Ulang Tahun Anakku

Munirah | Funcrev
Ulang Tahun Anakku
Ilustrasi pengantar makanan online. [Unsplash/Farel Yesha]

Selama pandemi orderan kian sepi, Rahmat yang hanya bertopang pada penghasilan mengojek terkadang harus berhutang ke sana kemari untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Tinggal di perantauan memang bukan hal yang mudah untuk Rahmat, Ia harus banting tulang siang malam hanya agar bisa makan.

Situasi pandemi yang belum tentu akan berakhir ini, selalu saja membuat Rahmat ketar-ketir akan penghasilannya. Belum lagi Ia harus mengirimkan uang kepada bapak dan ibu di kampung yang sudah tidak lagi produktif bekerja membuat Rahmat harus siap melakukan apa saja demi memenuhinya.

Malam itu, langit mendung, angin malam bertiup sedikit lebih kencang dari biasanya. Satu orderan dari akun tanpa profil dengan nama seorang wanita masuk. Rahmat tak merasa aneh sedikitpun karena hal itu wajar terjadi.

Orderan malam itu hanya berupa kue ulang tahun. Sambil tersenyum, Rahmat sudah mengetahui bahwa pesanan seperti itu alamat yang akan dikirimi biasanya pasti berbeda dengan pemesan, jadi Ia juga tetap tidak merasa aneh dengan hal itu.

"Mungkin buat temen atau pacarnya yang lagi ulang tahun," gumam Rahmat sembari bersiap menuju toko roti ulang tahun.

Waktu menunjukkan hampir pukul 10 malam, namun Ia tetap tenang karena toko roti yang dipesan buka 24 jam dalam sehari. Setelah sampai di toko seperti biasa Rahmat hanya duduk di bangku tunggu depan toko, sembari menunggu pesanan disiapkan. Mendung berubah menjadi gerimis kecil, malam itu benar-benar dingin bagi Rahmat.

Belum selesai disiapkan tiba-tiba terdapat chat dari pemesan yang kali ini terdengar sedikit aneh.

"Mas, kebetulan saya lagi tidak punya uang, nanti yang bayar anak saya aja ya, kebetulan dia hari ini ulang tahun, tolong sampaikan ucapan selamat saya ya mas, maaf ya, terima kasih," tulis pemesan dalam chat di aplikasi pemesanan makanan tersebut.

"Iya, baik gampang itu, nanti saya yang urus," balas Rahmat.

"Kirain mau kasih kado, eh malah yang terima suruh bayarin. Eh gak boleh berburuk sangka deh sama rezeki, yang penting dibayar," gumam Rahmat.

Setelah pesanan siap, Rahmat langsung membayar dan mengantarkan pesanan tersebut kepada alamat penerima. Gerimis yang membasahi jalanan benar-benar membuat tubuh menjadi dingin hingga sedikit menggigil. Demi dirinya dan keluarga hal seperti itu bukan penghambat untuk Rahmat.

Alamat penerima cukup jauh dari toko roti yang dipesan, membutuhkan sekitar 20 menit untuk menerobos gerimis yang mulai cukup deras.

Setelah melewati beberapa gang kecil demi menghindari beberapa lampu merah, akhirnya Ia telah sampai di komplek perumahan penerima. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 11 malam.

Komplek perumahan tersebut benar-benar sepi, mungkin karena pandemi pikir Rahmat. Karena keadaan hujan dan cahaya yang remang-remang pencarian alamat menjadi sedikit lebih lama. Setelah beberapa menit mengelilingi komplek akhirnya Rahmat menemukan rumah tersebut.

Namun, ada hal aneh yang membuat Rahmat terkaget. Ada bendera kuning di depan rumah tersebut. Tanpa banyak bertanya Ia langsung memencet bel rumah tersebut. Seorang anak gadis berambut panjang pun keluar dari dalam rumah.

"Pesanan dari akun atas nama Dayah, benar?" tanya Rahmat.

"Maaf mas, siapa?," gadis tersebut kaget dan mencoba untuk menanyakan kejelasannya. 

"Atas nama Dayah," jawab Rahmat sembari menunjukkan profil pemesan.

"Maaf mas tidak ada nama itu di rumah ini, mungkin salah orang," jawab gadis tersebut.

"Tapi ini alamatnya sudah benar, mba, pemesan bilang kue ini untuk anaknya yang sedang ulang tahun hari ini, sekalian sampaikan pesan selamat katanya, nih pesannya," Rahmat menunjukkan chat dari pemesan tanpa foto profil tersebut.

Bukannya segera menjawab, gadis tadi malah menangis sesenggukan.

"Itu nama ibu saya mas, kebetulan beliau baru saja dikuburkan hari ini, dan memang betul ini hari ulang tahun saya," jawab si gadis yang masih menangis sesenggukan.

Mendengar hal tersebut tubuh Rahmat seketika merinding sejadi-jadinya. Tanpa berlama-lama, Ia ingin segera pergi dari tempat itu. 

"Totalnya 250 ribu mba," ucap Rahmat yang ketakutan.

"Ya sudah mas, terima kasih sudah mau mengantarkan, kembaliannya ambil saja," gadis itu menyodorkan uang 300 ribu kepada Rahmat.

Tanpa berlama-lama Rahmat segera pergi dari tempat tersebut. Tubuhnya masih merinding membayangkan jika pemesan tersebut benar-benar costumer gaib. Namun, Ia tidak mau mempermasalahkannya lagi, yang terpenting kue tersebut dibayar dan alkhamdulillah Ia mendapatkan hasil lebih.

Saat masih diperjalanan, tiba-tiba pemesan tadi mengirimkan chat. Hati Rahmat yang beru saja sedikit tenang, tiba-tiba harus berdegup kencang lagi. Dalam isi chat terakhir tersebut si pemesan hanya mengucapkan "terima kasih" kepada Rahmat. Tanpa peduli siapa pemesan sebenarnya Ia hanya menjawab "sama-sama" dan segera menyelesaikan pesanan gaib tersebut.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak