Pernah nggak Sobat Yoursay merasa sangat jenuh saat bekerja? Apalagi jika pekerjaan tersebut hanya sekedar rutinitas yang sama tiap hari yang mudah memicu perasaan bosan.
Jenuh saat bekerja memang wajar. Mengingat sebagian besar waktu produktif kita luangkan hanya untuk bekerja. Setelah bekerja, tubuh pun kelelahan dan lebih memilih untuk beristirahat. Lalu keesokan harinya, rutinitas itu berulang setiap hari tanpa jeda.
Kalau sudah seperti itu, seorang pekerja amat rawan untuk mengalami burnout yang bisa menurunkan motivasi. Jika terjadi terus menerus akan berimbas pada kualitas pekerjaan dan kehidupan secara umum
Terkait hal tersebut, buku berjudul 'Cara Kreatif Mengatasi Kejenuhan Bekerja' karya Peng Kheng Sun membahas solusi untuk mengatasinya.
Di dalamnya, penulis menjelaskannya melalui 5 bab tentang cara mengatasi kejenuhan dan kesulitan, menemukan manfaat, menciptakan inovasi, serta menggapai kepuasan dalam bekerja.
Bab pertama membahas cara menemukan dan menciptakan hal-hal menyenangkan dalam bekerja. Bab pertama ini adalah bagian yang paling penting karena menemukan dan menciptakan hal yang menyenangkan itu bisa menjadi sesuatu yang akan selalu meningkatkan motivasi saat kita bekerja. Meskipun pekerjaan tersebut tergolong berat untuk diselesaikan.
Kebiasaan bekerja dengan senang hati merupakan kebiasaan bekerja paling efektif. Sebab, pada dasarnya manusia lebih cenderung memilih untuk mengerjakan hal yang disukai dibanding hal yang lebih penting. Hal ini yang membuat kita kadang melupakan sesuatu yang menjadi prioritas utama karena tergoda untuk melakukan hal-hal menyenangkan.
Tapi, bagaimana jika sudah terlanjur memiliki pekerjaan yang memang kurang menyenangkan? Nah, kuncinya adalah bagaimana kita bisa menciptakan hal menyenangkan tersebut di lingkungan kerja.
Di antara beberapa kiat yang bisa dilakukan adalah bersikap positif, menghadapi rutinitas dengan kreativitas, menghadapi tekanan pekerjaan dengan kompetensi, serta menghadapi pengawasan dengan percaya diri.
Selain menciptakan hal-hal yang menyenangkan dalam pekerjaan, kejenuhan dalam bekerja juga bisa diatasi dengan menciptakan kemudahan dalam lingkungan kerja.
"Kebanyakan pekerjaan tidaklah mudah, kecuali kita membuatnya mudah". (Halaman 33)
Kebanyakan pekerja yang kerap mengeluh seringkali merasa bahwa beban tanggungjawab dan pekerjaannya terasa berat. Sebaliknya, ketika melakukan pekerjaan yang mudah, keluhan yang ada bisa diminimalkan.
Di antara kiat untuk membuat pekerjaan lebih mudah adalah membuat rencana kerja, bekerja di area kekuatan, meningkatkan keterampilan, hingga menciptakan cara baru.
Bab selanjutnya adalah menemukan dan menciptakan hal-hal yang bermanfaat dalam bekerja.Terkait hal ini, kebermanfaatan tentu menjadi tujuan selanjutnya dari sebuah pekerjaan. Bisa mencari manfaat dari sisi finansial atau nonfinansial.
Bagi sebagian orang, memilih pekerjaan dalam sudut pandang manfaat finansial barangkali bisa menjadi motivasi yang utama meskipun pekerjaan tersebut terasa membosankan.
Tapi dalam buku ini, penulis juga menekankan tentang pentingnya mencari manfaat nonfinansial dari pekerjaan. Sebuah variabel yang mampu mengubah rasa lelah dan jenuh menjadi sesuatu yang bermakna.
Secara umum, buku ini cukup inspiratif. Hanya saja, beberapa ide yang dijelaskan dalam buku ini kurang orisinil. Pembahasan yang dipaparkan oleh penulis adalah sesuatu yang barangkali bisa ditemukan dalam buku-buku motivasi lainnya. Padahal saya amat menunggu gagasan 'kreatif' sebagaimana yang tertera pada judul buku. Selain itu, ada beberapa pembahasan yang terkesan repetitif.
Namun, terlepas dari hal tersebut, apa yang dipaparkan oleh penulis dalam buku ini bisa memberikan solusi praktis bagi pembaca dalam mengatasi kejenuhan bekerja.
Jadi, bagi Sobat Yoursay yang saat ini sedang burnout dan butuh motivasi agar tetap semangat menuntaskan pekerjaan, buku ini bisa menjadi bacaan yang semoga menginspirasi!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Antara Luka dan Harapan: Mengupas Nilai Unik di Balik 'Desiran Angin Laut'.
-
Novel Death in the Cards: Mengungkap Identitas Pembunuh Lewat Kartu Tarot
-
Menyelami Dunia Pertanian lewat Novel Bentala Sella Karya Akaigita
-
Review Film Fear Street: Prom Queen, Misteri Teror Pembunuhan di Malam Prom
-
Legislator PDIP Ingatkan Fadli Zon Soal Jasmerah: Menutupi Sejarah, Sama Saja Bohongi Bangsa
Ulasan
-
Ulasan Novel Oregades: Pilihan Pembunuh Bayaran, Bertarung atau Mati
-
Dari Utas viral, Film Dia Bukan Ibu Buktikan Horor Nggak Lagi Murahan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
Terkini
-
Jordi Amat Mulai Menurun, Kluivert Harus Berpikir Ulang untuk Plot sang Pemain di Jantung Pertahanan
-
Nggak Perlu Kamera Mahal! 6 Prompt Ajaib Ini Sulap Foto HP Jadi Estetik Ala Selebgram
-
Sukses dengan Anime, The Summer Hikaru Died Bakal Hadir dalam Stage Play
-
Pulang Umroh, Zaskia Adya Mecca dan Hanung Bramantyo Hadapi Ujian Berat
-
Bye-Bye Mata Lelah: Tips Ampuh Maksimalkan Manfaat Dark Mode