Review Film The Devil's Bath: Teror Mengerikan Tanpa Hantu

Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Review Film The Devil's Bath: Teror Mengerikan Tanpa Hantu
Poster film The Devil's Bath/Des Teufels Bad (IMDb)

Kalau bicara soal film horor, biasanya yang langsung terbayang adalah sosok hantu, ritual pemanggilan arwah, atau makhluk-makhluk gaib yang menebar teror. Namun, film The Devil’s Bath alias 'Des Teufels Bad' datang dari arah yang unik.

Film ini justru menyuguhkan horor yang lebih dalam dan menyesakkan, karena semua yang terjadi di dalamnya benar-benar lahir dari budaya dan kepercayaan manusia itu sendiri. Yes, tanpa setan atau makhluk astral, tapi hasil akhirnya jauh lebih menyeramkan.

Disutradarai Veronika Franz dan Severin Fiala (sebelumnya bikin Film Goodnight Mommy dan Film The Lodge), yang kerennya berhasil mewakili Austria di ajang Academy Awards 2025. 

Film The Devil’s Bath merupakan adaptasi buku non-fiksi karya Kathy Stuart berjudul Suicide by Proxy in Early Modern Germany: Crime, Sin and Salvation, yang mengupas praktik-praktik mengerikan di Eropa abad ke-18. 

Film ini dibintangi Anja Plaschg dalam peran utama sebagai Agnes. Dia beradu akting dengan David Scheid sebagai Wolf, sang suami, serta Maria Hofstatte sebagai Ganglin si ‘ibu mertua’ yang nggak kalah menakutkan dari tokoh antagonis mana pun.

Penasaran kan sama kisahnya? Sini kepoin bareng!

Sekilas tentang Film The Devil’s Bath 

Cerita bermula di sebuah desa kecil di Austria tahun 1750-an. Agnes, perempuan muda, tampak bahagia di hari pernikahannya dengan Wolf, lelaki yang selama ini dia dambakan.

Pesta berlangsung semarak, senyum Agnes seolah-olah nggak lekang, dan keluarga besar dari kedua belah pihak larut dalam kegembiraan. Semua tampak sempurna.

Namun perlahan, retakan demi retakan mulai muncul. Wolf ternyata membeli rumah baru mereka dengan menguras seluruh tabungan dan sedikit utang, tanpa sepengetahuan Agnes.

Dan di balik kemeriahan pesta, ada ritual ganjil: Para pria bersuka ria dengan memukuli ayam hingga mati, sementara Agnes mendapat hadiah dari kakaknya berupa jimat keberuntungan (potongan jari seorang pembunuh bayi yang dihukum pancung). Di mata orang-orang sekitar, ini semua adalah hal biasa. Namun bagi penonton masa kini, inilah awal mimpi buruk yang sebenarnya.

Seiring hari-hari berlalu, Agnes harus berhadapan dengan tekanan demi tekanan. Ibu mertuanya, yang sering datang berkunjung, nggak pernah absen melontarkan komentar pedas, sekecil apa pun urusan rumah tangga Agnes dipermasalahkan, bahkan soal dirinya menggantung panci.

Lambat laun, tekanan sosial dan mental menggiring Agnes menuju jurang depresi yang kelam, sementara masyarakat di sekitarnya masih memandang penderitaan jiwa sebagai ulah setan, bukan penyakit yang butuh bantuan.

Asli deh, ngeri banget!

Impresi Selepas Nonton Film The Devil's Bath 

Aku pribadi, saat nonton Film The Devil’s Bath, sempat berkali-kali terhentak. Bukan karena ada jumpscare, tapi karena realita masa lalu yang dipaparkan film ini terasa begitu brutal. 

Sutradara Veronika Franz dan Severin Fiala benar-benar mahir membangun atmosfer ngeri tanpa harus mengandalkan elemen supranatural.

Mereka mengajak kita menelusuri bagaimana keyakinan masyarakat pada masa itu, yang percaya ‘kalau menjahit rambut kuda ke tengkuk bisa menyembuhkan melankoli’, tapi sebenarnya malah jadi alat penyiksaan terselubung.

Serius deh, Anja Plaschg, memerankan Agnes dengan kesakitan yang terasa nyata. Perubahan ekspresinya, dari gadis polos penuh harap hingga perempuan yang hancur secara mental, ditampilkan dengan sangat menyayat. Puncaknya di babak akhir film, ketika tawa, tangis, dan jeritan Agnes berpadu menjadi satu.

Pokoknya Film The Devil’s Bath bukan horor yang mudah ditonton, apalagi dinikmati dalam arti fun. Film ini jadi semacam pengingat pahit, terkadang, yang paling menakutkan bukan setan, melainkan manusia itu sendiri dan budaya yang kita anggap normal.

Skor: 4/5

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak