Hujan Penawar Rindu

Munirah | Taufan Rizka Purnawan
Hujan Penawar Rindu
Ilustrasi Akan Turun Hujan. (Pixabay.com)

Tentram abadi nan bahagia jiwa saat kerinduan terobati oleh hujan. Hujan menjadi sahabat setia kala aku kesepian. Bagai sahabat sejati yang menemaniku dalam alam kehidupan.

Bergejolak sejuta rasa kerinduan yang sangat menghanyutkan jiwa. Saat kepergian sahabatku yang pergi selamanya. Yang takkan pernah hadir kembali bersama diriku. Sahabatku yang sejatinya menjadi kakak bagi diriku.

Layaknya memberi sejuta tauladan yang sangat berfaedah sepanjang waktu dalam kehidupan. Namun sahabatku telah berpisah beberapa tahun yang lalu dalam sakit yang menyelimuti dirinya. Sebuah rada sedih yang kian membunuh jiwa.

Tak terduga secepat itu dia meninggalkanku. Hanyalah raut tangisan yang mengisi wajahku dalam waktu yang kurasakan hingga sekarang. Terukir doa yang kuhantarkan kepada Tuhan agar selalu merahmati sahabatku yang telah tiada. 

Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Langit gelap bersimbah kilat yang memancar. Gemuruh bunyi petir yang terus menyambar. Suasana senja menjelang malam yang sangat sunyi pecah seketika oleh petir yang berdendang. 

Gembira hatiku menyambut hujan yang turun membasahi bumi. Bagai sahabat pelipur rasa rindu yang bergolak. Jiwa merasakan kegirangan saat derasnya hujan berbaur angin kencang. Damai abadi yang memeluk ragaku dalam kesendirian.

Senyum wajah yang berbaur aroma keriangan hati. Senyum abadi mengubah kesedihan hati yang selalu membayangiku saat-saat aku mengingat sahabatku yang telah tiada.

Kalimah syukur yang kuhantarkan akan sebuah kasih yang menghangatkan dalam butiran-butiran air hujan

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak