'Festival Air' adalah buku cerita anak yang ditulis oleh D.K. Wardhani dan diilustrasikan oleh Haidi Shabrina. Buku yang pertama kali terbit pada tahun 2017 oleh penerbit Bhuana Ilmu Populer ini adalah salah satu bagian dari kampanye untuk mendukung kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak usia dini.
Cerita mengenai Festival Air ini diawali dengan kisah tentang Pintu Air Wastu yang berada di area sungai Kampung Kidung. Pintu Air Wastu dikenal sebagai pintu air yang gagah sehingga anak-anak kampung Kidung senang bermain dengannya.
Pada suatu hari, hujan mengguyur dengan amat derasnya. Hujan yang deras tersebut membuat Pintu Air Wastu merasa kepayahan untuk menanggung beban yang menimpanya.
Akibat hujan tersebut, sampah-sampah, tumbuhan eceng gondok, hingga lumpur yang terbawa air membuat sungai kotor dan Pintu Air Wastu kelelahan untuk menopang genangan air. Hingga pada akhirnya, ia tak sanggup lagi menahan bebannya. Air sungai pun berhasil menerobos dan menggenangi Kampung Kidung.
Akibat air yang meluap, Pintu Air Wastu terseret cukup jauh. Melihat hal tersebut, sejumlah warga bergotong royong untuk mengatasi banjir dan memperbaiki Pintu Air Wastu.
Sejumlah anak-anak juga berinisiatif untuk membuat biopori sebagai sarana resapan air. Seiring berjalannya waktu, berkat kepedulian seluruh warga dan anak-anak tersebut, Kampung Wastu pun terbebas dari banjir. Mereka melakukan festival air dengan berbagai lomba di sekitar bantaran sungai yang membuat semua orang bergembira.
Secara umum, buku ini memuat cerita yang sederhana namun sarat akan pembelajaran mengenai lingkungan.
Di akhir bab juga ada pembahasan tentang skema saluran air yang memberi wawasan tentang siklus hidrologi hingga pengolahan air limbah menjadi air PDAM yang layak dikonsumsi.
Ada pula pengetahuan seputar biopori dan cara pembuatannya sehingga bisa dipraktekkan oleh orang tua dan anak-anak.
Meskipun buku ini memuat banyak pelajaran, namun segmen pembacanya sepertinya hanya disasar untuk anak-anak usia sekolah.
Beberapa muatan dalam buku ini, seperti siklus hidrologi, biopori, serta water treatment plant sepertinya masih butuh penjelasan lebih lanjut jika diceritakan kepada anak-anak.
Tapi secara umum, buku ini cukup menarik. Festival Air tidak hanya buku cerita yang memuat kisah yang melatih empati dan kesadaran lingkungan, tapi juga mengandung pembelajaran sains sederhana yang bisa menambah wawasan!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel The Nice Guy: Romansa Manis Antara Dua Dokter Hewan
-
Novel 'Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam': Suara di Balik Tradisi
-
Ulasan Novel Sisi Tergelap Surga: Jakarta dan Perspektif yang Tak Terlihat
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Ternyata Aku Bisa Bertahan
-
Ulasan Novel The Celebrants: Sebuah Perjanjian yang Mengubah Hidup
Ulasan
-
Film What's Up With Secretary Kim, Semenarik Apa sih Adaptasi Drakor Ini?
-
Raisa Mengubah Pasrah Menjadi Self-Respect Bertajuk Terserah di Ambivert
-
Makjleb! 3 Amanat Satir dalam Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
Terkini
-
Permintaan Kuasa Hukum Raisa pada Publik soal Kabar Cerai: Hormati Privasi
-
Art Fun PAS for Children: Ruang Tumbuh Anak Lewat Seni di Pendhapa Art Space
-
Vidi Aldiano Kirim Pesan Hangat untuk Raisa di Tengah Kabar Perceraian
-
Buka Kongres PMMBN, Wamenag Ajak Mahasiswa Jadi Penjaga Moderasi dan Persatuan Bangsa
-
Mesin Gol Belum Mati! Cristiano Ronaldo Cetak Gol ke-950, Kini Bidik Target 'Gila' 1000 Gol