Nama Uya Kuya dan Eko Patrio belakangan ini jadi sorotan publik setelah Partai Amanat Nasional (PAN) memutuskan menonaktifkan keduanya dari keanggotaan DPR RI. Keputusan ini muncul setelah kritik deras dari masyarakat serta peristiwa penjarahan rumah mereka yang menyedot perhatian.
Di tengah kontroversi tersebut, kolega mereka di Senayan, Rieke Diah Pitaloka, ikut angkat bicara. Rieke memberikan pandangan terbuka mengenai kinerja Uya maupun Eko selama duduk di kursi parlemen. Ia menilai keduanya punya sisi positif yang sering kali luput dari perhatian publik, meskipun tidak menutup mata atas kekurangan yang ada.
Pernyataan Rieke ini terungkap dalam wawancara eksklusif di podcast Curhat Bang milik Denny Sumargo, yang tayang pada awal September 2025.
Penjarahan Rumah Jadi Sorotan
Salah satu hal yang disorot Rieke adalah aksi penjarahan yang menimpa rumah Uya Kuya, Eko Patrio, hingga artis Nafa Urbach. Menurutnya, apapun alasan di balik aksi tersebut, penjarahan tidak bisa dibenarkan.
“Penjarahan itu bertentangan dengan nilai dasar bangsa kita, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Tindakan seperti itu jelas salah, sekalipun ada kekecewaan pada wakil rakyat,” ujar Rieke, dikutip dari Suara.com.
Rieke menegaskan bahwa tuduhan harta yang dimiliki Uya maupun Eko berasal dari DPR juga tidak tepat.
“Mereka baru menjabat sekitar 10 bulan. Mustahil rumah atau aset pribadi mereka langsung berasal dari jabatan itu,” tambahnya.
Rasa Kehilangan atas Sosok Uya Kuya
Dalam kesempatan itu, Rieke mengaku merasa kehilangan sosok Uya Kuya. Meski baru sebentar duduk di DPR, Uya dianggap punya andil penting dalam Komisi IX. Rieke menilai Uya bukan sekadar figur publik yang kontroversial, melainkan partner yang aktif membahas isu serius.
“Mas Uya itu partnerku di Komisi IX. Kami sama-sama bekerja menangani kasus perdagangan orang dan masalah kesehatan masyarakat. Aku merasa kehilangan ketika dia dinonaktifkan,” kata Rieke.
Menurut Rieke, meskipun gaya komunikasi Uya terkadang dianggap berlebihan, ia punya kepedulian nyata terhadap isu rakyat kecil. Hal inilah yang membuat Rieke melihat Uya tidak hanya sebagai selebriti yang ‘nyasar’ ke politik, tetapi sebagai sosok yang benar-benar bekerja.
Penilaian Rieke terhadap Eko Patrio
Selain menyinggung Uya, Rieke juga bicara soal Eko Patrio yang sama-sama dinonaktifkan dari DPR. Ia menyebut Eko sebagai pribadi tulus, meskipun kerap tampil dengan gaya yang cenderung ‘konyol’.
“Mas Eko orangnya tulus, kadang memang konyol. Tapi aku melihat dia serius juga ketika menyikapi isu-isu besar,” ujar Rieke.
Rieke bahkan mengingat momen ketika Eko memberikan dukungan penuh pada perjuangannya membongkar kasus mafia pangan dan pertanahan.
“Kasus Bang Juri itu, aku di-support banget sama Mas Eko,” ucapnya.
Selain itu, sebagai pimpinan DPR, Eko dinilai memberikan ruang yang luas kepada anggota lain untuk menyampaikan aspirasi. Ia tidak menutup pintu diskusi, bahkan saat isu panas seperti persoalan Pertamina dibahas.
“Sebagai pimpinan, dia nggak pernah membatasi anggota. Itu nilai plus yang harus diakui,” tambah Rieke.
Kritik Gestur Komunikasi
Walau memberi apresiasi, Rieke tetap menyinggung kelemahan yang dimiliki keduanya. Menurutnya, gesture komunikasi Uya maupun Eko memang perlu diperbaiki. Cara berbicara dan menyampaikan gagasan terkadang memicu kesalahpahaman di publik.
Namun, ia menegaskan bahwa kelemahan komunikasi tidak bisa dijadikan pembenaran untuk tindak kekerasan maupun perundungan.
“Aku tidak membela kekeliruan mereka. Tapi gesture yang kurang tepat tidak boleh dijadikan alasan untuk menyerang secara fisik atau melakukan penjarahan,” tegasnya.
Latar Belakang Nonaktifnya Uya dan Eko
Keputusan PAN menonaktifkan Uya Kuya dan Eko Patrio diumumkan pada 1 September 2025. Langkah ini diambil setelah keduanya menuai sorotan publik akibat pernyataan yang dianggap kontroversial serta buntut dari aksi penjarahan rumah mereka pada akhir Agustus.
Dilansir dari berbagai sumber, keputusan partai ini dimaksudkan untuk meredam gejolak dan mengembalikan kepercayaan publik. Namun, hal ini justru menimbulkan perdebatan. Sebagian pihak menilai langkah tersebut terburu-buru, sementara yang lain menganggap wajar sebagai bentuk tanggung jawab partai.
Pandangan Rieke Secara Menyeluruh
Melalui pernyataannya, Rieke tampak berusaha bersikap seimbang. Ia tidak menutup mata terhadap kesalahan yang pernah dilakukan Uya maupun Eko, tetapi juga menekankan kontribusi keduanya di DPR.
“Setiap orang pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kita tidak bisa menutup mata hanya karena ada sisi minus, sementara sisi positifnya dihapus begitu saja,” jelasnya, dikutip dari Suara.com.
Menurut Rieke, apa yang terjadi pada Uya dan Eko bisa menjadi pelajaran penting bagi seluruh anggota DPR. Pertama, bahwa wakil rakyat harus memperhatikan cara berkomunikasi agar tidak menimbulkan salah tafsir. Kedua, publik juga perlu diajak untuk melihat kinerja secara utuh, bukan hanya menilai dari potongan-potongan kontroversi.
Kesimpulan
Pernyataan Rieke Diah Pitaloka menunjukkan bahwa dalam dunia politik, penilaian terhadap seorang tokoh tidak bisa hanya didasarkan pada kesalahan atau gaya komunikasinya saja. Uya Kuya dan Eko Patrio memang dinilai punya kelemahan, terutama dalam hal komunikasi, namun keduanya juga telah memberikan kontribusi dalam isu-isu serius di DPR.
Rieke menegaskan, tindakan ekstrem seperti penjarahan tidak dapat dibenarkan, meski ada kekecewaan publik terhadap wakil rakyat. Ia menekankan bahwa demokrasi harus dijalankan dengan cara yang beradab, dan setiap anggota DPR memiliki sisi positif maupun negatif yang patut dilihat secara proporsional.
Dengan demikian, kasus Uya Kuya dan Eko Patrio seharusnya bisa menjadi refleksi bersama, baik bagi politisi agar lebih bijak dalam berkomunikasi, maupun bagi masyarakat agar menyampaikan kritik secara konstruktif tanpa harus melakukan tindakan anarkis.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS