Dalam era di mana film romansa sering kali terjebak dalam formula klise—pertemuan tak terduga, konflik ringan, dan akhir bahagia yang dipaksakan—A Big Bold Beautiful Journey datang dengan tema yang penuh fantasi.
Disutradarai oleh Kogonada, yang sebelumnya dikenal lewat karya introspektif seperti Columbus (2017) dan After Yang (2021), film ini menggabungkan elemen romansa, fantasi, dan perjalanan waktu dalam sebuah petualangan yang ambisius.
Ditulis oleh Seth Reiss, naskahnya lahir dari Black List script yang sempat menjadi buah bibir di Hollywood, dan dibintangi oleh duo bintang besar: Margot Robbie sebagai Sarah dan Colin Farrell sebagai David.
Dengan durasi 1 jam 49 menit dan rating R, film ini bukan sekadar kisah cinta biasa, tapi sebuah eksplorasi mendalam tentang penyesalan, memori, dan keberanian untuk mengubah nasib.
Kisahnya dimulai dengan sederhana namun menjanjikan. Sarah dan David, dua orang asing yang kesepian, bertemu di pesta pernikahan seorang teman bersama.
Sarah adalah wanita mandiri yang menyembunyikan luka masa lalu di balik senyum cerahnya, sementara David adalah pria yang tampak tenang tapi terguncang oleh kegagalan hubungannya.
Tak disangka, sebuah kejadian aneh—sebuah pintu misterius yang muncul di tempat tak terduga—membawa mereka pada perjalanan fantasi yang luar biasa.
Pintu-pintu itu seperti portal waktu, memungkinkan mereka merevisit momen-momen krusial dari masa lalu: pertengkaran dengan orang tua, cinta pertama yang gagal, atau keputusan kecil yang mengubah arah hidup.
Dibantu oleh GPS ajaib yang berbicara (suara yang diisi oleh aktor karismatik Kevin Kline sebagai narator tak terlihat), perjalanan ini bukan hanya secara fisik melintasi lanskap California yang indah, tapi juga emosional, di mana mereka saling membuka rahasia dan mungkin, mengubah masa depan mereka.
Apa yang membuat film ini menonjol adalah visualnya yang memukau. Kogonada, dengan latar belakang sebagai video essayist, unggul dalam komposisi frame yang simetris dan penuh makna.
Setiap pintu yang mereka buka bukan hanya transisi naratif, tapi juga metafor visual yang brilian—seperti pintu kamar mandi yang membawa Sarah kembali ke masa remajanya, di mana cahaya neon biru menyinari wajahnya yang penuh keraguan.
Sinematografi oleh Sayombhu Mukdeeprom (yang pernah bekerja dengan Apichatpong Weerasethakul) menangkap keindahan alam Amerika dengan nuansa magis, membuat aku merasa seperti ikut melayang di antara waktu.
Musik score oleh Aska Matsumiya menambah lapisan emosional, dengan melodi piano yang lembut bercampur elemen orkestra yang membengkak saat klimaks, menciptakan rasa nostalgia yang mendalam.
Review Film A Big Bold Beautiful Journey

Performa aktor adalah jantung di film ini. Margot Robbie, yang baru saja menyabet pujian di film Barbie (2023), membawa kedalaman yang jarang terlihat di film romansa Hollywood.
Sarah digambarkan sebagai individu yang tak sempurna; dia rapuh, lucu, dan kadang egois, jadi membuatku mudah berempati. Ada adegan Robbie menangis sambil tertawa mengenang kegagalan cintanya, dan itu terasa begitu autentik hingga membuat air mata penonton di bioskop ikut mengalir.
Colin Farrell, dengan karisma Irlandia-nya yang khas, melengkapi sebagai David yang lebih introspektif. Chemistry mereka langsung menyala sejak pertemuan pertama di pesta pernikahan, penuh tatapan curi-curi dan dialog yang witty.
Farrell, yang pernah memukau di The Banshees of Inisherin (2022), membawa nuansa melankolis yang membuat perjalanan mereka terasa pribadi.
Pemeran pendukung seperti Phoebe Waller-Bridge sebagai sahabat Sarah yang sarkastik, dan Jodie Turner-Smith sebagai figur maternal, menambah warna tanpa mencuri perhatian.
Namun, tak semua elemen berjalan sempurna. Naskah Reiss, meski inovatif, kadang terlalu ekspositori karakter sering kali menjelaskan "bukankah ini aneh?" secara berulang, yang membuat fantasi terasa kurang organik.
Beberapa plot device, seperti GPS ajaib itu, awalnya terasa manis tapi akhirnya jadi gimmick yang memaksa. Film ini mencerminkan polarisasi: aku sebagai penonton sempat tersentuh oleh pesan tentang pengambilan risiko dalam sebuah kisah cinta, dan kurasa itu terlalu manis dan kurang mendalam sih.
Lalu kucoba membandingkannya dengan film Charlie Kaufman yang tak pernah membuatku merasa tidak nyaman, bagaimana film ini menghindari kegelapan emosional yang seharusnya membuatnya lebih impactful serta lebih mengeksplorasi memori dan identitas dalam balutan romansa time-traveling yang wondrous.
Jadi bisa kusimpulkan, A Big Bold Beautiful Journey adalah film yang berani bereksperimen, meski tak selalu berhasil sepenuhnya, ia mengingatkan kita bahwa cinta bukan tentang menghindari penyesalan, tapi menghadapinya dengan keberanian.
Film ini seperti undangan untuk merenung: bagaimana jika kita bisa membuka pintu ke masa lalu? Untuk penggemar romansa fantasi seperti About Time atau The Time Traveler's Wife, ini wajib ditonton sih.
Ya meskipun ada kekurangan, pesannya yang life-affirming bahwa perjalanan hidup paling indah adalah yang kita tempuh bersama orang yang tepat membuatnya layak diapresiasi.
Buat penonton di Indonesia, film ini sudah tayang di bioskop mulai 19 September 2025, bersamaan dengan rilis globalnya. Kamu bisa menontonnya di jaringan CGV, XXI, atau Cinepolis di berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Kupang.
Harga tiket bervariasi, tapi siapkan tisu karena banyak yang keluar bioskop dengan mata merah karena terharu. Jika kamu mencari film yang memadukan tawa, air mata, dan sedikit sihir, A Big Bold Beautiful Journey adalah pilihan tepat tontonanmu untuk akhir pekan ini.
Jangan lewatkan kesempatan untuk ikut dalam perjalanan besar, berani, dan indah ini ya, Sobat Yoursay!