Ketika berbicara tentang puisi, ia tak sekedar sebuah karya sastra yang bisa menggambarkan perasaan tanpa perlu berpanjang-lebar.
Namun puisi bisa menjelma sebagai bagian dari perjalanan emosional tidak hanya penyair, tapi juga pembacanya.
Bayangkan dengan selarik atau dua larik kalimat, hal tersebut bisa menyentuh jiwa banyak orang.
Maka lihatlah, bagaimana puisi berjudul Aku karya Chairil Anwar, Hujan Bulan Juni-nya Sapardi Djoko Damono, hingga Perjamuan Khong Guan dari Joko Pinurbo begitu meninggalkan kesan yang ikonik di hati banyak pembaca.
Tidak sebagaimana novel maupun karya fiksi lain yang jika telah dibaca berulang akan bosan, tapi puisi bersifat sebaliknya.
Ia ibarat candu yang memanggil untuk selalu terjatuh di dalamnya. Semakin dibaca dan diulang, maka selalu bisa mendatangkan makna yang baru.
Terlebih untuk puisi dari penyair yang memang menempati posisi yang istimewa di hati pembaca. Sebagaimana puisi Joko Pinurbo bagi saya.
Puisi-puisi dari Jokpin punya ciri khas berupa kesederhanaan susunan kata namun tidak mengurangi keindahan kalimat di dalamnya.
Salah satu buku yang menghimpun keindahan itu ada di dalam buku puisi berjudul Kekasihku. Buku ini merangkum beberapa puisi pilihan karya Joko Pinurbo yang mampu membuat perasaan campur aduk.
Kalau disuruh memilih puisi favorit dari buku ini, sepertinya akan sulit menentukan pilihan. Karena hampir semua judul puisi dari buku ini begitu mempermainkan perasaan. Tapi saya lumayan tertarik dengan puisi berjudul Kekasihku, yang juga diangkat menjadi judul dari buku ini.
Pacar kecil duduk manis di jendela
menemani senja. Senja, katanya, seperti ibu
yang cantik dan capek setelah seharian dikerjain kerja.
Ia bersiul ke senja seksi yang tinggal
tampak kerdipnya: Selamat tidur, kekasihku.
Esok pagi kau tentu akan datang dengan rambut baru.
Kupetik pipinya yang ranum,
kuminum dukanya yang belum: Kekasihku,
senja dan sendu telah diawetkan dalam kristal matamu.
(Halaman 24)
Saat membaca puisi di atas, awalnya terasa jenaka. Sampai di akhir, tiba-tiba menjadi sendu. Dan begitulah gaya khas kepenulisan Jokpin dalam buku ini.
Bermain-main dengan kata, lalu mengemas perasaan kelam menjadi sebuah puisi yang diungkapkan secara usil dan semaunya.Tapi di situlah letak kecerdasan Jokpin dalam menuliskan sebuah puisi.
Bagi penggemar buku puisi khususnya pembaca yang mencintai karya-karya dari sang maestro yang satu ini, Kekasihku adalah salah satu buku puisi karya Jokpin yang jangan sampai dilewatkan!
Baca Juga
-
Nasib Buku Fisik di Tengah Gempuran Buku Digital: Punah atau Berevolusi?
-
Ulasan Novel Enigma Pasha, Mengungkap Teka-teki sang Pemain Bisbol
-
Ulasan Buku Everything Is Possible, Inspirasi 10 Menit yang Bikin Semangat!
-
Ulasan Novel The Arson Project, Misi Pemberontakan dengan Metafora Api
-
Crab Mentality di Medsos: Scroll Komentar yang Lebih Menakutkan dari Gagal
Artikel Terkait
-
Review Buku Klasik Le Petit Prince, Dongeng yang Menyentil Orang Dewasa
-
Ulasan Buku 'Membaca Kepedihan', Meromantisasi Patah Hati Lewat Puisi
-
Ulasan Novel Wajah Abu-Abu: Kisah Gadis Perias Jenazah yang Ditentang Keluarganya
-
Mari Kembangkan Diri Bersama Buku Bertajuk 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif
-
Review Buku 'Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang', Puisi dari Penulis Lintas Generasi
Ulasan
-
Review Pee-wee as Himself: Dokumenter yang Mengantar Kejujuran Paul Reubens
-
Ulasan Buku One in a Millennial: Refleksi Kehidupan dalam Budaya Pop
-
Ketika Tubuh Menjadi Doa: Refleksi dalam In The Hands of A Mischievous God
-
Bukan Sekadar Lagu Ulang Tahun, Ini Pesan Berani di Lagu SEVENTEEN Bertajuk HBD
-
Review Film Cassiopeia: Saat Ingatan Lenyap, Cinta yang Menuntun Pulang
Terkini
-
Melawan China, Patrick Kluivert Harus Mampu Obati Rasa Sakit yang Dialami oleh Shin Tae-yong
-
Karate Kid: Legends Gagal Salip Lilo & Stitch (2025) di Puncak Box Office
-
Tecno Luncurkan Megabook S16, Laptop Premium Layar Besar dan Bawa Fitur AI
-
Penuh Harmonisasi, ablume Bawakan Lagu 'Cupid (Bossa Version)' Secara Live
-
Indonesia Open 2025: Jadi Andalan, Dejan/Fadia Terhenti di Babak Awal