Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Sampul Novel Sebelas Menit (Goodreads)

Apa penyesalan terbesar yang pernah kamu alami? Semua orang tentu pernah menyesali sesuatu. Paling tidak, sekali seumur hidup. Hal tersebut kadang menjadi bayang-bayang kelam yang kerap menghantui di masa depan.

Bagi Maria, penyesalan itu adalah ketika menolak kesempatan untuk berkenalan dengan sosok yang begitu ia kagumi saat ia remaja.

Ia jatuh cinta untuk pertama kalinya kepada seorang anak lelaki yang selalu bersamanya dalam sebelas menit perjalanan menuju sekolah.

Bagi Maria yang tidak pernah mengalami hal-hal yang istimewa dalam hidup, kehadiran anak lelaki tersebut selalu membuatnya bersemangat.

Pada suatu hari, anak lelaki itu ingin meminjam pensil Maria. Namun saking groginya, Maria malah menghindar karena terlalu malu dan gugup untuk menghadapi anak lelaki tersebut.

Malangnya, hari itu adalah hari terakhir ia bisa menyaksikan sosok yang ia kagumi karena anak tersebut harus pindah ke kota yang jauh. Sejak saat itulah, Maria sangat menyesal pada dirinya sendiri.

Saat beranjak dewasa, berkali-kali ia harus membuat keputusan yang salah dan kembali menyesal. Termasuk saat ia dengan polosnya menerima ajakan untuk merantau dan menjadi penari kafe dengan bayaran yang sedikit.

Namun Maria tidak puas dengan pekerjaan tersebut. Keinginannya untuk melakukan pembuktian bahwa dia bisa menjadi gadis kampung yang sukses di perantauan membuat ia akhirnya tergiur untuk mengambil jalan pintas sebagai seorang pelacur.

Terlepas dari banyaknya keputusan keliru yang pernah dilakukan oleh Maria, yang membuat tokoh ini menarik adalah keinginannya untuk terus belajar dan mencari tahu tentang sesuatu yang tidak dipahaminya. Ia sangat rajin membaca buku di perpustakaan.

Selain itu, ia secara rutin menuliskan pemikiran-pemikirannya di buku harian. Lewat buku harian inilah, saya menangkap kesan tentang betapa Maria adalah pribadi yang amat cerdas dan tangguh.

Ia punya cita-cita yang tinggi dan berani menanggung seluruh risiko yang menghadangnya. Meskipun risiko tersebut menuntut pengorbanan yang tidak sedikit.

Termasuk ketika ia harus kehilangan makna tentang cinta sejati. Kehidupan Maria sebagai pelacur yang profesional dengan bayaran mahal akhirnya membuat ia perlahan mati rasa dengan hal-hal yang bersifat emosional.

Hingga suatu ketika ia bertemu dengan seorang seniman sukses bernama Ralf. Melalui sosok inilah, Maria kembali mendefinisikan ulang arti kehidupan dan spiritualismenya.

Bersama Ralf, ia kembali menemukan cahaya dalam dirinya setelah sekian lama berkubang dalam kegelapan.

Secara umum, novel ini mampu mengajak pembaca untuk berpikiran terbuka dan memperluas cara pandang tentang kehidupan.

Meskipun ada beberapa pembahasan yang agak sensitif mengenai seksualitas, dunia pelacuran, dan pergaulan bebas, sehingga membuat novel ini tidak disarankan bagi pembaca yang masih di bawah umur.

Namun terlepas dari hal-hal di atas, penulis mampu mengemas sesuatu yang terkesan tabu, menjadi sebuah cerita yang sarat akan renungan. Novel ini bisa membantu pembaca untuk menggali sisi tergelap manusia sebagai bahan untuk introspeksi diri.

Demikianlah ulasan singkat mengenai novel berjudul 'Sebelas Menit' karya Paulo Coelho. Bagi pembaca yang menyukai karya-karya dari Paulo Coelho, novel ini jangan sampai dilewatkan!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Akramunnisa Amir