Kalau ada orang menghujat, bahkan mem-bully timnas Indonesia U-17 karena kegagalannya, patut dipertanyakan. Bagaimanapun juga mereka telah bekerja. Dan tidak ada satu pun tim ingin gagal saat melakoni sebuah turnamen.
Demikian pula dengan Arkhan Kaka dan kawan-kawan. Mendapat kesempatan untuk bermain di turnamen level dunia, pasti tidak pernah terbayangkan. Menghadapi para pemain dengan level di atas mereka, pun tidak pernah singgah di benaknya.
Kalaupun mereka harus bermain di Piala AFF, itu terbilang biasa. Level permainan negara-negara di Kawasan Asia Tenggara tidak setinggi para peserta Piala Dunia U-17 2023. Di turnamen level Asia Tenggara, kemampuan antar peserta masih seimbang.
Saat Arkhan Kaka dan kawan-kawan mampu menahan imbang Ekuador dan Panama, acungan jempol patut diberikan. Mereka mampu membalikkan ramalan dengan kinerja yang bagus.
Jika kita mau jujur, ada momen menarik dalam 2 laga tersebut. Saat menghadapi Ekuador dan Panama, timnas Indonesia U-17 mendapat tekanan bertubi-tubi dalam 15 menit awal. Namun dengan perlahan, mereka mampu membalik keadaan.
Mereka mampu melepaskan diri dari tekanan, dan mampu masuk ke garis pertahanan lawan. Bahkan membuat gol ke gawang lawan. Diakui atau tidak, ini sebuah progres yang positif. Mengubah posisi tertekan menjadi posisi minimal imbang, butuh kemampuan tersendiri.
Buktinya Arkhan Kaka dan kawan-kawan bisa melakukannya. Namun saat menghadapi Maroko, situasinya jelas berbeda. Maroko dalam kondisi harus menang agar tidak tersingkir dari fase grup. Maka tidak heran jika tekanan Maroko begitu luar biasa.
Andai saja saat itu Maroko sudah aman dengan posisinya, mungkin saja situasinya berbeda. Bisa saja justru timnas Indonesia U-17 yang meraih kemenangan.
Hal lain yang harus dimaklumi adalah usia timnas Indonesia U-17. Diakui atau tidak timnas kali ini adalah produk instan. Boleh dibilang umur tim ini hanya ‘seumur jagung’. Hal ini didasarkan masa pemusatan latihan mereka saat di tanah air maupun di Jerman.
Sementara peserta Piala Dunia U-17 2023 yang hadir adalah tim yang sudah matang. Keikutsertaan mereka dalam ajang ini setelah melalui serangkaian proses. Beda dengan Indonesia yang dapat tampil karena sebagai tuan rumah.
Sebagai tim yang dibentuk dalam waktu pendek, pasti banyak kekurangan di dalamnya. Termasuk kualitas ujicoba yang kurang menantang karena menghadapi klub bukan negara. Hal ini yang membuat sebagian pemain belum matang dalam ajang ini.
Maka perolehan 2 poin dari 3 pertandingan, menjadi hasil yang tetap menggembirakan. Minimal Indonesia mampu memberikan perlawanan dan tidak menduduki dasar klasemen.