Harapan besar induk sepak bola Asia Tenggara, AFF terhadap meriahnya pertarungan antara tim ASEAN All Stars melawan klub tradisional asal Inggris, Manchester United ternyata tak seindah dalam angan.
Kurang lebih hanya berselang 20 hari saja hingga pertarungan dimulai, publik pencinta sepak bola di kawasan ini terkesan adem ayem dan tak ada gairah untuk menyambut laga tersebut.
Bukan hanya khalayak umum selaku penggemar, minimnya minat terhadap laga ekshibisi tersebut juga sedikit banyak ditunjukkan oleh para anggota AFF sendiri.
Negara-negara besar kawasan yang menjadi kekuatan utama persepakbolaan regional seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia, lebih memilih untuk tak melepas para pemain terbaik mereka.
Jika kita mengacu pada rilisan berbagai media, termasuk di antaranya Suara.com dan akun instagram @seasiagoal, pada pertengahan bulan April lalu sejumlah 17 nama sejatinya sudah masuk dalam kantong pelatih Kim Sang-sik untuk menjalani laga melawan si Iblis Merah.
Namun, seiring dengan bergulirnya hari, jumlah tersebut bukannya bertambah, namun justru semakin terkikis.
Beberapa negara yang telah mengirimkan pemainnya untuk bergabung dalam skuat, tiba-tiba saja berubah pikiran dan menarik nama yang telah mereka setorkan.
Bahkan, Malaysia yang semula mengirimkan tiga nama, memutuskan untuk menarik dua pemain bintang mereka, yakni Sergio Aguero dan Dominic Tan dari skuat, serta berencana untuk menggantinya dengan pemain lain yang kurang terkenal.
Pun demikian dengan Indonesia sendiri. Di awal rilisannya dulu, PSSI telah mengirimkan dua nama yakni Asnawi Mangkualam Bahar dan Muhammad Ferarri untuk bergabung di tim bintang ASEAN tersebut.
Namun belakangan muncul statemen dari Erick Thohir sang ketua umum PSSI, mereka bisa saja menarik dua pemain ini dari skuat, dan menggantikannya dengan pemain lain untuk mewakili Pasukan Merah Putih.
Atensi Berbalik 180 Derajat dengan Proyek Tahun 2014
Kejadian yang cenderung tak mengenakkan ini tentunya menimbulkan beragam pertanyaan dan asumsi. Termasuk di dalamnya sebuah fakta pahit, di mana jika dibandingkan dengan agenda yang sama di tahun 2014 lalu, laga melawan Manchester United ini kalah telak dari sisi perhatian khalayak.
Sekadar menginformasikan, pada tahun 2014 lalu, AFF juga membuat tim serupa, yakni mengumpulkan para pemain terbaik dari berbagai negara di kawasan ini dalam satu tim untuk menjalani sebuah laga.
Hanya saja, saat itu yang menjadi lawan tim ASEAN All Stars adalah Timnas Indonesia. Berdasarkan laman history AFF, pertandingan antara Timnas Indonesia melawan tim ASEAN All Stars ini dimainkan di Gelora Bung Karno Jakarta pada 11 Mei 2014 tersebut mampu menyedot perhatian para pencinta sepak bola di kawasan.
Bukan hanya kehadiran suporter secara langsung, atensi para penggemar sepak bola di Asia Tenggara maupun federasi negara-negara di kawasan ini saat itu juga sangat tinggi.
Hal ini dibuktikan secara langsung dengan antusiasme mereka dalam mengirimkan para pemain terbaik dari negaranya, sehingga berimbas besar pada perhatian para penonton di negara masing-masing.
Dalam list pemain ASEAN All Stars kala itu, nama-nama pemain yang kini menjadi legenda kawasan turut serta menjadi delegasi negara masing-masing dalam tim bentukan AFF.
Sosok pemain berlabel bintang sekelas Hassan Sunny, Aidil Zafuan, Shahril Ishak, Le Cong Vinh, Nguyen Van Quyet, Safiq Rahim, Hariss Harun, Datsakorn Thonglao dan sederet pemain lain, menjadi tulang punggung tim bintang ASEAN di laga melawan Indonesia saat itu.
Penyikapan yang berbeda terhadap pembentukan tim ASEAN All Stars tahun ini dan sebelas tahun lalu, tentunya menimbulkan sebuah simpulan kasar.
Dengan perbedaan atensi yang ditunjukkan oleh negara-negara member AFF dan publik pencinta sepak bola di kawasan ini, apakah itu berarti pesona Timnas Indonesia lebih menarik daripada Manchester United?
Bisa saja demikian!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS