Pada 10 November 78 tahun yang lalu, kota Surabaya menjadi saksi betapa kerasnya nyali bertarung Arek-arek Surabaya dalam mengusir pasukan sekutu. Meskipun kalah dalam seluruh hal, namun jiwa petarung mereka kala itu sukses membuat pasukan sekutu terkapar, dan memaksakan gencatan senjata dengan melakukan lobi kepada para pimpinan kaum republik.
Kini, 78 tahun berselang, di kota yang sama, putera-putera terbaik bangsa Indonesia akan kembali bertarung di pentas Piala Dunia U-17. Lawan yang akan dihadapi pun tak ubahnya kondisi tentara sekutu kala itu, jauh lebih memiliki kelengkapan dan kualitas dalam pertarungan yang akan dihadapi.
Ekuador yang di pentas persepakbolaan dunia merupakan salah satu negara yang menjadi langganan putaran final Piala Dunia di berbagai level, akan berhadapan dengan Indonesia yang memerlukan "jalur khusus" menjadi tuan rumah untuk bisa ikut merasakan atmosfer gelaran. Tentu hal ini adalah sesuatu yang sangat jomplang, dan tak ubahnya kondisi Arek-arek Suroboyo saat diharuskan melakukan head-to-head dengan pasukan sekutu yang menjadi pemenang perang dunia saat ini.
Jika berbicara secara statistik dan data yang ada, kita akan mafhum jika Timnas Ekuador U-17 akan jauh lebih diunggulkan. Secara, sejarah mereka di pentas Piala Dunia U-17 saja sangat berbanding terbalik dengan Pasukan Merah Putih.
Laman fifa.com mencatat, Ekuador telah 6 kali menjadi kontestan di ajang Piala Dunia U-17. Sejarah pun mencatat bahwa mereka tak hanya numpang lewat di putaran final ini dengan mencatatkan dua kali sukses menembus babak perempat final di edisi 1995 dan 2015. Sementara Indonesia? Tentunya pencinta sepak bola bisa menjawab Timnas U-17 saat ini berstatus sebagai debutan di turnamen, dan itupun terjadi karena mereka bertindak sebagai tuan rumah.
Namun, dengan perbedaan kekuatan yang demikian berbeda, tentu anak asuh Bima Sakti tak akan mudah untuk menyerah dari sang lawan. Memang secara kualitas mereka bisa dikatakan masih kalah dari Ekuador, namun jangan salah, status tuan rumah pastilah membuat nyali bertarung Garuda Muda ini meningkat berkali-kali lipat.
Bukan hanya itu, bertanding di Surabaya, di bawah nama besar seorang Bung Tomo pada tanggal 10 November, tentu akan menjadi sebuah trigger tersendiri bagi mereka. Secara fisik maupun kualitas memang Timnas Indonesia U-17 bisa kalah, namun untuk urusan nyali bertarung, mereka tak akan pernah bisa mudah untuk ditaklukkan. Terlebih jika nantinya mereka mewarisi daya juang dan nyali bertarung dari Arek-arek Surabaya yang sukses meleburkan pasukan sekutu 78 tahun lalu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.