Tubuh manusia diciptakan dengan segala kesempurnaanya, salah satunya adalah sistem kekebalan tubuh atau sering dikenal dengan sistem imun. Sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk membentengi tubuh manusia dari serangan benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan cara mengidentifikasi dan menghancurkan atau menetralkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh yang berpotensi merugikan tubuh.
Namun, ada kondisi atau penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh kita, justru berbalik menyerang dan merugikan bagi kesehatan tubuh kita. Salah satu penyakit yang paling dikenal adalah lupus. Selain lupus, ternyata ada juga penyakit yang termasuk kedalam penyakit autoimun, yaitu multiple sclerosis. Melansir laman Healthline, berikut ini adalah penjelasan mengenai penyakit multiple sclerosis, mulai dari penyebab, gejala, dan penanganannya.
1. Apa sih multiple sclerosis itu?
Multiple sclerosis atau disebut dengan MS adalah kondisi medis yang berkaitan dengan sistem saraf pusat, yaitu sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang mielin yang merupakan lapisan pelindung di sekitar serabut saraf. Peradangan dan lesi sementara bisa muncul akibat multiple sclerosis. Lesi adalah kondisi rusaknya atau tidak normalnya suatu bagian atau jaringan tubuh. Pada kondisi yang lebih parah, multiple sclerosis bisa juga menyebabkan lesi yang bertahan lama yang disebabkan jaringan parut dan menyebabkan otak sulit mengirim sinyal ke tubuh. Multiple sclerosis tidak dapat disembuhkan, namun gejalanya bisa ditekan atau diminimalisir.
2. Penyebab
Seperti penyakit Lupus, multiple sclerosis atau MS juga merupakan penyakit autoimun, yaitu sistem imun yang seharusnya menjaga tubuh dari infeksi justru menyerang sel dan jaringan tubuh yang sehat. Bedanya jika pada MS menyerang sel-sel saraf otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan Lupus menyerang hampir seluruh bagian tubuh seperti kulit, dan organ tubuh lain. Selain ini para ahli juga berpendapat bahwa adanya faktor lingkungan, seperti virus dan racun menjadi pemicu penyakit MS.
Pada dasarnya MS bukan merupakan penyakit turunan, tetapi jika seseorang memiliki orang tua atau saudara sedarah yang mengidap penyakit MS akan sedikit meningkatkan resiko orang tersebut terhadap penyakit MS.
3. Gejala apa saja yang timbul?
Gejala yang ditimbulkan dari multiple sclerosis pada setiap orang bisa berbeda-beda. Tingkat keparahan dari dampak yang ditimbulkan juga bisa berubah dari waktu ke waktu. Namun, gejala yang paling umum terjadi adalah sebagai berikut:
Kelelahan
National Multiple Sclerosis Society (NMSS) mengatakan bahwa sekitar 80 persen orang yang mengalami multiple sclerosis akan memiliki gejala kelelahan. Gejala kelelahan ini akan membuat penderitanya kesulitan dan ketidaknyamanan dalam menjalankan rutinitas sehari-hari.
Kesulitan berjalan
Orang dengan multiple sclerosis bisa berdampak pada kesulitan untuk berjalan. Kesulitan berjalan diakibatkan dari dampak multiple sclerosis yang berupa:
- mati rasa pada kaki
- kesulitan menyeimbangkan
- kelemahan otot
- kelenturan otot
- kesulitan dengan penglihatan
Masalah penglihatan
Tidak jarang gejala pertama yang muncul pada orang dengan multiple sclerosis adalah masalah penglihatan yang mempengaruhi satu atau bahkan kedua mata. Dengan berjalannya waktu bisa saja masalah penglihatan bisa semakin memburuk. Masalah penglihatan yang paling umum adalah sebagai berikut:
- neuritis optik, yang dapat menyebabkan nyeri atau penglihatan kabur pada satu mata
- diplopia, atau penglihatan ganda
- nistagmus, atau gerakan bola mata yang tidak disengaja / tidak terkendali
- Kebutaan
Masalah bicara
Disartria atau masalah bicara merupakan salah satu gejala yang diakibatkan oleh multiple sclerosis. Hal ini disebabkan adanya lesi pada otak yang mengatur bicara. Contoh dari disartria adalah bicara cadel.
Gejala lainnya
Selain gejala yang telah dijelaskan tadi, masih banyak gejala yang bisa timbul dari multiple sclerosis. Gejala yang umum terjadi adalah sebagai berikut:
- nyeri akut atau kronis
- tremor
- masalah kognitif yang melibatkan konsentrasi, memori, dan pencarian kata
- kesulitan mengunyah dan menelan
- masalah tidur
- masalah dengan kontrol kandung kemih.
4. Bagaimana mendiagnosa MS?
Untuk mendiagnosa seseorang dikatakan mengalami multiple sclerosis, dibutuhkan tindakan pemeriksaan neurologis oleh ahli saraf. Selain itu, dibutuhkan juga serangkaian tes lain untuk memastikan seseorang dikatakan mengalami multiple sclerosis. Beberapa tes yang mungkin dibutuhkan adalah:
- Tes MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan MRI memungkinkan mendeteksi lesi aktif dan tidak aktif di seluruh otak dan sumsum tulang belakang.
- Tes OCT (Optical coherence tomography). Dengan OCT, mampu menangkap gambar tiga dimensi beresolusi mikrometer sehingga bisa menangkap gambar jaringan tubuh.
- Lumbal pungsi. Metode ini akan mengambil cairan tulang belakang dan otak (serebrospinal).
- Tes darah. Biasanya dilakukan untuk membantu menghilangkan kemungkinan kondisi lain yang memiliki gejala serupa.
- Tes VEP (Visual evoked potential). Tes ini membutuhkan stimulasi jalur saraf untuk menganalisis aktivitas listrik di otak yang bisa digunakan untuk mendiagnosa multiple sclerosis.
Diagnosa multiple sclerosis harus ditemukan bukti demielinasi yang terjadi pada waktu yang berbeda dan di lebih dari satu area otak. Demielinasi adalah proses yang mencegah syaraf mengirimkan sinyal secara efisien. Diagnosis MS memerlukan bukti demielinasi yang terjadi pada waktu yang berbeda di lebih dari satu area otak, sumsum tulang belakang, atau saraf optik Anda. Demielinasi adalah proses yang mencegah saraf mengirimkan sinyal secara efisien. Hal ini disebabkan oleh rusaknya selubung mielin pada neuron.
5. Jenis-jenis multiple sclerosis
Clinically isolated syndrome (CIS)
Clinically isolated syndrome adalah kondisi pra-multiple sclerosis yang melibatkan satu episode gejala yang berlangsung setidaknya 24 jam. Gejala-gejala ini disebabkan oleh demielinasi di sistem saraf pusat.
Relapsing-remitting MS (RRMS)
RRMS adalah bentuk yang paling umum dari kasus multiple sclerosis, yaitu dari total kasus multiple sclerosis sebesar 85 persen adalah RRMS. RRMS memiliki gejala yang sifatnya kambuhan. Pada saat multiple sclerosis pada masa remisi / tidak kambuh, gejala yang timbul sangat ringan atau bahkan tidak memiliki gejala.
MS progresif primer (PPMS)
Seseorang yang mengalami PPMS, fungsi neurologis akan menjadi semakin memburuk sejak gejala multiple sclerosis mulai muncul.
MS progresif sekunder (SPMS)
SPMS terjadi ketika RRMS bertransisi ke bentuk progresif. Seseorang yang mengalami SPMS akan mengalami kekambuhan dan fungsi yang memburuk secara bertahap.
6. Penanganan
Sampai saat ini belum ada obat untuk penyembuhan multiple sclerosis. Namun, ada beberapa pengobatan yang mampu membantu menangani gejala yang ditimbulkan dari multiple sclerosis. DMT (Disease-modifying therapies) dirancang untuk memperlambat perkembangan MS dan menurunkan tingkat kekambuhan pada penderita multiple sclerosis.
Obat suntik untuk RRMS termasuk glatiramer acetate (Copaxone) dan interferon beta, seperti:
- Avonex
- Betaseron
- Extavia
- Plegridy
- Rebif
Obat oral untuk RRMS meliputi:
- Dimetil fumarat (Tecfidera)
- Fingolimod (Gilenya)
- Teriflunomide (Aubagio)
- Cladribine (Mavenclad)
- Diroximel fumarat (Vumeritas)
- Siponimod (Mayzent)
Sedangkan penanganan dengan infus intravena untuk RRMS meliputi:
- Emtuzumab (Lemtrada)
- Natalizumab (Tysabri)
- Mitoxantrone (Novantrone)
- Ocrelizumab (Ocrevus)
Pada tahun 2017, Food and Drug Administration (FDA) menyetujui DMT pertama untuk orang dengan PPMS. Obat infus ini disebut ocrelizumab (Ocrevus), dan juga dapat digunakan untuk mengobati RRMS. Pemilihan obat MS harus dikonsultasikan dengan Dokter agar mendapat jenis yang tepat bagi pasien, agar mendapatkan hasil yang maksimal dan mengurangi resiko dari efek samping obat.
Sumber: https://www.healthline.com/health/multiple-sclerosis