Ahmad Khadafi, setelah sukses dengan debut buku pertamanya, Dari Bilik Pesantren (EA Book, 2019), ia kemudian menerbitkan buku keduanya ini, Islam Kita Nggak ke Mana-mana Kok Disuruh Kembali (Buku Mojok, 2021). Penulis produktif ini lahir dan tinggal di Yogyakarta, dengan nama lengkap Syafawi Ahmad Qadzafi.
Dalam buku kedua ini, Ahmad Khadafi menuangkan khutbah, ceramah, orasi, mauidzah hasanah, atau apapun istilah lainnya dengan kemasan kisah menggelitik sekaligus menusuk perlahan. Berbagai tema yang diangkat mengenai keislaman, seperti amar makruf, dakwah, keberagaman, sedekah, figur agama, neraka, doa, karomah, tahlilan, toleransi dan lain sebagainya.
Pada salah satu pembahasan terkait toleransi, penulis menyitir kisah nyata KH. Ahmad Mustofa Bisri dengan Dr. KH. Abdul Ghofur Maemoen. Pada kisah ini, penulis menggunakan nama tokoh Kiai Kholil dengan Pak Rektor.
Suatu ketika Kiai Kholil yang terkenal selalu pakai sarung dalam setiap aktivitas, mendapat undangan untuk menyampaikan kuliah umum tentang keberagaman dan toleransi pada salah satu perguruan tinggi. Mendadak Kiai Kholil sibuk mencari pinjaman celana panjang untuk menghadiri acara tersebut.
Beliau akhirnya meminjam celana putranya, Gus Mut. Tidak hanya itu, Kiai Kholil juga sekalian meminjam sepatu kepada putranya. Saat Gus Mut mengantarkan abahnya ke Universitas Islam yang dimaksud, hatinya bertanya-tanya, kenapa baru kali ini abahnya repot sekali. Selama ini, nyaris tidak ada kisah dalam hidup Kiai Kholil mengenakan baju resmi, meski diundang oleh bupati atau kepala institut lain di kantor-kantor pemerintahan.
Saat sampai di tempat acara, sontak Kiai Kholil terkejut melihat busana yang dikenakan oleh orang-orang di kampus, sama dengan orang-orang di pesantren. Yang lebih terkejut lagi, ketika Kiai Kholil menyaksikan Pak Rektor yang menyambutnya memakai sarung, baju batik dan sandal selop, persis seperti busana yang biasa dikenakan Kiai Kholil ketika mengisi acara pengajian di kampung-kampung.
Di sisi lain, Pak Rektor dan semua pejabat kampus juga terkejut dengan dandanan Kiai Kholil. Beliau memakai baju batik, celana panjang dan sepatu pantofel. Bahkan, sebagian mereka pangling melihat beliau saat baru memasuki depan lapangan auditorium.
BACA JUGA: Belajar Mengontrol Diri, Ini 5 Tips Ampuh Mengatasi Mood Swing dengan Benar
Percakapan sama-sama merasa bersalah pun mengalir antara Kiai Kholil dan Pak Rektor.
"Ya Allah Gusti, ternyata saya salah kostum, ya?" ujar Kiai Kholil.
"Bukan cuma panjenengan saja yang salah, Pak Kiai. Kita semua sama-sama salah kostum. Kami berusaha menyesuaikan diri dengan Kiai Kholil memakai sarung dan sandal selop, eh, malah kami kalah karena Kiai Kholil malah mengenakan celana panjang dan sepatu pantofel," kata Pak Rektor (hlm. 75).
Demikian seterusnya, Kiai Kholil merasa bersalah dengan pakaiannya yang demikian, sekalipun semula beliau beranggapan pakaian yang tengah dikenakannya sangat cocok untuk acara yang akan dihadirinya. Pak Rektor juga begitu. Ia, beserta pejabat kampus juga mahasiswa telah salah busana, sebab di acara kuliah umum pakai sarung, kalah sama kiai pesantren yang setiap harinya pakai sarung.
Inilah kisah indah tentang saling menghormati keberagaman, hingga Kiai Kholil bingung apa yang hendak dibahas waktu kuliah umum, sebab beliau yakini orang-orang kampus yang mengundangnya untuk mengisi kuliah umum tentang keberagaman dan toleransi tersebut, sudah mengerti bahkan sudah mempraktikkan arti keberagaman dan toleransi dari hal-hal kecil.
Identitas Buku
Judul: Islam Kita Nggak ke Mana-mana Kok Disuruh Kembali
Penulis: Ahmad Khadafi
Penerbit: Buku Mojok
Cetakan: IV, April 2021
Tebal: xii + 219 Halaman
ISBN: 978-623-7284-01-7
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS