Dua Dunia adalah kumpulan cerpen pertama Nh. Dini. Pertama terbit tahun 1955 (waktu itu Dini masih SMA), diterbitkan oleh NV Nusantara, berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat. Di tangan penerbit ini, Dua Dunia sempat cetak ulang hingga dua kali.
Kemudian karena konflik antara Dini, penerbit, dan Motinggo Busye, penulis mencabut penerbitan kumpulan cerpen ini. Lalu diterbitkan ulang oleh Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) tahun 2003.
Setelah kerja sama penerbitan dengan Grasindo, Dini mengalihkan penerbitan ke Pustaka Jaya. Dan cetakan Pustaka Jaya inilah yang akan dibahas melalui ulasan berikut.
Dua Dunia memuat sepuluh cerita pendek Dini yang pernah dimuat di sejumlah media berwibawa, seperti Kisah (digawangi HB Jassin), Mutiara (dikelola Artides Katoppo dkk), dan Femina (salah satu jaringan media terbesar di Indonesia hingga sekarang).
Cerpen pertama, Dua Dunia, menceritakan benturan dunia Iswanti dengan Darwono, dulu sepasang suami-istri, sekarang bercerai. Cerpen ini merekam betapa dalam rumah tangga, kedudukan perempuan teramat rentan. Ketika terjadi perceraian, lebih-lebih lagi.
Cerpen kedua, Istri Prajurit, menuturkan hidup Ningsih, perempuan ningrat yang rela melepas status kebangsawanannya demi menikahi Garjo, seorang prajurit. Baru saja punya bayi, Garjo direnggut maut. Cerpen ini, lagi-lagi, memaparkan penderitaan perempuan sepeninggal laki-laki, karena mata masyarakat kerap memandang rendah janda.
Cerpen ketiga, Jatayu. Cerpen ini pernah memangkan hadiah hiburan dari majalah Kisah. Isinya mengetengahkan kisah Prita, gadis yang menderita gangguan mental akibat sisa penyakit malaria tak terobati.
Dia bercita-cita menjadi penerbang dan karenanya amat menggemari tokoh wayang Jatayu. Suatu ketika, Prita membawa kabur skuter teman ayahnya. Membawanya ke jalan menanjak, yang dia sangka akan membuatnya terbang, hingga terjadilah suatu musibah.
Cerpen keempat, Kelahiran, mengisahkan dilema suami tanpa pekerjaan tetap menghadapi istri hendak melahirkan. Uang tak ada, lain-lain tak punya. Hingga kemudian, dia berpikir menjual keperawanan adik iparnya yang baru datang dari desa.
Cerpen kelima, Pendurhaka, tentang Yati, perempuan muda, berprofesi perawat yang dijuluki anak durhaka lantaran enggan kawin dengan pria pilihan keluarga. Yati sendiri paham, perkawinan justru bakal menghancurkan segala kompetensi positifnya di dunia media, melulu berkutat di urusan domestik rumah tangga.
Cerpen keenam, Perempuan Warung, menuturkan kedudukan perempuan penjaga warung yang dilecehkan karena dianggap juga memperdagangkan tubuh.
Cerpen ketujuh, Penemuan, tentang sopir truk asal Brebes yang tak sengaja menabrak seorang pelajar SMA. Dia dituduh membunuh, padahal di sisi lain, batinnya tengah kisruh lantaran keluarganya di Brebes mati terbunuh dalam huru-hara.
Cerpen kedelapan, Warung Bu Sally, tentang orang-orang kecil yang berupaya menggapai rezeki dengan jalan semampu mereka. Sementara harapan untuk meraup rezeki lebih banyak, tak tercapai.
Cerpen kesembilan, Liar, tentang pemuda yang menjadi komplotan geng penjambret. Kala itu, masyhur dengan julukan Gabungan Anak Liar (Gali).
Cerpen terakhir, Keberuntungan, mengenai perempuan berusia tak lagi muda. Dia kaya raya dan menjadi incaran banyak pemuda yang hanya silau dengan hartanya.
Dalam kumpulan cerpen ini, Dini menulis tentang orang-orang kecil, kaum marjinal, dengan kefasihan dan empati mendalam. Membuat pembaca turut meresapi, bahkan menyelami derita hidup golongan masyarakat bawah.