Industri hiburan Korea memang tak pernah diragukan dalam membuat dan memproduksi film thriller yang selalu dinantikan para pencintanya. Salah satunya adalah film yang berjudul 'Emergency Declaration'.
Film ini mungkin bukan sebuah film yang rilis ditahun-tahun ini, tetapi film ini adalah satu film yang berhasil menarik perhatian publik setelah kembali ditayangkan di beberapa platform streaming.
Hal yang menarik dalam film ini adalah film ini dibintangi oleh sejumlah aktor papan atas Korea. Tak hanya itu film ini juga menghadirkan cerita yang menegangkan sekaligus memancing pertanyaan filosofis tentang nyawa manusia, ketakutan massal, dan bagaimana keputusan besar diambil dalam kondisi krisis.
Disutradarai oleh Han Jaerim, Film 'Emergency Declaration' berfokus pada insiden teror biologis dalam pesawat komersial yang terbang menuju Hawaii. Keadaan tampak normal hingga penumpang dan kru menyadari bahwa ada seorang pria yang membawa virus mematikan di dalam pesawat.
Virus tersebut tidak hanya menular cepat, tetapi juga tidak diketahui penawarnya. Dalam sekejap, langit yang seharusnya menjadi jalur perjalanan bebas justru berubah menjadi ruang kematian yang dikunci rapat tanpa kemungkinan kabur.
Ketika virus mulai menyebar, penumpang panik, pilot kalut, dan pusat pengendali penerbangan sibuk berkoordinasi dengan pemerintah. Bukan hanya untuk menyelamatkan pesawat, tetapi juga untuk mencegah wabah global.
Film Emergency Declaration juga berusaha untuk mengangkat dilema. Dilema tersebut adalah, "Akankah pesawat dengan penumpang terinfeksi harus diberi izin mendarat, atau dibiarkan mengudara tanpa tempat singgah demi menyelamatkan jutaan orang di daratan?"
Keputusan tersebut tidak hanya melibatkan teknis penerbangan, tetapi juga politik, empati, dan ketakutan kolektif. Di sinilah film ini menantang penonton untuk memikirkan ulang tentang arti “kemanusiaan” ketika keputusan yang benar sekalipun tetap mengorbankan manusia lainnya.
Ulasan Film Emergency Declaration:
Menurut penulis, hal yang menarik dari film 'Emergency Declaration' terletak pada caranya menggambarkan ketakutan sebagai emosi sosial yang dapat mengendalikan rasionalitas penontonnya.
Film ini tidak sekadar menampilkan teror, tetapi juga menunjukkan bahwa rasa takut bisa membuat manusia kehilangan empati, bahkan pada sesama yang sedang berjuang hidup.
Penonton seakan diajak menyaksikan bagaimana sebagian orang rela mengorbankan orang lain demi bertahan hidup, sementara sebagian lainnya memilih mempertahankan rasa kemanusiaan meskipun kemungkinan selamat menjadi kecil.
Di itulah film ini semakin terasa dekat dengan realitas yang pernah kita alami, terutama setelah dunia menghadapi pandemi nyata. Emergency Declaration seperti mengingatkan bahwa kepanikan bukan hanya menciptakan kekacauan, tetapi juga dapat merusak moralitas kita.
Dari segi teknis, film ini cukup menegangkan. Film ini mampu memberikan ketegangan dibangun secara bertahap lewat atmosfer yang ada dalam pesawat.
Kamera yang kerap menyorot pada wajah-wajah panik, napas berat, dan rasa pasrah para penumpang. Suara mesin pesawat yang monoton dan ruang sempit menambah tekanan psikologis. Tak ayal ketika menonton kita akan dibuat merasa seolah ikut terperangkap di dalam pesawat, tanpa adanya jalan keluar.
Akting para pemain juga terasa wajar, tidak dilebih-lebihkan. Para karakter ditampilkan bukan sebagai pahlawan dengan tindakan heroik, melainkan manusia biasa yang bingung, takut, dan tidak siap menghadapi bencana. Hal inilah yang membuat ceritanya justru lebih menyentuh, karena terasa dekat dan nyata.
Secara keseluruhan, penulis memberikan skor 4/5 untuk film Emergency Declaration ini. Skor itu saya berikan untuk konflik moral yang kuat, eksekusi teknis yang rapi, dan pesan kemanusiaan yang tajam.
Bagi kalian yang sedang mencari film thriller yang bukan hanya bikin merinding, tetapi juga meninggalkan makna yang kuat, Emergency Declaration layak dicoba. Film ini bukan hanya hiburan menegangkan, tetapi juga ajakan untuk merenung: ketika ketakutan menguasai, masihkah kita mampu memilih nurani?