Perlahan aku menikmati pagi yang indah.
Menyelami kehidupan hingga siang nanti.
Mengawang dan berpikir keras atas sandiwara dunia.
Aku hanya bisa pasrah dan ikut arus.
Pagiku hanya bersantai.
Tak ada kegiatan di kantor kelabu.
Saling menatap sesama kawan.
Kadang jua terlena pada layar saja.
Aku duduk sembari terus menghisap rokok.
Rokok penyemangat sampai waktu siang.
Ia mampu menyedorkan inspirasi.
Ia mampu menenangkan pikiranku walau sesaat.
Rokok masih terus bersahabat di sela kebosananku.
Ia mampu bersahabat dengan tepat waktu.
Mengenal dirinya dan juga tuannya.
Rokok akan terus bersahabat pada imajinasi dan inspirasiku.
Walau rokok kadang jadi kontroversi.
Hingga sebagian orang pun mencaci.
Menilai sebagai suatu barang berbahaya.
Dan rokok pun dilabeli sebagai sumber penyakit berbahaya.
Tak mungkin membenarkan pandangan hanya satu arah saja.
Rokok memang banyak yang tak suka.
Namun lebih banyak lagi yang suka.
Bahkan rokok sudah menjadi bagian hidup sebagian orang.
Rokok memang penuh misteri.
Ia dianggap bahaya, namun juga sebagai sahabat sejati.
Aku hanya mengikuti alur berpikirku.
Aku merasa tenang dengan adanya rokok.
Hingga rokok pun menjadi sahabatku yang terus setia.
Apakah aku yang salah?
Apakah cara berpikir saya keliru menganggap rokok sebagai sahabat sejati?
Yang aku tahu rokok telah nyaman bersamaku.
Menyemaiku setiap saat, dikala aku sedih dan penuh dengan kepusingan.
Majene, 19 Agustus 2021