Patriarki Membuat Kita Mendidik Anak Laki-Laki yang Tidak Bisa Diandalkan

Candra Kartiko | Akramunnisa Amir
Patriarki Membuat Kita Mendidik Anak Laki-Laki yang Tidak Bisa Diandalkan
ilustrasi laki-laki yang memiliki kedudukan lebih tinggi dalam budaya patriarki (freepik)

Maraknya kasus KDRT yang mencuat dan viral akhir-akhir ini sangat memiriskan. Terlebih bagi seorang perempuan yang menjadi korban. Tidak hanya luka fisik, namun luka psikis yang ditimbulkan akibat trauma dari KDRT tersebut boleh jadi akan membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. 

Memang tidak menampik bahwa semua rumah tangga pasti pernah mengalami masalah. Namun tidak seharusnya masalah tersebut berujung pada kekerasan. Apalagi ketika subjek yang melakukannya adalah laki-laki yang merasa dirinya lebih superior. 

BACA JUGA: Untuk Lelaki yang Memutuskan Jadi Bapak Rumah Tangga, Pahamilah Hal Ini!

Seorang laki-laki, yang berasal dari latarbelakang keluarga dengan membawa budaya patriarki sangat rentan untuk menjadi pelaku kekerasan. Pola asuh orang tua yang menganggap bahwa sudah semestinya perempuan melayani segala kebutuhan dalam rumah adalah hal yang kerap membuat laki-laki berpangku tangan. Anak-anak yang dibesarkan dengan orang tua yang demikian akan tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak bisa diandalkan. 

Bagaimana tidak? Mereka dilayani bak raja sedari kecil. Anak laki-laki yang bangun kesiangan, berantakan, dan tidak mampu melayani dirinya sendiri dianggap sesuatu yang wajar. Sementara anak-anak perempuan dituntut untuk cekatan, rajin, dan bisa mengerjakan segala jenis pekerjaan rumah. 

Dan hal tersebut akan terbawa hingga dewasa. Budaya patriarki akan membuat anak laki-laki tadi beranggapan bahwa memang sudah seharusnya ia dilayani. Ia jadi kurang bisa menghargai perempuan dengan sikapnya yang menganggap bahwa dirinya memiliki derajat yang lebih tinggi. 

BACA JUGA: Perokok vs Tidak Perokok: Dampak dan Tantangan Sosial di Masyarakat

Tidak hanya memperbudak perempuan, di titik yang ekstrim, laki-laki yang seperti ini akan mudah bersikap abusive karena ketidakmampuannya untuk menghargai perempuan. Maka muncullah kasus KDRT. Terjadilah perceraian karena lelaki yang tidak bisa menjadi pemimpin rumah tangga yang mengayomi. Juga maraknya kasus perceraian yang terjadi akibat kesulitan ekonomi karena suami yang pemalas dan tidak becus mencari nafkah. 

Meskipun tidak menampik bahwa di luar sana masih banyak laki-laki yang bertanggungjawab. Namun adanya kasus viral yang muncul di media seolah menjadi alarm bahwa hal-hal seperti ini sudah seharusnya membuat kita sadar agar sama-sama memberangus akar permasalahannya, mulai dari keluarga terdekat. 

Bahwa dalam sebuah keluarga, budaya patriarki sudah semestinya dihilangkan. Baik anak laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang setara. Masing-masing dari mereka mesti diajarkan mengenai rasa tanggungjawab dan sikap saling menghargai sejak dini. Agar ketika dewasa kelak, mereka tidak bermudah-mudah untuk mangkir dari kewajibannya dan menyalahkan orang lain.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak