3 Cara Sederhana Melatih Critical Thingking, Sering Bertanya dan Baca

Hikmawan Firdaus | Ridho Hardisk
3 Cara Sederhana Melatih Critical Thingking, Sering Bertanya dan Baca
Ilustrasi berpikir kritis.(Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Berpikir kritis adalah salah satu modal utama bagi kita untuk menghadapi masalah yang sedang dan akan kita hadapi nantinya. Sayangnya, kita bisa melihat sendiri fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia yang kerap sulit untuk berpikir kritis dan terlalu cepat mengambil keputusan. Kemajuan teknologi media informasi membuat masyarakat Indonesia sulit untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk memahami sebuah informasi. Inilah juga yang membuat orang Indonesia susah maju karena orangnya memang tidak mau untuk berusaha berpikir maju.

Padahal berpikir kritis itu perlu untuk menganalisa setiap informasi yang didapatkan dari media terkait kebenaran atau biasnya. Selain itu, berpikir kritis juga perlu diimbangi dengan literasi yang baik agar bisa mendukung proses analisa sebelum mengambil keputusan. Itulah yang masih lemah di Indonesia yang mana orang Indonesia terlalu cepat menyimpulkan tanpa menelaah terlebih dulu. Untuk itu, saya akan membagikan tips cara sederhana untuk melatih critical thingkingMari simak pembahasannya.

Biasakan diri untuk bertanya mengenai hal yang baru

Ilustrasi bertanya kepada orang yang berpengalaman. (pexels.com/Alex Green)
Ilustrasi bertanya kepada orang yang berpengalaman. (pexels.com/Alex Green)

Hal pertama yang perlu dilatih adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika kita ingin mengolah informasi, kita harus banyak bertanya kepada orang yang lebih paham dan berpengalaman. Cara bertanya juga tidak boleh sembarangan. Kamu harus bertanya mengenai permasalahan yang memang relevan dan memiliki bobot untuk dijawab oleh orang yang kamu tanyakan. Misalnya kamu menanyakan terkait sistem pendidikan di Indonesia kepada gurumu, maka sebaiknya kamu bertanya "Mengapa sistem pendidikan kita harus menuntut setiap siswa harus paham dan pintar di semua mata pelajaran?. Padahal di dunia kerja itu SDM yang unggul adalah orang yang ahli dalam 1 sampai 2 bidang saja." Cara bertanya seperti itulah yang mungkin sederhana, tapi itu memiliki nilai untuk didiskusikan. 

Imbangi rasa ingin tahu dengan membaca literatur

Ilustrasi membaca buku. (pexels.com/Rahul Shah)
Ilustrasi membaca buku. (pexels.com/Rahul Shah)

Membiasakan diri untuk bertanya juga harus diimbangi dengan rajin membaca literatur seperti membaca buku, artikel atau menonton konten video di Youtube dan lain sebagainya yang relevan dengan masalah yang sedang kamu tanyakan. Jika kamu hanya banyak bertanya tanpa didukung oleh literasi, itu tidak bisa disebut berpikir kritis karena orang yang kamu tanyakan suatu saat akan menanyakan kamu berbicara atas landasan apa dan darimana.

Bedakan masalah yang butuh berpikir kritis dan yang butuh berpikir cepat

Ilustrasi membedakan suatu hal. (pexels.com/Liza Summer)
Ilustrasi membedakan suatu hal. (pexels.com/Liza Summer)

Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan berpikir kritis. Ada kalanya dalam sehari kita harus mengambil keputusan dengan cepat seperti memutuskan ingin menentukan kendaraan ke kampus, menentukan agenda setelah kuliah untuk di kampus atau mungkin kamu ingin memakan apa di kampus hari ini. Jadi, hal yang tidak membutuhkan berpikir keras tidak butuh untuk berpikir kritis. Tetapi, jika sudah menyangkut kebijakan yang baru dikeluarkan dari pihak perusahaan atau fakultas misalnya, kamu harus bisa menganalisa terlebih dahulu mengenai tujuannya. Jadi, kamu harus bisa membedakan di antara 2 tipe masalah itu yang datang setiap hari.

Mari terapkan cara sederhana ini untuk meningkatkan kualitas dirimu. Karena orang cerdas memiliki tanda salah satunya adalah berpikir kritis. Semoga bermanfaat.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak