Dermawan Sukanto merupakan seorang mantan pejabat yang telah melenggang bebas dari berbagai tuduhan korupsi. Ia tidak sekadar koruptor biasa. Ia seorang visioner, seseorang yang memandang korupsi sebagai seni, bukan hanya sekadar tindakan kriminal.
Di masa kejayaannya, ia berhasil mencuri triliunan dari kas negara tanpa meninggalkan jejak. Namun, setelah pensiun, Dermawan merasa hidupnya hampa. Ia hampir mencoba semua hobi, namun tak ada yang memberinya sensasi seperti korupsi.
Suatu hari, saat merenung di ruang kerja yang penuh dengan trofi dan piagam palsu, ia mendapat ide yang tak terduga.
“Kenapa kita para koruptor harus sembunyi-sembunyi? Kenapa kita tidak bisa berbagi kegembiraan kita seperti para selebriti di media sosial?” tanya Dermawan dalam hati.
Dari ide itulah, lahirlah sebuah platform media sosial eksklusif yang diberi nama Korupshoot, tempat di mana para koruptor bisa pamer harta, membahas strategi penggelapan dana, dan bahkan saling memberi tips untuk menghindari penjara. Korupsi seolah-olah melakukan photoshoot dengan bangga dan berwibawa.
Platform ini dirancang dengan sangat hati-hati. Korupshoot hanya bisa diakses oleh mereka yang memenuhi syarat tertentu, yaitu memiliki saldo korupsi minimal satu triliun rupiah. Setiap pendaftar harus melewati proses verifikasi yang ketat, di mana algoritma platform akan mengecek rekening bank yang tersembunyi di luar negeri, jumlah properti, dan investasi ilegal yang mereka miliki.
Semakin banyak harta hasil korupsi yang dimiliki, semakin tinggi status sosial mereka. Di Korupshoot, mereka diperlakukan layaknya selebriti. Korupshoot memiliki fitur like, follow, dan comment, tetapi di sini, yang paling dihargai bukanlah foto-foto cantik atau gaya hidup mewah semata. Di Korupshoot, pameran hasil korupsi adalah kunci utama untuk mendapatkan status dan pengakuan.
Korupshoot pertama kali diluncurkan secara diam-diam di sebuah pesta mewah yang diselenggarakan oleh Dermawan. Pesta itu digelar di sebuah hotel bintang lima yang seluruhnya dipesan untuk acara tersebut. Di sana, para pejabat dan pengusaha kaya berkumpul dalam kemewahan yang luar biasa. Tidak ada yang tampak canggung, karena semua tamu tahu bahwa mereka memiliki kesamaan, mereka semua adalah koruptor dan mereka bangga.
Dermawan berdiri di panggung, mengenakan setelan jas mahal dan jam tangan emas, lalu berbicara dengan penuh semangat.
“Kita selama ini disalahpahami. Orang-orang selalu menganggap kita jahat. Padahal, kita hanya berusaha memanfaatkan kesempatan. Kita adalah para seniman dalam dunia keuangan,” tawa Dermawan dengan penuh bangga.
“Tanpa membuang waktu lama, malam ini saya persembahkan Korupshoot, platform bagi kita semua untuk merayakan prestasi tanpa rasa takut!” seru Dermawan.
Tepuk tangan meriah menggema di ruangan itu. Para tamu yang hadir tidak sabar untuk segera bergabung. Malam itu, setelah acara selesai, mereka segera mendaftar di Korupshoot dan mulai berbagi kebanggaan mereka dalam mencuri uang rakyat. Dermawan, sebagai pendiri, menjadi selebriti pertama di platform tersebut dengan pengikut mencapai puluhan ribu dalam hitungan jam.
Dalam waktu singkat, Korupshoot berkembang pesat. Para koruptor dari seluruh negeri mulai mengunggah foto-foto yang menunjukkan hasil kejahatan mereka. Ada yang berfoto di depan tumpukan uang tunai, ada yang berpose di atas yacht mewah, dan ada juga yang memamerkan vila di luar negeri yang dibeli dengan uang rakyat.
Mereka saling memuji, memberi tips, dan berbagi informasi mengenai cara menyembunyikan hasil kejahatan di rekening luar negeri. Korupshoot menjadi tempat di mana para koruptor bisa merasa aman, bebas, dan dihargai. Bagi mereka, ini adalah tempat di mana mereka tidak perlu lagi bersembunyi.
Salah satu pengguna paling populer adalah akun bernama @TenderTajir, seorang pengusaha yang dikenal luas di kalangan elit karena kemampuannya memenangkan tender proyek pemerintah dengan menyogok pejabat. Setiap minggu, dia mengunggah foto-foto terbaru dari proyek yang berhasil dimenangkannya.
Dalam satu unggahan, dia menampilkan dirinya duduk di atas buldoser besar dengan pemandangan jalan tol yang belum selesai di latar belakang.
"Tender baru, uang baru! Jalan tol 500 miliar, uang masuk ke rekening 300 miliar. Sisanya? Untuk proyek? Hehe, ya buat tim hore saja! #Blessed #KoruptorSejati," tulisnya dengan bangga. Dalam hitungan menit, unggahan itu mendapat ribuan like dan komentar.
Seorang pejabat bernama @PahlawanPajak yang merupakan bupati dari sebuah kabupaten terpencil, memberikan komentar penuh kekaguman.
"Wah, Mas, ini trik yang keren banget. Aku juga baru saja beres tender sekolah negeri. Dapat proyek 100 miliar, markup 90 miliar. Hahaha. Kita memang para pemenang," tulisnya senang.
Namun, di balik segala keglamoran ini, masalah mulai muncul. Semakin banyak koruptor yang ingin terkenal di Korupshoot, semakin sengit pula persaingan yang terjadi. Mereka tidak lagi puas dengan sekadar mencuri uang ratusan juta. Mereka ingin menjadi yang paling kaya, paling hebat, dan paling dipuja. Hal ini memicu gelombang korupsi yang semakin gila. Orang-orang yang dulu bermain aman, kini mulai mengambil risiko besar demi bisa pamer di Korupshoot.
Suatu hari, seorang pejabat bernama @RajaMarkUp mengunggah sebuah video yang membuat seluruh komunitas gempar. Dalam video tersebut, dia memperlihatkan sebuah gedung sekolah yang dibangun dengan dana korupsi. Bangunannya runtuh dalam sekejap mata.
"Hahaha! Lihat ini! Cuma butuh 10 miliar dari proyek sekolah 200 miliar! Sisanya buat gua! Gedung sekolah? Biar saja roboh. Gak penting, yang penting duitnya masuk ke kantong!" tulisnya sangat puas.
Video itu menjadi viral di Korupshoot. Para pengguna lain merasa iri dengan keberaniannya. Namun, di luar platform, masyarakat yang melihat gedung sekolah itu runtuh menjadi marah. Berita tentang gedung sekolah yang roboh mulai tersebar luas, dan pemerintah pusat mulai melakukan investigasi. Mereka awalnya tidak tahu tentang Korupshoot, tetapi kasus ini memicu penyelidikan lebih dalam.
Sementara itu, para pengguna Korupshoot semakin gila. Mereka memposting setiap detail bagaimana mereka berhasil menipu sistem peradilan. Salah satu unggahan paling kontroversial datang dari akun bernama @MafiaMonopoli, seorang konglomerat yang menguasai pasar pangan. Dia mengunggah foto dirinya sedang berenang di kolam renang yang penuh dengan uang tunai.
"Lumbung padi rakyat? Gak perlu! Yang penting gue kaya. Ini gue lagi renang di duit subsidi yang gue alihin. Hahaha! #KoruptorPalingKaya," posting-nya bangga.
Namun, ketenaran @MafiaMonopoli tidak berlangsung lama. Dia terlalu sombong dan memancing perhatian aparat hukum. Dalam waktu singkat, rekening banknya dibekukan dan dia ditangkap. Peristiwa ini mulai membuat para koruptor lain waspada. Mereka bertanya-tanya, apakah Korupshoot benar-benar aman?
Kecurigaan itu terbukti benar. Ternyata, sejak awal Korupshoot dirancang bukan hanya sebagai platform pamer, tetapi juga sebagai alat pengawasan terselubung. Dermawan Sukanto ternyata bekerja sama dengan lembaga antikorupsi internasional. Setiap aktivitas di Korupshoot diam-diam direkam sebagai bukti.
Pada suatu hari yang kelam, ketika Korupshoot berada di puncak popularitas, Dermawan menekan tombol yang mengaktifkan seluruh sistem pelaporan. Dalam waktu singkat, ratusan pengguna Korupshoot ditangkap secara serentak. Mereka terkejut saat mengetahui bahwa setiap unggahan yang mereka banggakan telah dijadikan bukti untuk menjebloskan mereka ke penjara.
Dermawan menghilang tanpa jejak, membawa lari sisa dana operasional platform tersebut. Korupshoot runtuh, tetapi dampaknya terasa ke seluruh negeri. Dermawan sendiri akhirnya menyebut dirinya sebagai "Raja Koruptor" yang mengkhianati kaumnya sendiri. Ia memilih bersembunyi di luar negeri. Hingga hari ini, tidak ada yang tahu pasti di mana keberadaannya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS