Mens Sana in Corpore Sano: Bersepeda sebagai Wujud Self Love

Hernawan | Rozi Rista Aga Zidna
Mens Sana in Corpore Sano: Bersepeda sebagai Wujud Self Love
Ilustrasi berolahraga dengan sepeda sambil menikmati pemandangan indah (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Pepatah mengatakan, "Mens sana in corpore sano." Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apa pun bentuk olahraganya, jangan lupa menjaga kebugaran dan kesehatan jasmani juga rohani. Karena, jika jasmani sehat, maka rohani akan kuat.

Inilah yang menjadi motivasi saya selama ini untuk terus menjaga kebugaran badan dan kesehatan jiwa. Sebagai guru, penulis, suami dan ayah dari dua anak, tak bisa dibayangkan bagaimana kesibukan saya. Benar-benar butuh pikiran ekstra untuk membagi waktu kepada semuanya, orang-orang yang selalu saya sayangi.

Maka, tepat hari Minggu pagi, waktu libur mengajar, saya ajak istri berolahraga dengan sepeda. Rute kami pasti ke area persawahan, air terjun, taman bunga, pegunungan, atau pun tempat lain yang menyajikan panorama indah nan sejuk.

Inilah salah satu cara saya dalam memberi penghargaan kepada diri sendiri sebagai bentuk menyayangi diri. Sebab, lantaran berolahraga badan saya sehat. Kesehatan ini saya dedikasikan untuk keluarga, anak didik, para santri dan diri sendiri. Dengan berolahraga sambil bersepeda inilah bentuk kecintaan saya pada diri sendiri juga keluarga.

Sebagai penulis yang lebih banyak duduk berlama-lama di depan komputer juga saya anggap merupakan kebutuhan primer untuk berolahraga, terlebih dengan bersepeda. Sebab, ketika kaki mengayuh pedal sepeda menyusuri jalanan berkilo-kilo, otomatis urat-urat yang tegang akan kembali mengendor, dan darah-darah yang semula beku akan kembali mengalir dengan normal.

Demikian pula dengan mata yang kerapkali hanya memandangi layar komputer, juga butuh refresh agar tidak bosan dan pekat. Maka, sekali-kali butuh waktu senggang untuk sejenak keluar dari ruang kerja. Butuh memanjakan mata dengan memandang kesejukan rumput, pepohonan hijau, air jernih, ikan yang berkejar-kejaran di sungai, dan lain-lain.

Telinga pun begitu. Butuh penyegaran agar tidak jemu. Saat saya bersepada ke area persawahan atau pegunungan, pikiran seolah menjadi kembali segar, dan seringkali ide-ide berloncatan, lantaran telinga menangkap kicau merdu burung-burung yang tengah bercanda di dahan pohon, yang sambil terbang mencari nafkah di atas pepadian, maupun suara-suara binatang lain yang khas. Sungguh kesyahduan suara-suara alam itu mengalir ke otak, sehingga pikiran pun jadi segar, damai, dan kembali kreatif.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak