairah yang nggak pernah mati, bahkan ketika usia sudah jauh melewati masa muda.

Film ini diproduksi Substance Films (Kosta Rika) dan PlayLab Films (Spanyol), dengan dukungan distribusi internasional dari Bendita Film Sales. Tayang perdana di Berlinale Panorama pada 19 Februari 2024, film ini langsung meraih Panorama Audience Award dan mendapat berbagai nominasi internasional, termasuk mewakili Kosta Rika untuk kategori Best International Feature Film di Academy Awards. Keren banget deh!

Berkisah tentang apa sih? Yuk, kepoin lebih lanjut film yang bisa Sobat Yoursay tonton di KlikFilm ini!

Sinopsis Film Memories of a Burning Body

Scene Film Memories of a Burning Body (IMDb)
Scene Film Memories of a Burning Body (IMDb)

Kisahnya diangkat dari pengalaman nyata tiga perempuan lansia asal Kosta Rika: Ana (68), Patricia (69), dan Mayela (71). Mereka tumbuh di masa ketika seksualitas perempuan dianggap tabu, bahkan memalukan untuk dibicarakan. Dalam kehidupan mereka, seks seringkali dipahami hanya sebagai kewajiban, bukan hak atau kesenangan.

Namun yang menarik, suara mereka nggak muncul lewat wajah asli. Sebaliknya, Antonella menciptakan satu tokoh fiksi yang jadi ‘perwujudan’ ketiganya, yang diperankan tiga aktris di fase usia berbeda lho. 

Sol Carballo sebagai The Woman di usia tua, janda yang kini menemukan kembali kebahagiaan dan keintiman dengan pasangan baru.

Paulina Bernini Viquez sebagai versi dewasa-muda, yang awalnya menikah dengan penuh harapan. Sayangnya, pernikahan itu berubah jadi neraka setelah sang suami menunjukkan sifat abusif dan kecanduan alkohol.

Juliana Filloy Bogantes sebagai versi remaja berusia 12 tahun, yang hidup di bawah bayang-bayang ibu yang keras dan mengekang.

Selain tiga pemeran utama di tiap fase, ada juga deretan pendukung yang memperkuat lapisan kisah: Liliana Biamonte (Ibu), Juan Luis Araya (Suami), Gabriel Araya (Ayah), Leonardo Perucci (Pacar), dan Cecilia García (Nenek). Terbilang niat buat cast-nya deh! 

Nah, latar cerita sebagian besar berada di dalam sebuah rumah yang jadi ‘ruang ingatan’. The Woman berjalan di lorong, masuk ke kamar, lalu kita dibawa melompat ke masa lalu, menyaksikan adegan-adegan yang membentuk siapa dirinya sekarang. Ini membuat film terasa seperti perpaduan dokumenter dan drama, atau yang bisa dibilang docudrama.

Lalu, apa dan bagaimana nasib The Woman lebih lanjut? Tontonlah di KlikFilm!

Review Film Memories of a Burning Body

Begitu film dimulai, aku langsung merasa seperti tamu di rumah seseorang yang penuh rahasia. Kamera yang mengikuti Sol Carballo saat berjalan di sekitar apartemennya membuatku serasa ikut menyusuri pikirannya. Nggak ada dramatisasi berlebihan, tapi setiap tatapan, gerakan tangan, atau napas yang tertahan membawa bobot cerita puluhan tahun lalu. 

Kejutan menariknya, terkait cara film ini merayakan tubuh perempuan di usia tua. Selama ini, film kerap memuja tubuh muda, sementara tubuh yang menua nyaris nggak diberi ruang. Di sini, tubuh tua lebih dieksplorasi. Ada kelembutan, keberanian, dan ada kebebasan yang mungkin baru benar-benar lahir di usia senja.

Pertanyaannya, buat apa Sobat Yoursay nonton film ini? ‘Memories of a Burning Body’ bukan cuma film tentang seksualitas di usia tua. Dan menurutku, Antonella Sudasassi Furniss, lewat gaya bercerita yang puitis, menunjukkan bahwa trauma masa lalu nggak akan benar-benar lenyap. Terkadang, di waktu tertentu kembali menyala. 

Akhir kata, memang film ini mengajakku berpikir tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat, seringkali mengabaikan kehidupan batin seseorang. Ya, kadang kita lupa ‘seseorang’ juga punya cerita, hasrat, dan luka yang membentuk siapa dirinya sekarang. Nah, ‘Memories of a Burning Body’ menuntutku untuk mendengar, tanpa menyela, tanpa menghakimi.

Aku menyudahi nonton film ini dengan perasaan hangat. Ya, Film Memories of a Burning Body adalah perjalanan yang layak diikuti. Yuk, cek KlikFilm dan nonton film ini! Selamat nonton, ya. 

Skor: 4/5

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak