Novel The Case We Met adalah novel metropop yang ditulis oleh Flazia. Novel ini bercerita tentang seorang pengacara wanita, Redita Harris yang menangani kasus malpraktek seorang dokter di New York.
Red, atau Dita, sapaan akrab dari tokoh utama ini bisa dibilang cukup populer karena sudah berhasil menangani beberapa kasus kontroversial.
Hingga pada akhirnya ia bertemu kembali dengan Natanegara Langit, senior satu sekolahnya dulu sekaligus teman akrab kakaknya, Rehan.
Sejak dulu, Natan sudah menyimpan rasa kepada Dita. Namun Dita ternyata menyukai Akbar, teman Rehan juga yang saat itu sudah menikah dengan perempuan lain.
Awalnya saya tidak punya ekspektasi lebih dengan buku ini. Tipikal kisah romansa yang sekilas biasa-biasa saja. Kisah cinta segitiga yang mungkin seringkali kita jumpai di novel-novel sejenis dengan alur cerita klise.
Si A yang menyukai si B, tapi si B yang menyukai C, yang pada intinya semuanya bertepuk sebelah tangan.
Namun seiring berjalannya cerita, saya merasa seolah tidak bisa berpaling dari halaman demi halamannya. Novel ini sangat page turning.
Apalagi dengan banyaknya detail tentang profesi dari masing-masing tokoh. Penulis lihai sekali dalam menggambarkan karakter Dita yang merupakan seorang pengacara perempuan yang profesional.
Terlebih ketika kita menyimak bagaimana Dita menangani kasus-kasus yang ia hadapi dalam cerita ini. Baik ketika berhadapan dengan Mark Ashton atau saat menangani kasus Natan.
Oh ya, karena Natan adalah seorang dokter yang juga dilaporkan atas dugaan malpraktek (mirip kasus Mark Ashton yang ditangani oleh Dita), maka novel ini banyak sekali memberikan detail-detail terkait dunia kedokteran.
Penulis yang juga berprofesi sebagai seorang dokter ini bisa mengemas pembahasan spesifik seputar dunia medis menjadi sesuatu yang mudah dipahami oleh orang awam.
Intinya, dalam hal detail tokoh dan karakterisasi, penulis mengeksekusinya dengan riset yang mantap banget.
Selain itu, saya juga suka dengan jenis romansa yang terjadi antara Dita dan Natan. Karena novel ini menjurus ke romansa religi, jadi nggak banyak skinship yang terjadi antara keduanya.
Akan tetapi, justru itu yang bikin kisah mereka jadi kelihatan lebih sweet. Romantisnya ya karena mereka saling menghargai prinsip masing-masing.
Namun bagi yang nggak terlalu suka dengan adanya nuansa religi, mungkin poin yang saya jelaskan tadi justru menjadi nilai minus dari novel ini. Juga, terlalu banyak detail dan pembahasan yang sebenarnya tidak perlu.
Namun secara keseluruhan, saya akan merekomendasikan novel The Case We Met ini bagi kamu yang suka baca novel-novel metropop dan romance!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
Ulasan Novel Cantik Itu Luka: Menguak Luka Dibalik Kecantikan
-
Ulasan Novel A Man Called Ove: Perjalanan Pria Tua yang Menggugah Hati
-
Resensi Novel Pacar Halal: Ketika Cinta Dipendam Demi Halal yang Dinanti
Ulasan
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Review Anime Ranma 1/2, Komedi Klasik dengan Sentuhan Modern
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
Terkini
-
Masuk BaekSang Awards 2025, When Life Gives You Tangerines Raup 8 Nominasi
-
Menghadapi Mental Down setelah Lebaran, Mengapa Itu Bisa Terjadi?
-
Sidang Perdana, NewJeans Tolak Tawaran Lanjut di ADOR Tanpa Min Hee-jin
-
Menyusun Kembali Peta Kehidup setelah Lebaran sebagai Refleksi Diri
-
Apa yang Ditinggalkan Pemudik di Kampung Halaman?