Jennifer Coppen Tegas Didik Anak: Kalau Terus Dimanja, Mau Jadi Apa Nanti?

Hayuning Ratri Hapsari | Ancilla Vinta Nugraha
Jennifer Coppen Tegas Didik Anak: Kalau Terus Dimanja, Mau Jadi Apa Nanti?
Potret Jennifer Coppen bersama Putrinya, Kamari dan Pasangannya, Justin Hubner (Instagram/@@jennifercoppenreal20)

Jennifer Coppen menegaskan bahwa ketegasan menjadi bagian penting dalam mendidik anak. Baginya, disiplin perlu diajarkan sejak dini agar anak belajar memahami kedisiplinan. 

Melalui unggahan Instagram Story pada akun pribadinya @jennifercoppenreal20 pada Minggu (2/11/2025) Jennifer membagikan momen ketika putrinya, Kamari, mendapat time out setelah mencoret kasur di rumah. 

Dalam unggahan tersebut, terlihat sang putri sedang menangis di ujung ruangan sembari mengatakan “Sorry mama (maaf mama).” Jennifer menjelaskan bahwa hukuman tersebut merupakan suatu cara untuk mengajarkan tanggung jawab tanpa kekerasan. 

Ia juga mengungkap bahwa sang pasangan, Jusa (Justin Hubner), kerap membantu menegakkan aturan di rumah. Sentilan ringan yang diberikan, kata Jennifer, bukanlah bentuk kekerasan, melainkan pengingat agar Kamari memahami konsekuensi dari perilakunya.

“Sentil pun bukan berarti kita sentil dia keras tapi kalo disentil kan ga nyaman dia bakal tau kalo dia bandel,” tulis Jennifer. Menurutnya, rasa tidak nyaman itu membuat anak belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menjadi lebih disiplin.

Jennifer Coppen (Instagram/@jennifercoppenreal20)
Jennifer Coppen (Instagram/@jennifercoppenreal20)

Jennifer menegaskan bahwa setiap orang tua memiliki cara masing-masing dalam mendidik anak. Ia sendiri percaya, sebagai ibu, ia paling tahu apa yang efektif dan sesuai untuk Kamari. 

Menurutnya, mereka tak pernah menggunakan kekerasan fisik dalam bentuk apa pun. Sentilan ringan di tangan hanya dilakukan sesekali, itupun ketika Kamari benar-benar sulit diatur. Ia menilai cara itu cukup sebagai pengingat tanpa harus menyakiti.

Jennifer menambahkan, banyak orang hanya melihat sisi lucu Kamari di media sosial, tanpa tahu bahwa sang putri juga sedang melewati fase aktif dan sulit diatur layaknya balita lain. “Kalau lagi bandel, bisa bikin geleng-geleng kepala,” ujarnya. 

Meski begitu, Jennifer menganggap hal itu bagian dari proses tumbuh kembang anak. Ia dan Jusa hanya berusaha mengajarkan disiplin dengan cara yang menurut mereka paling tepat.

Jennifer Coppen menilai bahwa sejak dini anak perlu diajarkan mana yang benar dan mana yang salah agar tumbuh dengan pemahaman yang jelas. “Bukannya dimaklumi cuman karna mereka masih kecil yang ada malah jadi anak suka ngebantah ntar gedenya,” tulisnya.

Ia menegaskan bahwa kedisiplinan dan sopan santun menjadi dua nilai utama dalam mendidik Kamari. Karena itu, Jennifer merasa penting bagi Kamari untuk memahami nada bicara ibunya, termasuk kapan sang ibu sedang marah dan apa konsekuensinya bila berbuat salah.

Menurut Jennifer, justru sejak usia dini anak harus diajarkan nilai-nilai dasar seperti rasa hormat, kedisiplinan, dan tata krama. Ia mencontohkan berbagai perilaku yang sering dianggap sepele, seperti anak berteriak di mall, memukul teman, atau membentak orang tua yang menurutnya tidak seharusnya dibiarkan begitu saja.

“Kalau cara pikir kalian seperti itu, good luck ya raising your child (semoga sukses membesarkan anakmu),” ujarnya kepada para orang tua yang memilih memaklumi perilaku tersebut. Ia menambahkan bahwa dirinya tidak bermaksud menyerang siapa pun, namun menegaskan pentingnya batas yang jelas dalam pengasuhan.

“But that will not be me (Tapi itu bukan aku),” lanjutnya. “No hate towards parents who do this, but I think it's not good to let a child think (Tidak ada kebencian terhadap orang tua yang melakukan hal ini, tapi menurutku tidak baik membiarkan anak berpikir) ‘ah, gapapa ngelakuin ini, mama papa juga gabakal marah’. Itu justru bikin anak tumbuh jadi spoiled atau brat (manja).”

Sebagai penutup dari deretan unggahan Instagram Story-nya, Jennifer Coppen menyoroti hasil dari pola asuh tegas yang ia terapkan pada putrinya, Kamari. Ia menilai, kedisiplinan yang ditanamkan sejak dini membentuk karakter Kamari menjadi anak yang sopan dan tahu tata krama.

“Menurut kalian Kamari bisa sepintar, sopan, dan kind-hearted (baik hati) gini didikannya gimana?” tulis Jennifer. Ia mencontohkan bagaimana Kamari selalu mengucapkan “makasih” atau “tolong,” tidak tantrum di tempat umum, dan mampu duduk tenang di restoran. “Little things like this matter, it matters with how they grow up (Hal-hal kecil seperti ini penting, penting untuk bagaimana mereka tumbuh dewasa),” tambahnya.

Dalam unggahan berikutnya, Jennifer juga memberi pesan kepada para ibu agar tidak merasa bersalah bila menerapkan pola asuh yang serupa dengannya. “Untuk ibu di luar sana, jangan merasa bersalah kalau kalian cara didiknya kayak aku,” tulisnya. “You’re doing this for your child (Kamu melakukan ini untuk anakmu) — supaya mereka tumbuh jadi manusia yang sopan, baik hati, rendah hati, gak ngelunjak, dan gak ngebangkang.”

Ia juga mengaku sempat merasa bersalah di awal ketika pertama kali “menyentil” Kamari sebagai bentuk teguran. “Aku sampai nangis, gak tega,” katanya. “Tapi justru kalau kalian gak tega dan terus manjain anak, mereka nanti mau jadi apa?”

Lebih jauh, Jennifer menutup dengan rasa syukur atas perkembangan Kamari yang kini disebutnya sebagai anak penyayang, sopan, dan berperilaku baik — bukti dari prinsip tegas yang ia pegang dalam mendidik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak