Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20 kembali menghadirkan deretan film pilihan yang memantik perhatian para pencinta sinema. Salah satunya adalah Sore: Istri dari Masa Depan, yang tayang di Empire XXI Yogyakarta pada Rabu (3/12/2025).
Pemutaran film tersebut dihadiri oleh Suryana Paramita selaku produser, Yandy Laurens sebagai sutradara sekaligus penulis skenario, serta Sheila Dara Aisha yang berperan sebagai Sore.
Kehadiran mereka membuka ruang cerita tentang pengalaman pribadi, kedekatan yang terbangun, dan momen-momen kecil yang ternyata membekas hingga sekarang.
Suryana Paramita mengukapkan proses membuat film Sore: Istri dari Masa Depan terasa seperti perjalanan yang penuh kejutan. Setiap tahap produksi menyisakan kesan tersendiri, namun ada satu momen yang selalu terasa lebih istimewa.
“Semua momen sebenarnya spesial ya, tapi yang paling spesial saat proses syuting berlangsung,” ujar Mita pada Rabu (3/12/2025) di Empire XXI Yogyakarta.
Bagi Sheila Dara, momen terindah justru datang dari hal yang jauh lebih sederhana yaitu percakapan. Mereka menghabiskan hampir satu bulan di Kroasia, jauh dari hiburan dan hiruk pikuk biasa. Di tempat itu, obrolan menjadi satu-satunya cara mengisi sunyi.
“Karena kita nggak ada pilihan lain ya. Nggak ada entertainment di sana. Mau ke minimarket pun kayak harus keluar kota. Jadi satu-satunya hiburan memang ngobrol,” tutur Sheila.
Sheila juga mengungkapkan bahwa momen-momen ngobrol itu membuatnya semakin dekat dengan Yandy, Mita, dan Dion. Kedekatan itulah yang kemudian membuat momen sederhana tersebut terasa begitu istimewa baginya.
“Dan aku ngerasa momen-momen ngobrol itu malah yang paling spesial, karena rasanya makin mendekatkan kita semua,” ujar Sheila.
Senada dengan Mita, Yandy pun mengaku sulit menunjuk satu momen sebagai yang paling spesial. Bagi Yandy, semua prosesnya punya tempat sendiri. Namun, hari pemutaran di JAFF punya kedekatan yang berbeda.
“Semuanya spesial dan bingung milihnya. Tapi kalau harus milih, mungkin yang paling dekat justru hari ini, di JAFF,” ujar Yandy.
Yandy mengungkapkan bahwa pemutaran ini adalah yang terakhir kalinya Sore hadir di layar lebar, sebuah perpisahan yang terasa sangat terhormat.
“Inilah pemutaran film Sore yang benar-benar terakhir di layar lebar di Indonesia, dan merasa terhormat kalaupun berpisah, berpisah di JAFF,” katanya.
Sebagai pemeran utama, Sheila harus benar-benar masuk ke dalam dunia Sore. Proses itu ia jalani lewat banyak percakapan, diskusi naskah, dan upaya memahami karakter sebagai manusia, bukan sekadar tokoh dalam cerita.
“Sebenarnya lebih banyak ngobrol aja sih, karena approach yang menurut aku cukup efektif itu pertama harus ngerti karakternya dulu,” kata Sheila.
“Belajar memahami Sore sebagai manusia,” tambahnya.
Sheila mengungkapkan sering membedah script bersama Yandy agar ia bisa memahami cara berpikir dan melihat dunia dari perspektif Sore.
Meski begitu ada satu tantangan besar yang cukup menguras emosinya, memahami cinta milik Sore. Cinta yang membuatnya rela mengulang proses menyakitkan demi suaminya.
“Sulit sekali memahami kok bisa ya ada orang yang secinta itu sama suaminya sampai bisa ngulang proses yang sangat painful sekali,” kata Sheila.
JAFF pun menjadi panggung terakhir yang hangat, tempat di mana Sore: Istri dari Masa Depan berpamitan dengan layar lebar, sekaligus meninggalkan kesan yang tak kalah panjang bagi para penciptanya.