Feminine vs Masculine Energy: Kunci Biar Hubungan Nggak Capek Sendiri!

Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Feminine vs Masculine Energy: Kunci Biar Hubungan Nggak Capek Sendiri!
Ilustrasi feminine energy (Pexels/Alax Matias)

Pernah merasa sudah berusaha keras dalam hubungan, tapi tetap saja gagal? Atau merasa lelah terus mengatur segalanya, padahal yang kamu mau hanya dimengerti?

Menurut Ferina Triananda, konten kreator self-growth, mungkin bukan hubunganmu yang salah tapi energi dalam dirimu yang belum sesuai antara feminine dan masculine energy.

Melalui unggahan video di kanal YouTube Ferina Triananda pada Minggu (12/5/2024), Ferina menjelaskan bahwa feminine dan masculine energy merupakan energi nonfisik yang tidak bisa diukur atau diteliti, tetapi bisa dirasakan. Energi ini berhubungan dengan sisi spiritual manusia, yang tentu berbeda-beda pada setiap orang.

Ferina menjelaskan bahwa kedua energi tersebut tidak berkaitan dengan gender. Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya memiliki feminine dan masculine energy dalam diri masing-masing.

Masculine energy laki-laki, feminine energy perempuan, nggak. Nggak ada kaitannya sama sekali dengan gender karena semua manusia, mau itu laki-laki atau perempuan, sudah punya masculine dan feminine energy di dalam diri kita masing-masing,” ujar Ferina.

Keseimbangan Energi untuk Kehidupan yang Harmonis

Setiap orang memiliki feminine dan masculine energy, meski biasanya salah satu akan lebih dominan. Namun, dominannya energi tertentu tidak selalu berkaitan dengan gender.

Ferina menjelaskan bahwa kedua energi ini perlu seimbang dan saling tarik-menarik ke arah yang berlawanan, feminine menarik masculine, dan sebaliknya.

Dalam konteks hubungan, keseimbangan ini menjadi penting. Jika seorang perempuan memancarkan masculine energy yang dominan, maka pasangannya cenderung memiliki feminine energy.

Hubungan yang harmonis tercipta ketika keduanya saling melengkapi. Namun, banyak perempuan justru ingin memiliki pasangan yang masculine, tetapi ia juga memancarkan masculine energy, sehingga laki-laki dengan masculine energy justru menjauh tanpa disadari.

Ferina menjelaskan bahwa perbedaan utama dari kedua energi ini terletak pada karakteristiknya. Feminine energy biasanya lembut, kreatif, intuitif, penuh empati, dan bijaksana.

Ia diibaratkan seperti air mengalir, tidak memaksa, dan menerima segala hal dengan tenang. Karena itu, orang yang berada dalam feminine energy cenderung lebih rileks dan percaya bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja.

Sementara itu, masculine energy memiliki sifat tegas, konsisten, berorientasi pada tujuan, serta mengutamakan logika. Jika feminine energy lebih berhubungan dengan emosi, maka masculine energy berhubungan dengan logika.

Belajar Menerapkan Energi dalam Hubungan

Setelah memahami perbedaannya, kita bisa menerapkan keseimbangan energi ini dalam hubungan. Misalnya, feminine energy berperan sebagai penerima, sedangkan masculine energy sebagai pemberi atau provider.

Ferina menyarankan agar perempuan membiarkan pasangan mereka menunjukkan sisi masculine-nya, seperti ketika ia menawarkan bantuan, membayar makan, atau sekadar membukakan botol minuman.

“Hal-hal kecil seperti itu biarkan saja. Jangan berpikir, ‘aku juga bisa kok,’” kata Ferina.

“Bukan berarti kita lemah, tapi biarkan dia mengeluarkan masculine energy-nya, dan kita tetap berada di feminine energy kita,” tambahnya.

Ferina menambahkan, apresiasi sederhana seperti ucapan terima kasih dapat membuat pasangan merasa dihargai. Namun, ia menekankan agar tidak memaksa pasangan untuk melakukan suatu hal. Jika dilakukan karena terpaksa, maka keseimbangan energi akan hilang.

“Kamu dong yang jemput aku, kamu dong yang bawain tas aku, nggak seperti itu,” ujarnya.

“Biarkan pasangan yang berinisiatif,” tambahnya.

Selain itu, Ferina mengingatkan agar perempuan tidak terlalu mothering terhadap pasangan, seperti mengontrol berlebihan atau memperlakukan pasangan seperti anak. Hal ini justru bisa menggeser energi dalam hubungan.

Tiga Kunci Utama Feminine Energy

Yuk simak tiga kunci untuk menghidupkan feminine energy dalam diri ala Ferina!

1. Self Love

Mencintai diri sendiri dan menganggap diri berharga. Merasa layak untuk menerima hal-hal baik dalam hidup.

2. Believe, Berpasrah, dan Acceptance

Menerima diri apa adanya dan percaya bahwa kita layak mendapatkan kebaikan, termasuk dalam hubungan.

3. Relax dan Calm

Membiarkan hidup mengalir tanpa tekanan berlebihan, tetap tenang, dan tidak mudah stres.

Pada akhirnya, keseimbangan feminine dan masculine energy tidak hanya penting dalam hubungan, tetapi juga dalam diri sendiri. Menggunakan feminine energy secara berlebihan juga tidak baik, karena manusia tetap membutuhkan logika dan konsistensi yang berasal dari masculine energy.

Oleh sebab itu penting untuk memiliki kemampuan menempatkan diri. Ketika kita fokus mengejar tujuan, gunakan masculine energy. Namun, saat berhubungan dengan pasangan atau orang lain, kita bisa kembali pada feminine energy untuk menjaga keharmonisan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak