Novel bergenre fantasi karya Soman Chainani ini sudah diadaptasi menjadi serial film di Netflix. Novel ini sendiri bercerita tentang seorang anak remaja bernama Sophie yang sangat ingin diculik Sang Guru dan dibawa ke Sekolah Kebaikan untuk dilatih menjadi seorang putri.
Sophie berusaha melakukan kebaikan sembari menunggu hari penculikan tiba. Sementara itu, sahabatnya, Agatha yang tinggal di hutan, tidak mempercayai adanya Sekolah Kebaikan dan Kejahatan yang selalu dibaca anak-anak dalam buku dongeng mereka.
Baca Juga: 3 Nama Tokoh Antagonis di Dunia Pewayangan Jawa, Jahatnya Nggak Ada Obat!
Sampai pada suatu malam, Sang Guru datang menculik Sophie dan Agatha ikut terbawa saat mencoba menyelamatkan Sophie. Mereka dijatuhkan ke sekolah itu. Namun, Sophie malah jatuh ke lumpur bau busuk di Sekolah Kejahatan dan Agatha yang tidak menyukai orang luar dijatuhkan di taman bunga di Sekolah Kebaikan.
Selama awal sekolah, mereka mencoba menginterupsi kekeliruan itu. Bahwa seharusnya Sophie yang ada di Sekolah Kebaikan dan suatu saat akan bertemu dengan pangerannya. Sementara itu seharusnya Agatha ada di Sekolah Kejahatan dan menjadi penyihir. Namun, sekeras apa pun berusaha, mereka tidak bisa menentang takdir itu.
Baca Juga: Yemens Dirty War, Apa Dampaknya bagi Masyarakat?
Agatha yang membenci cermin terpaksa menjalani hidupnya dengan gaun berwarna pink. Setiap hari ia berusaha menghindari cermin agar tidak melihat wajahnya yang jelek dan sangat mustahil untuk tersenyum. Sedangkan Sophie yang baik diajarkan menjadi penyihir jahat.
Awalnya, hubungan mereka tetap baik. Agatha dengan semua yang ia bisa, mencoba bertukar tempat dengan Sophie agar temannya itu bisa mengenakan gaun pink dan bertemu dengan pangerannya. Namun, semua usaha mereka gagal karena takdir tidak berjalan sesuai kemauan mereka. Persahabatan mereka mulai retak dan terjadi pertengkaran hebat. Namun, akhirnya mereka kembali bersatu setelah Sang Guru berhasil dikalahkan.
Baca Juga: Inilah 5 Negara Termuda di Dunia, Ada yang Baru Berumur 3 Tahun!
Aku suka kisah yang disajikan dalam novel ini. Gaya berceritanya ringan dan nyaman untuk diikuti. Meski jumlah halamannya cukup tebal, tetapi aku menyelesaikan buku ini kurang dari dua hari. Deskripsi latar digambarkan dengan sangat baik sehingga aku dapat membayangkan bagaimana situasi dan keadaan di dalam novel ini.
Novel ini juga mengandung banyak nilai positif yang bisa diambil. Meski bergenre fantasi, tetapi novel ini tidak sulit untuk dipahami. Apakah kamu sudah membacanya? Bagaimana menurutmu?
Baca Juga
-
Tuai Hujatan Karena Menang MCI, Pantaskah Belinda Diperlakukan Demikian?
-
Ulasan Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Kental dengan Nilai Sejarah dan Pengabdian
-
Ulasan Novel Rooftop Buddies, Pengidap Kanker yang Nyaris Bunuh Diri
-
Berkaca pada Kasus Bunuh Diri di Pekalongan, Dampak Buruk Gadget bagi Anak
-
Ulasan Novel Mata di Tanah Melus, Petualangan Ekstrem di Negeri Timur
Artikel Terkait
-
Mama yang Berubah Jadi Peri di Mummy Fairy and Me 4: Keajaiban Putri Duyung
-
Ulasan Novel Hotel Royal Costanza: Kisah Seorang Jurnalis yang Disandera
-
Ulasan Buku Al Ghazali karya Shohibul:Jejak Spiritual Sang Hujjatul Islam
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Ulasan Novel Dari Arjuna untuk Bunda, Kisah Luka Seorang Anak
Ulasan
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Mama yang Berubah Jadi Peri di Mummy Fairy and Me 4: Keajaiban Putri Duyung
-
Jambi Paradise, Destinasi Wisata Pilihan Keluarga
-
Melancong ke Jembatan Terindah di Jambi, Gentala Arasy
-
Review Film Role Play, Menjelajahi Dunia Karakter dan Narasi
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans
-
3 Rekomendasi Oil Serum Lokal Ampuh Meredakan Jerawat, Tertarik Mencoba?