Buku Silara Aku Lalu Kamu Pilu merupakan buku sehimpun puisi pilihan karya Beri Hanna. Ia sosok lelaki yang lahir di Bangko pada tahun 1997. Dalam hidupnya Beri Hanna selalu mendapati kegelisahan yang membuat dirinya resah.
Kabarnya, kegelisahan-kegelisahan tersebut yang membuatnya kreatif merangkai puisi. Menurut sebagian orang, ia dianggap aneh karena beberapa orang mengatakan bahwa Beri tidak bisa mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan secara terang menerang. la lebih suka melakukan hal-hal yang ia sukai meski terkadang melanggar aturan.
Jika menyelami puisi karya Beri Hanna dalam buku kumpulan sajak ini, rasanya seperti mengisap permen nano-nano. Sungguh beragam rasanya. Manisnya dapat, kecutnya ada, sensasinya juga terasa.
Kita bisa baca dan renungi puisi bertajuk Kamu yang tersusun rapi di halaman bagian awal.
Kamu
Aku tidak ingin merusak kecantikanmu
Karena kehadiranku di hidupmu
Bukannya aku pengecut
Tapi, aku seperti luput
Bukannya aku tak pandai
Tapi, aku takut lalai
Bukannya aku tak romantis
Tapi, aku takut terlalu puitis
Kamu
Aku itu adalah kamu
Dan kamu akan menjadi aku (Halaman 2).
Di awal puisi Kamu ini menyiratkan kekurangpercayaan terhadap diri sendiri. Sosok aku khawatir jika kehadirannya justru merusak kecantikan gadis pujaannya. Maka, ia memilih mundur untuk menyelamatkan kekasihnya agar pesonanya tetap terjaga.
Namun, di akhir puisi, sosok aku malah kelewat percaya diri. Ia katakan bahwa aku adalah kamu dan kamu akan menjadi aku. Ia yakin bahwa suatu saat ia (aku) dan gadis tambatan hatinya itu (kamu) akan menjadi satu dalam bangunan utuh yang kokoh bernama kami.
Berbeda jika kita menyelisik puisi Berubah yang mengungkapkan rasa sedih sebab perpisahan ini. Ketika sudah menjauh dari sang pujaan, maka hati perih laksana teriris sembilu, gundah gulana, dan terserang merana.
Tak ada obat lain pagi seorang perindu, selain bertemu dengan sosok dambaan yang dirindukan. Sebab, ia ingin segera mendengar suaranya, menatap lekat wajahnya, melihat senyumnya, bahkan jika boleh ingin memegang erat tangannya serta memeluknya.
Berubah
saat aku tak lagi menjadi milikmu
saat itu gundah gulana kurasa ragaku
saat kau tak lagi menghubungiku lewat pesan
saat itu terbelit jiwaku untuk merana
saat ku tak lagi mendengar suaramu
saat itu merindu isi kupingku
dibuat mendesak
seakan semua orang memaksa
memacu ego mereka tanpa harus peduli walau kini ku tahu
kau tak lagi merindukan aku
seperti berdosa sebuah senyuman
ketika kau hadapkan ke mataku yang hina
seperti liar sekuncup tubuh
ketika kau lepas ke mata-mataku yang hina
semua tak lagi bisa aku rasakan seperti dulu (Halaman 54).
Puisi cinta rasa komedi dalam buku kumpulan puisi ini, aku temukan dalam tajuk Aku Tidak Cemburu. Sosok aku mengibaratkan lelaki selainnya yang mendekati kekasihnya adalah binatang jangkrik yang tengik. Ia bahkan mengulangi bunyi akhiran untuk mempertegas atas dendam kesumatnya.
Aku Tidak Cemburu
aku tidak cemburu
melihatmu bersama jangkrik
krik krik
aku tidak cemburu
meski kau menggeliat bersama tengik
ngik ngik
aku tidak cemburu
meski kau mencumbuinya dengan asyik
syik syik
kau menyia-nyiakan hidupmu
dan aku menyia-nyiakan pandanganku (Halaman 61).
Membaca tiga sajak dari sekumpulan puisi dalam buku Silara ini, menggiring kita ke khasanah sastrawi yang merdeka, bebas, dan tak terikat. Sah-sah saja mengumpat, menyebut orang seperti binatang, dan merayu sang pujaan laksana budak di kaki tuan raja.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Silara (Aku Lalu Kamu Pilu)
Penulis: Beri Hanna
Penerbit: Bitread Publishing
Cetakan: I, 2019
Tebal: 115 Halaman
ISBN: 978-623-7109-51-8