Pengumuman itu benar-benar membuat Rani merasa sangat terpukul. Sudah hampir satu tahun setelah kelulusan sarjana, hingga saat ini Rani belum juga mendapatkan pekerjaan. Sehari-harinya hanya Ia habiskan di dalam rumah.
Stres sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Rani, tak jarang pula bunuh diri terlintas di pikiran buruknya. Wajahnya semakin kusam, harapannya untuk melanjutkan hidup menurun. Hidup sudah tidak semanis yang Ia bayangkan waktu kecil dulu.
Media sosial adalah tempat yang mengerikan bagi Rani sekarang ini. Dalam benaknya Rani selalu bertanya, sebenarnya untuk apa Ia ada di dunia ini?
"Ran, tolong belikan Ibu bumbu di minimarket," teriak ibu di dapur memecahkan lamunan Rani.
Usai menyeka air mata, Ia langsung keluar kamar dan menemui ibunya yang tengah memasak di dapur.
"Tolong belikan bumbu rendang instan di minimarket dekat perempatan itu, uangnya ada di atas lemari," ucap Ibu.
Di sepanjang perjalanan pikiran Rani masih bergulat dengan pertanyaan aneh itu. "Untuk apa aku dilahirkan?"
Rani tidak suka mengendarai sepeda motor, ia lebih asyik berjalan kaki untuk pergi ke tempat-tempat terdekat.
Saat di perjalanan Rani tak sengaja melihat seekor kucing tengah kesusahan menolong anaknya yang terjatuh ke dalam got. Kucing itu terus mengeong sembari berusaha untuk kembali mengambil anaknya ke permukaan.
Tak ada yang peduli satu pun yang peduli dengan nasib kucing itu, padahal terlihat banyak sekali orang di sekitar. Tak kuasa melihatnya, akhirnya Rani beranikan diri untuk mengambil anak kucing tersebut. Badannya penuh kotoran got, anak kucing itu sudah benar-benar bau, tapi kebetulan ada kran yang biasa digunakan untuk cuci tangan.
Rani bersihkan anak kucing itu, hampir lari namun terus Ia genggam agar mau dibersihkan, kucing takut air. Usai bersih, si kucing langsung berlari ke kawanannya. Tak lagi mengeong keras, mungkin saja Ia kini sudah merasa lebih tenang, pikir Rani.
"Ada-ada saja, kucing itu," gumam Rani dalam hati.
Hingga perjalanan pulang Rani terus memikirkan nasib kucing tersebut. Banyak pertanyaan aneh muncul di kepalanya. Kira-kira apa yang terjadi jika tidak ada dia untuk menolong kucing tadi? Apakah kucing itu akan terus terjebak di got dan bagaimana jika air naik?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus memutar di kepala Rani. Dalam lamunannya di perjalanan, iya bertanya, "Apa benar menolong kucing tadi juga bagian dari tujuan Tuhan menciptakan ku?"
Sejak munculnya kejadian itu, Rani mulai merasa aneh dengan dirinya, Ia tersadar bahwa di setiap penciptaan apapun di dunia ini pasti ada tujuan, sebab, dan akibat. Ia mulai menyadari bahwa mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak berguna adalah hal yang salah. Bahkan kucing tadi seolah merasa tenang setelah Ia menolong anaknya yang tercebur got.
"Hidup ini benar-benar tidak bisa ditebak," ucap Rani.
Sesampainya di rumah lantas Rani bertanya kepada Ibunya. "Bu, kalau Rani tidak terlahir ke dunia kira-kira apa yang Ibu rasakan?"
"Tentu saja Ibu akan merasa gagal," jawab Ibu singkat.
Rani merasa bahwa ada banyak hikmah yang Tuhan coba sampaikan lewat kucing tadi. "Mungkin kita tidak terlalu berharga di mata orang lain, namun apa jadinya jika kita tidak ada bagi orang-orang di sekitar kita?" pikir Rani mengingat kejadian tersebut.