Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi melarang Uni Eropa mendikte prinsip standar kemitraan strategis yang telah dijalankan oleh ASEAN selama bertahun-tahun sejak 1967.
Presiden Jokowi mendasari larangan tersebut berdasarkan adanya perbedaan yang acap kali menimbulkan pertentangan diplomatik antara ASEAN khususnya Indonesia dengan Uni Eropa yang terjadi selama 45 tahun.
Jokowi memenuhi undangan Uni Eropa untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT Peringatan 45 Tahun ASEAN – Uni Eropa.
Sekretariat Kabinet RI melansir, Jokowi didampingi oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
BACA JUGA: Dicecar Gegara Tak Pernah Undang Anies Baswedan, Najwa Shihab: Diundang Kok
Jokowi bersama para kepala negara ASEAN mendapat sambutan resmi dari Presiden Dewan Eropa (European Council) Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa (European Commission) Ursula von der Leyen.
Konferensi yang berlangsung di Gedung Europa, Brussels, Belgia, pada Rabu (14/12/2022) waktu setempat dihadiri oleh kepala negara anggota ASEAN kecuali Myanmar.
Para kepala negara yang hadir di antaranya adalah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr atau lebih dikenal dengan nama Bongbong Marcos, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Laos Phankham Viphavanh, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha, serta Perdana Menteri Kamboja sekaligus Ketua ASEAN 2022 Hun Sen.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim tidak dapat hadir dan mengutus Menteri Luar Negeri Malaysia Zambry Abdul Kadir untuk memimpin tim delegasi Malaysia.
Perdana Menteri sekaligus Pemimpin Junta Militer Myanmar Min Aung Hlaing dilarang menghadiri acara oleh ASEAN dan Uni Eropa karena rendahnya komitmen untuk mengimplementasikan isi Lima Poin Konsensus (The Five-Point Consensus) yang telah ditandatangani bersama dengan ASEAN pada 24 April 2021.
Dalam pidatonya di hadapan tim delegasi ASEAN dan Uni Eropa, Jokowi mengapresiasi kemitraan strategis yang telah berjalan antara ASEAN dan Uni Eropa yang telah berjalan selama 45 tahun.
Kendati pun demikian, politisi senior PDI Perjuangan tersebut juga mengakui bahwa masih terdapat banyak perbedaan yang menimbulkan tantangan bagi kedua institusi regional kawasan dalam merancang dan mengimplementasikan setiap kebijakan strategis dan teknis secara bersama-sama.
BACA JUGA: Pelayan Karen's Diner Jakarta Diprotes Kurang Galak, Warganet: Cringe Banget
Sebagai bagian dari upaya mengatasi tantangan tersebut, Jokowi mendorong agar Uni Eropa bersedia untuk membangun kemitraan strategis dengan ASEAN yang dilandasi oleh prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan secara proporsional.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, mantan Wali Kota Solo tersebut melarang pemimpin Uni Eropa untuk mendikte standar kemitraan strategis yang biasa dijalankan oleh ASEAN sejak pertama kali didirikan pada 1967.
“Jika ingin kita membangun sebuah kemitraan yang lebih baik maka kemitraan harus didasarkan pada kesetaraan tidak boleh ada pemaksaan tidak boleh lagi ada pihak yang selalu mendikte dan beranggapan bahwa my standard is better than yours”, kata Jokowi seperti yang dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Dalam pidato yang disiarkan secara langsung tersebut, Jokowi mempromosikan keberhasilan Asia Tenggara dalam membangun peta jalan (road map) dan menjalankan kegiatan ekonomi serta perdagangan intrakawasan dan antarkawasan di Asia-Pasifik.
Keberhasilan tersebut menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan regional yang memiliki neraca ekonomi dengan laju transaksi yang terus mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif.
Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi positif membuat Asia Tenggara tumbuh sebagai kawasan economic powerhouse baru di Asia, di mana Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Asia Tenggara mampu menopang pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik secara signifikan.
Atas keberhasilan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengajak Uni Eropa untuk terus mempertahankan kerja sama ekonomi dan perdagangan yang telah terjalin selama 45 tahun.
BACA JUGA: Prabowo Subianto Temui Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Bahas Apa?
Jokowi mengutip hasil survei yang dilakukan oleh EU-ASEAN Business Council yang memuat pandangan pengusaha, investor, dan akademisi tentang prospek ekonomi dan bisnis di Asia Tenggara. Hasil survei menempatkan ASEAN sebagai kawasan dengan kesempatan ekonomi terbaik dan menjanjikan di masa depan.
“Sebanyak 63% responden melihat ASEAN sebagai kawasan dengan kesempatan ekonomi terbaik. 69% responden mengharapkan pasar ASEAN menjadi lebih penting dari aspek pendapatan global dalam 2 tahun ke depan. 97% responden berharap adanya percepatan perundingan FTA ASEAN-EU dan anggotanya”, kata Jokowi.
Menutup pidatonya, Jokowi mendorong pemimpin ASEAN dan Uni Eropa untuk berkolaborasi membangun kemitraan yang setara dan saling menguntungkan.
Presiden RI peraih penghargaan Global Leadership Awards 2022 dari lembaga think-thank Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) tersebut menganggap kerja sama yang mengedepankan prinsip tumbuh dan sejahtera bersama adalah kunci utama mengatasi tantangan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 dan krisis multidimensi yang diakibatkan oleh Perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung sejak Februari 2022 sampai dengan saat ini.
“Dari pandemi dan krisis multidimensi yang kita hadapi saat ini, kita petik pelajaran penting bahwa to grow and to prosper together is the only option. Kita tidak hanya harus maju bersama namun juga harus maju setara. Let’s accept a battle future together”, kata Jokowi.
Kerja sama ekonomi dan perdagangan antara ASEAN dan Uni Eropa telah terjalin sejak 1972. Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI, ASEAN menjalin kerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community/EEC) yang merupakan institusi regional pendahulu Uni Eropa pada 1972.
Setelah lima tahun, para menteri luar negeri ASEAN dan Uni Eropa sepakat untuk meningkatkan level kerja sama ke tingkat teknis dengan membahas rancangan peta jalan kerja sama dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-10 yang diadakan pada 5 – 9 Juli 1977.
Setelah peta jalan telah berhasil dirancang, maka para menteri luar negeri ASEAN dan Uni Eropa menandatangani perjanjian kerja sama yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 7 Maret 1980.
Sampai dengan 2020, kerja sama teknis yang berada di bawah koordinasi Komite Gabungan Kerja Sama (Joint Cooperation Committee/JCC) tersebut mencakup kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan hidup.
Perundingan kerja sama ASEAN – Uni Eropa di bidang ekonomi dibahas oleh para menteri ekonomi ASEAN dan Uni Eropa dalam pertemuan Pejabat Senior Ekonomi (Senior Economic Official Meeting/SEOM) yang diselenggarakan sebanyak dua kali dalam satu tahun.
Tidak hanya di forum tersebut, para menteri ekonomi juga mengadakan pertemuan dengan Komisi Perdagangan Uni Eropa (European Union Trade Commission) dalam pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministerial Meeting/AEMM) yang diadakan sebanyak satu kali setiap tahun.
Dua forum pertemuan tersebut telah menghasilkan kerangka kerja sama ASEAN – EU Work Program on Trade and Investment. Program kerja sama yang telah terbentuk di dalam kerangka kerja sama tersebut di antaranya adalah ARISE, ARISE Plus, e-READI, dan COMPASS.