Ada yang pernah bilang, jika kita mencintai sesuatu, haruslah mampu mencintai setiap sisi yang ada pada dirinya. Entah itu sisi bahagia yang diawanya, ataupun sisi merana yang turut menyertainya. Tanpa terkecuali!
Seperti halnya mencintai Timnas Indonesia, yang hingga sejauh ini lebih sering memberikan ujian mental daripada kebahagiaan dan kebanggaan yang ditebarkannya.
Selama tiga dekade belakangan ini, para pencinta Timnas Indonesia dipastikan lebih sering menelan pil pahit saat mendukung pasukan kebanggaannya berlaga. Tak hanya di pentas level benua, apalagi level dunia, ketika mendukung Pasukan Merah Putih di level regional Asia Tenggara saja kita lebih sering mendapatkan kedukaan daripada kebahagiaan.
Bagaimana tidak, semenjak menjadi pencinta timnas Indonesia ketika masih berada di bangku sekolah dasar, satu-satunya momen yang paling membahagiakan bagiku dan para pencinta Timnas tentunya adalah ketika juara Sea Games tahun 2023 lalu. Selebihnya, taburan PHP lebih sering didapatkan kala mengikuti Skuat Garuda berlaga di turnamen.
Bagaimana tidak, Timnas Indonesia seringkali membuang-buang peluang ketika turun di turnamen. Ketika memasuki laga-laga penentuan yang membuatuhkan hasil imbang, mereka tak jarang malah menuai kekalahan.
Pun demikian ketika laga penentuan itu membutuhkan kemenangan, Pasukan Garuda justru mengakhiri laga dengan hasil imbang. Sehingga seringkali angan-angan manis yang sempat menerpa benak para pendukung setianya, akhirnya terbanting sekeras-kerasnya karena Timnas kesayangan mereka kembali gagal bersinar.
Momen-momen kegagalan yang kerap mewarnai perjalanan Timnas Indonesia tentu saja seolah menjadi sebuah makanan pokok bagi kami. Namun, momen yang paling membanting mental adalah ketika Timnas Indonesia menjajaki laga final Piala AFF edisi 2004 dan 2010.
Laman aseanfootball merilis, di dua edisi tersebut, Indonesia sejatinya menjadi unggulan daripada Singapura dan Malaysia yang bakal mereka hadapi di final gelaran. Namun sayangnya, di dua laga final, Indonesia justru tampil antiklimaks.
Di edisi 2004, Indonesia kalah agregat 2-5 dari Singapura yang tampak biasa-biasa saja waktu itu, sementara di edisi 2010, Indonesia kalah dengan skor total 2-4 dari Malaysia, yang parahnya sempat mereka bantai dengan skor 5-1 di fase penyisihan grup.
Bantingan-bantingan mental bagi pencinta Timnas itupun belum sepenuhnya berakhir. Terbaru, ketika rasa optimis para pendukung Timnas meninggi jelang gelaran kualifikasi Piala Dunia 2026 karena skuat yang jauh berkualitas, justru kembali terhantam dengan hasil yang berada jauh di luar bayang-bayang.
Menjadi pencinta Timnas Indonesia memang harus benar-benar tahan mental, camkan itu ya!