Waspada! Hipertensi Intai Anak Muda, Ini Resep Sehat Kata Dokter

Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Waspada! Hipertensi Intai Anak Muda, Ini Resep Sehat Kata Dokter
Potret Dokter Dion Haryadi (Instagram/dionharyadi)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering dianggap masalah kesehatan orang tua. Namun, data dari Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) menunjukkan bahwa anak muda di Indonesia juga rentan terhadap kondisi ini.

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tensimeter sebesar 10,7% pada kelompok usia 18–24 tahun dan 17,4% pada kelompok 25–34 tahun. Fakta ini mengejutkan, mengingat hipertensi dapat menjadi silent killer tanpa gejala awal yang jelas.

SKI 2023 juga mencatat bahwa berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi hipertensi pada kelompok umur 18–24 tahun sebesar 0,4% dan pada kelompok umur 25–34 tahun sebesar 1,8%. Data ini menunjukkan banyak anak muda yang tidak menyadari dirinya sudah mengalami tekanan darah tinggi.

Gaya Hidup dan Pola Makan

Gaya hidup modern menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya risiko hipertensi di kalangan anak muda. Pola makan tinggi garam, lemak, dan rendah serat, serta olahraga yang minim merupakan faktor risikonya.

Dokter Dion Haryadi menjelaskan melalui kanal YouTube Tuah Kreasi (8/9/2025) bahwa anak muda harus mulai menjaga konsumsi garam sejak dini. Ia juga menyoroti kebiasaan masyarakat Indonesia yang merasa makanan kurang enak jika tidak gurih.

Dari kecil sebenarnya sudah harus dijaga. Gen Z sekarang kalau diperhatikan banyak yang mengalami gagal ginjal dan hipertensi, bahkan sejak usia muda,” ujarnya.

Pola makan sehat sering dianggap hambar, harus rebusan atau kukusan. Padahal sebenarnya makanan bisa tetap enak dan sehat. Itu yang saya dapatkan dari mama saya yang pandai memasak. Makanan enak bisa sekaligus sehat dan memberi manfaat jangka panjang,” tambahnya.

Menurut Dion, makan enak juga ada batasannya. Ia mencontohkan pisang goreng. Pisang sebagai karbohidrat sebenarnya sudah cukup, tapi ketika ditambah tepung lalu digoreng, kandungan kalori dan lemaknya meningkat.

Ibaratnya, harga makanan itu jadi lebih mahal untuk tubuh kita,” katanya.

Ia menambahkan bahwa setiap orang rata-rata membutuhkan 2.000 kalori per hari. Jika berlebih, tubuh akan menyimpannya dalam bentuk lemak yang bisa menimbulkan masalah kesehatan.

Solusi Sehat di Rumah

Solusi sederhana untuk mencegah hipertensi adalah dengan membiasakan memasak di rumah. Karena kita bisa mengatur sendiri bahan-bahan yang digunakan untuk memasak.

Kalau makan di luar, kita tidak bisa mengatur garam karena sudah ada SOP restoran. Tapi kalau masak sendiri, kita bisa atur sesuai kebutuhan,” kata Dion.

Ia menyarankan agar penggunaan garam dikurangi, misalnya dari dua sendok teh menjadi satu sendok teh. Untuk menjaga cita rasa, bisa ditambahkan sedikit monosodium glutamat (MSG).

Dion menjelaskan, stigma negatif tentang MSG muncul dari kasus di Amerika Serikat, ketika restoran China dituding sebagai penyebab sakit kepala. Menurutnya, MSG sebenarnya aman dikonsumsi.

Padahal, masalahnya bukan pada MSG saja, tapi karena kombinasi garam, kecap, bumbu, serta makanan yang digoreng sehingga kandungan sodiumnya tinggi,” jelasnya.

Kalau MSG berbahaya, tidak mungkin diizinkan WHO dan dijual bebas,” tegasnya.

Hipertensi kini tidak hanya menyerang orang tua, tetapi juga generasi muda. Mengurangi konsumsi garam, memasak sendiri di rumah, serta mengatur pola makan dapat menjadi langkah kecil tapi penting untuk mencegah hipertensi dan menjaga kesehatan jangka panjang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak