Novel ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, ketika tuntutan hidup memaksa saya untuk segera bangkit dari situasi buruk saat itu. Saya masuk ke dunia salon yang tak pernah saya perkirakan sebelumnya. Di sana, saya menemukan banyak kejadian 'ajaib' dan tingkah polah manusia yang beragam.
Sebagian besar dari kisah-kisah dalam novel Capslok: Capster Anjlok terbitan JWriting Soul Publishing (2022) adalah berdasarkan kejadian nyata. Juga latar tempat yang digunakan, hampir semuanya mengambil latar asli yang ada di seputaran Tangerang Selatan dan sekitarnya.
Kisah berawal ketika Melodi mendadak harus jadi kapster salon. Satu-satunya pekerjaan yang bisa ia peroleh, setelah kematian ibunya karena kanker payudara, memaksanya menjadi tulang punggung bagi Simfoni, adik satu-satunya.
Di salon, Melodi harus berhadapan dengan Monci. Seorang makhluk jadi-jadian yang menerimanya bekerja, hanya karena pernah ditolong Melodi saat telepon genggamnya dijambret. Bos yang ketus, bawel, jutek, dan diam-diam cemburu pada Melodi.
Sikap Monci bukan tanpa alasan. Sebagai anak baru, Melodi kerap menimbulkan kehebohan di salon. Pernah suatu kali, Melodi memasukkan catokan panas ke air supaya lekas dingin. Ia juga pernah membuat masker dari pepaya milik Monci, karena seorang tamu salon ingin masker rambut dari bahan alami.
Belum lagi Melodi selalu berhasil membuat pelanggan salon mereka, Baron Mahardika, tertawa terpingkal-pingkal dengan humor-humor segar yang keluar dari mulut Melodi. Monci yang naksir Baron jelas jadi cemburu.
"Kenapa, Mel?" Suara lembut Baron menggetarkan hati Melodi.
"Ngg … anu, Mas. Airnya mati. Mungkin minder karena mau dipakai buat cuci rambut Mas Baron," Melodi menjawab sekenanya. (hlm 21)
Walaupun sering bersikap 'anjlok', ternyata Melodi menyimpan banyak permasalahan. Biaya pengobatan sang ibu saat sakit, sudah menghabiskan semua tabungan dan aset keluarga, termasuk tabungan untuk biaya kuliah Melodi.
Usaha katering ibunya terpaksa gulung tikar. Uang SPP Simfoni menunggak berbulan-bulan, membuat adiknya terancam dikeluarkan dari sekolah. Lalu ada Tante Pendra, yang mengincar piano milik almarhumah ibunya.
Tante Pendra yang tengah menelusuri permukaan Grand Piano Kohler & Campbell Kig-47 berwarna putih menghentikan gerakannya. Dengan anggun ia berbalik, menatap Melodi yang terang-terangan menunjukkan wajah tak suka.
"Enam puluh juta harga seken piano ini di toko online. Silakan cek. Saya bisa bayar cash," Tante Pendra berkata dengan angkuh. (hlm 68)
Novel ini tak melulu menghadirkan permasalahan Melodi. Ada pula masalah-masalah yang dihadapi Monci dan Delisa, karyawan salonnya, yang tak kalah pelik. Belum lagi tentang Tante Pendra yang misterius, dan rahasia yang belum terungkap di balik menghilangnya ayah Melodi bertahun-tahun lalu.
Dikemas dalam komedi segar berbalut kisah asmara dan tragedi keluarga serta huru-hara kehidupan salon—dibumbui dengan bahasa salon ala Monci di sana-sini—membuat novel ini hadir sebagai bacaan yang komplit, ringan, dan menghibur. Semoga ulasan pribadi ini bermanfaat.
Baca Juga
-
Ulasan Novel Nemesis: Pengusutan Kasus Pembunuhan Sepuluh Tahun Lalu
-
Ulasan Novel Demon Rumm: Karya Sandra Brown yang Kurang Menggigit
-
Ulasan Novel Mawar tak Berduri: Pembunuhan Dua Perempuan di Maidensford
-
Ulasan Novel Rasuk: Iri Hati, Amarah, dan Penyesalan yang Terlambat
-
Resensi Novel Voice: Kisah di Belakang Layar Para Voice Actor
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 'Pergi', tentang Mencari Makna dan Tujuan dari Kehidupan
-
Resensi Novel Slammed, Pelajaran tentang Hidup dan Kematian
-
Ulasan Novel 3 Anak Badung, Mencari Jejak Ibu Kandung
-
Ulasan Buku Crazy Rich Asians, Kisah Keluarga Kaya Tujuh Turunan
-
Ulasan Novel Totto-Chan, Mengulik Parenting dan Sistem Pendidikan yang Unik
Ulasan
-
Lagu No One Noticed oleh The Marias Bicara Soal Rasa Kesepian, Siapin Tisu!
-
Ulasan Novel Story of My Life: Tawa, Luka, dan Harapan di Pennsylvania
-
Ulasan Drama What Comes After Love, Saat Cinta Datang Lewat Luka Lama
-
The Healing Season of Pottery: Menemukan Semangat Baru dari Studio Tembikar
-
Sinopsis Drama Korea Our Movie, Ketika Sinema Sembuhkan Luka Dua Insan
Terkini
-
Elle Fanning Dikonfirmasi Mainkan Dua Karakter di Film Predator: Badlands
-
Marc Klok Lanjutkan Bakti di Persib Bandung, Betah dengan Atmosfer Tim?
-
Tak Hanya Pecco Bagnaia, Fabio Diggia Pun Merasa Motor GP25 Bermasalah
-
Jangan Asal Colok! 7 Barang yang Dilarang Dicas di Stopkontak Kereta Api
-
Piala AFF U-23: FAM Minta Jaminan Keamanan, Mampukah Suporter Indonesia Menjawab?