Review Film Tebusan Dosa, Akulturasi Budaya dan Horor Atmosferik yang Memesona

Hayuning Ratri Hapsari | Chandra Setia
Review Film Tebusan Dosa, Akulturasi Budaya dan Horor Atmosferik yang Memesona
Poster film Tebusan Dosa yang dibintangi Happy Salma dan Putri Marino (Instagram/Palari Films)

Film Tebusan Dosa yang disutradarai oleh Yosep Anggi Noen, adalah film yang memadukan elemen horor dengan nuansa misteri, sekaligus menyelami kedalaman tema penebusan dosa.

Dalam film ini, Happy Salma berperan sebagai Wening, seorang ibu yang mencari anaknya yang hilang, Nirmala. Putri Marino mengisi peran sebagai Tirta, seorang podcaster yang tertarik pada kisah-kisah mistis, dan Shogen Itokazu berperan sebagai Tetsuya, peneliti asal Jepang yang membantu Wening dalam pencariannya.

Film ini mengeksplorasi akulturasi budaya Jepang dan tradisi Jawa Tengah, menciptakan suatu jalinan cerita yang kaya akan simbolisme dan makna.

Salah satu elemen menarik yang ditampilkan adalah simbol burung bangau. Dalam budaya Jepang, burung bangau melambangkan harapan dan keberuntungan.

Kehadiran burung bangau dalam film ini bukan sekadar elemen visual; ia menjadi simbol harapan bagi Wening dalam pencariannya untuk menemukan Nirmala.

Burung bangau muncul dalam berbagai adegan, menjadi pengingat akan tujuan dan harapan Wening, sekaligus menambah lapisan misteri pada alur cerita.

Di sisi lain, film ini juga mengintegrasikan tradisi lokal, terutama melalui ritual kungkum kedung yang merupakan praktik spiritual dari Jawa Tengah. Ritual ini, yang berkaitan dengan air dan pembersihan spiritual, menciptakan momen-momen kunci dalam film.

Penggunaan air sebagai medium dalam ritual tersebut tidak hanya memberikan konteks budaya tetapi juga menciptakan suasana mistis yang mendukung tema horor.

Melalui ritual ini, film ini menunjukkan bagaimana tradisi lokal dapat berfungsi sebagai jembatan antara dunia nyata dan dunia gaib, serta menggarisbawahi pentingnya budaya dalam proses penebusan dosa yang dialami oleh Wening.

Dalam konteks akulturasi budaya, interaksi antara karakter Indonesia dan Jepang juga menjadi sorotan. Shogen Itokazu, sebagai Tetsuya, membawa perspektif yang berbeda ke dalam cerita, meskipun terkadang penggunaan bahasa Inggris dalam dialog terasa kaku.

Meskipun demikian, perannya memberikan nuansa baru dan memperkaya dinamika cerita. Dialog antara karakter dari dua budaya ini mencerminkan bagaimana keragaman dapat menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang tema universal seperti penebusan dan pencarian identitas.

Intinya, Film Tebusan Dosa bukan hanya sekadar film horor, tetapi juga merupakan eksplorasi mendalam tentang budaya dan penebusan.

Dengan penggabungan elemen horor, sinematografi yang memukau, dan simbolisme budaya yang kuat, film ini berhasil memberikan pengalaman menonton yang tak terlupakan. Penonton diundang untuk merenungkan arti dari harapan, kesalahan, dan pengampunan dalam konteks yang lebih luas. 

Film Tebusan Dosa wajib ditonton!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak