Personal boundaries atau batasan diri adalah tata cara yang ditetapkan seseorang tentang bagaimana orang lain perlu berperilaku terhadapnya. Atau bisa juga artinya keberanian seseorang untuk mengatakan pada orang lain tentang apa yang dia suka dan yang tidak, yang boleh dilakukan terhadapnya dan yang tidak, yang membuatnya terluka dan yang tidak. Dengan menyuarakan hal ini, orang lain jadi tahu bagaimana harus memperlakukannya.
Setiap orang perlu menghormati batasan personal orang lain. Namun dalam praktiknya, tak semuanya berani menetapkan batasan yang sehat bagi diri sendiri dan banyak pula yang melanggar batasan orang lain. Mari simak tips membangun personal boundaries yang sehat dalam hubungan di bawah ini!
1. Pahami dirimu
Ketahui apa saja yang benar-benar kamu butuhkan, hal-hal yang sepenuhnya datang dari hati, bukan karena tuntutan orang lain. Lewat apa yang nyaman ini, kamu bisa tahu batasan apa yang perlu ditetapkan. Entah dalam hal materi, privasi tubuh, pikiran, atau pendapat tertentu. Pahami mengapa kamu merasa aman dalam hal tertentu dan terancam dalam hal lainnya.
Lewat pemahaman, kamu akan menemukan alasan di balik tindakan, reaksi, dan perasaan yang kamu alami. Kamu jadi tahu jika di baliknya ada luka batin. Misal, dari masa kanak-kanakmu. Kamu jadi bisa menyembuhkan luka dan memperluas zona nyamanmu. Ketika zona nyamanmu makin luas, toleransimu pada orang lain meningkat. Kamu pun tidak akan terguncang dan bisa menghadapi dengan tenang apabila ada orang yang melanggar batasanmu.
2. Komunikasikan kebutuhanmu
Personal Boundaries yang sehat perlu kamu sampaikan, bukan hanya dipendam di dalam. Terutama ketika kamu merasa orang lain terlihat akan melanggarnya. Sebelum betulan terjadi, katakan bahwa kamu kurang nyaman. Jika dia tetap melanjutkan, kamu bisa melakukan hal yang lebih tegas. Jangan ragu untuk minta bantuan orang yang kamu percaya jika pelanggaran batas sudah keterlaluan, ya.
3. Prioritaskan dirimu
Ini penting supaya kamu tidak menjadi people pleaser. Seorang people pleaser biasanya tak punya keberanian untuk mengatakan tidak, akibatnya, orang lain sering melanggar batasan pribadinya. Kadang, seorang people pleaser menganggap pelanggaran batasan selalu dapat dimaklumi karena dia mendapat sesuatu dari orang lain. Bisa berupa validasi, keamanan, atau perasaan lainnya. Namun, dia berakhir tidak menyayangi diri dan lama-lama terkuras karena selalu mengorbankan diri. Karena itu, belajarlah memprioritaskan diri. Bukan dengan cara egois dan mengabaikan orang lain, tapi dengan mengomunikasikan diri secara terbuka. Jadi, orang lain pun akan merasa dihargai.
4. Hadapi ketakutanmu
Rasa takut sering jadi penghambat mengatakan apa yang ingin kamu sampaikan. Seharusnya, menyampaikan apa yang kamu rasakan bukanlah ajang untuk argumentasi. Semua ini tentang batasan dirimu. Namun seringnya, orang lain yang tidak hadir secara emosional tidak mampu memahami ini. Meski begitu, tetap gunakan suaramu, jangan hanya diam dan menyimpannya sendiri. Hadapi ketakutanmu dengan bicara. Jangan berekspektasi tentang tanggapannya. Memendam sesuatu demi damainya situasi tidak baik untuk hubungan jangka panjang dan kesehatan mentalmu.
5. Validasi perasaanmu
Segala sesuatu yang kamu rasakan pada saat sesuatu terjadi benar karena itu sesuai dengan batasan dirimu. Validasi perasaanmu sendiri. Namun ingat, validasi tersebut bukan untuk sepenuhnya menyalahkan orang lain, tapi untuk lebih memahami diri. Setelah kamu komunikasikan dengan orang lain, dia mungkin akan meminta maaf dan menjelaskan alasan tindakannya. Jika sudah sama-sama terbuka seperti ini, ke depannya hubungan akan terjalin lebih baik karena ada pemahaman terhadap satu sama lain.
Itulah lima tips membangun personal boundaries yang sehat dalam hubungan. Kita perlu belajar saling memahami jika ingin punya hubungan yang sehat dengan orang lain. Prinsipnya adalah saling, dua arah, dan seimbang. Dengan berkomunikasi tentang batasan masing-masing, diharapkan muncul hubungan yang terbangun atas dasar saling percaya dan melindungi.