Bapak-bapak

Hernawan | teman khayal
Bapak-bapak
Ilustrasi kursi kayu (Pixabay/Greg Waskovich)

Terbangun aku dari tidur siang yang panjang, beranjak dari kasur empuk berbahan kapuk

Berjalan perlahan bersamaan tangan yang menggaruk kepala dengan ringan

Mataku yang pedih ini masih setengah sadar, juga tak melihat ada orang di sekitar

Naluriku berkata untuk pergi ke beranda

Kakiku melangkah dengan ritme yang tak pasti

Perlahan sampai dan duduk diatas kursi

Kursi kayu yang kurasa sudah tak kokoh lagi

Mengarahkan sedikit pandanganku ke atas langit, merah samar warnanya

Senja sudah tiba rupanya dan aku tidak tahu telah tertidur berapa lama

Dibawah langit yang memerah itu kulihat bapak membakar sampah

Hanya memakai sarung andalannya dan sebatang rokok yang terjepit diantara bibirnya

Kebiasaan yang kutahu sering sekali Ia lakukan

Bapak datang menghampiri lalu duduk tepat disampingku

Menyeruput teh dengan sedikit gula buatan ibu

Yang pasti selalu menjadi minuman favoritnya

“Takarannya pas, ibu memang selalu tahu yang bapak suka,” ucapnya sembari memegang gagang gelas

Kemudian aku bertanya dengan nada bercanda

“Itu karena bapak cinta atau karena bapak takut jika tidak dibuatkan teh lagi oleh ibu?”

Ia tertawa dengan lepas

“Kelihatan ya?” tanya bapak.

“Jangan sampai ibumu mendengar itu ya!” lanjutnya.

“Hahaha,” Sekarang malah aku yang tertawa lepas.

Menghabiskan sore bersama lelaki dengan jutaan pengalaman

Bercanda dan bercerita, tentang masa muda mereka

Sungguh cerita yang tidak pernah bosan untuk didengarkan

Dibawakan dengan selingan canda khas bapak bapak

Namun tak lupa pula menasehati agar tidak menyia-nyiakan masa muda

Masa muda yang tidak mudah putus asa

Masa muda dengan semangat yang menggelora

Masa muda yang pantang untuk murung dan berusaha untuk selalu bahagia

Menurutnya kebahagiaan itu bukan karena keadaanKebahagiaan juga bukan bergantung pada seseorang

Kebahagiaan itu tidak pula dicari, tapi kebahagiaan adalah hal yang harus kita ciptakan sendiri

Sangat mudah dilakukan saat muda

Karena jika sudah tua, tak banyak lagi kebahagiaan yang bisa diciptakan

Hanya bisa mengharapkan kedamaian dan kebersamaan

Ya, kebersamaan dengan keluarga tercinta

Bapak adalah orang hebat, manusia pertama yang aku kagumi

Mengajarkanku banyak sekali hal baik, selalu merasa aman saat bersamanya

Semua hal yang pernah Ia lewati menjadi motivasi besar untukku menjalani hidup

Tapi, pancaran matanya yang tidak bisa berbohong

Aku merasa ada yang sedang begitu Ia khawatirkan

Ketika tiba-tiba bapak bilang ada hal yang bapak takutkan dalam hidupnya

Aku terkejut dan penasaran, kemudian bertanya dan meminta sebuah jawaban

Ternyata hal yang membuat bapak takut adalah meninggalkan keluarga

Serta tidak bisa melihat anak-anaknya tumbuh dewasa

Bukan berarti tidak siap jika suatu hari nanti harus dipanggil oleh tuhan

Tapi Ia selalu ingin memastikan keluarga yang Ia bangun selama ini selalu bisa merasakan kebahagiaan

Ia mengaku tak akan sanggup melihat tangisan keluarga jika suatu saat Ia meninggalkannya

Sekalipun itu Ia harus melihatnya di alam sana.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

27 September 2021 | 14:55 WIB

Pelataran Surga Dunia

08 September 2021 | 20:09 WIB

Di atas Bukit Bumi Jawa

02 September 2021 | 09:44 WIB

Surat Kecil untuk Ibu

Tampilkan lebih banyak