Mengenal Lebih Lanjut Gaslighting, Suatu Bentuk Manipulasi dalam Psikologi

Ayu Nabila | Vallencia Zhang
Mengenal Lebih Lanjut Gaslighting, Suatu Bentuk Manipulasi dalam Psikologi
Ilustrasi seseorang yang sedang melakukan gaslighting (Pixabay.com)

Apakah kalian pernah mendengar kata "gaslighting"?

Jika belum, kita akan membahasnya lebih lanjut dalam artikel ini. Istilah gaslighting ini terkenal dari suatu drama Inggris yang berjudul “Gas Light.” Dalam drama ini, terlihat seorang suami yang "memainkan" istrinya untuk mempertanyakan perihal pandangannya dengan berbagai jenis tipuan.

Gaslighting adalah suatu bentuk manipulasi dalam psikologi yang wajib kamu waspadai mulai sekarang. Gaslighting merupakan suatu bentuk pelecehan emosional yang dimana sang pelaku akan berusaha memanipulasi keadaan secara berulang-ulang. Caranya, pelaku akan menipu korban supaya ia tidak memercayai adanya ingatan ataupun persepsi terhadap dirinya sendiri. 

Gaslighting akan membuat korban bertanya-tanya perihal insting atau persepsi yang selama ini ia percaya, juga membuat sang korban akan menjadi mudah percaya pada omongan sang pelaku. Merangkum dari Halodoc, berikut 3 hal yang perlu diketahui terkait perilaku gaslighting

1. Setiap orang berpotensi terkena gaslighting 

Beberapa psikolog percaya bila gaslighting akan lebih sering terjadi kepada orang-orang yang mempunyai harga diri yang lebih rendah, atau kepada orang yang mempunyai empati tinggi. Akan tetapi, mereka juga memercayai bahwa gaslighting dapat terjadi pada siapa saja,  termasuk mereka yang memiliki rasa percaya diri yang lebih kuat.

Walau begitu, orang-orang dengan tingkat percaya diri yang lebih tinggi akan lebih jarang terkena gaslighting. Sedangkan mereka yang tingkat kepercayaan dirinya lebih rendah akan lebih berisiko terkena manipulasi yang satu ini. 

2. Setiap orang berpotensi menjadi pelaku dari gaslighting

Ternyata, gaslighting tidak hanya bisa dilakukan oleh orang asing di sosial media. Sebab setiap orang tanpa memandang kedekatan, berpotensi menjadi pelaku gaslighting. Misalnya anggota keluarga, pasangan, teman, kerabat, atasan, bahkan seorang public figure mempunyai potensi untuk melakukan gaslighting.

Akan tetapi, biasanya pelaku gaslighting adalah mereka yang mempunyai kelainan psikologi yang dinamakan gangguan kepribadian narsistik, dimana mereka berpandangan bahwa dirinya adalah yang terpenting. Akibatnya, mereka tidak memedulikan orang lain, kecuali orang-orang yang penting bagi mereka. 

Orang-orang yang pandai berbohong juga biasanya dapat menjadi pelaku gaslighting. Mereka bersikap seolah-olah mereka tidak bersalah dan memanipulasi korban agar merasa bersalah telah berprasangka buruk terhadap pelaku. Padahal, ini hanyalah taktik semata. 

3. Apabila kamu sering menyalahkan diri kamu sendiri, kamu harus waspada terhadap gaslighting 

Coba kamu pikir ulang beberapa minggu belakangan ini, apakah kamu sering merasa seperti apa pun hal yang kamu lakukan itu salah? Atau mungkin, kamu merasa sering meminta maaf setiap terjadi kesalahan yang padahal itu tidak sepenuhnya salahmu? Jika pernah, maka kamu harus berhati-hati. Bisa jadi, itu adalah tanda bila kamu telah mengalami gaslighting

Demikianlah 3 hal yang perlu diketahui terkait perilaku gaslighting. Gaslighting dapat berbahaya, sebab itu dapat membuatmu mempertanyakan kewarasannya. Maka dari itu, kamu harus senantiasa berhati-hati dan lebih pekabterhadap diri kamu sendiri. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak