Seorang penyair pernah berkata
Kemerdekaan itu nasi
Dimakan jadi ...
Ya, mungkin kalian tahu lanjutannya
Kenapa tak kutulis? Sengaja
Bukan apa-apa
Aku tak ingin bernasib sama seperti dia
Nasi itu kini sudah 76 tahun umurnya
Dimakan banyak orang
Lalu jadi ... yang mengambang di selokan
Banyak yang makan
Banyak yang ingin makan
Banyak yang sangat ingin makan
Katanya, nasi itu untuk semua orang
Seperti bancakan
Satu tampah besar untuk jutaan
Semua boleh makan? Boleh
Tapi eh tapi
Ada yang pakai sendok biasa
Ada yang sendoknya besar seperti sekop pasir
Ada yang pakai tangan
Ada yang disuapin
Di lain sisi
Ada yang tangannya diikat
Ada yang mulutnya disumbat
Mereka boleh makan
Tapi bagaimana?
Nasi itu kini sudah 76 tahun umurnya
Jumlahnya tak pernah berkurang
Masih untuk semua orang
Tapi eh tapi
Yang punya sendok makin sedikit
Tapi sendoknya makin besar
Yang disuapin kini makin ramai yang nyuapin
Bagaimana yang tangannya diikat?
Mati
Mati setelah tangannya putus entah kenapa
Yang mulutnya disumbat?
Mati juga, kesedak sumbatnya sendiri
Tapi tenang
Mereka punya penerus
Jumlahnya makin banyak
Nasi itu kini sudah 76 tahun umurnya
Orang-orang itu masih doyan saja
Apa tidak bosan?
Tampahnya masih tetap 1 yang besar
Hanya pecah sedikit di sisinya
Kenapa tidak dibagi menjadi banyak tampah kecil
Supaya lebih banyak yang merasakan nasinya
Bukankah makan bersama lebih nikmat?
Ah, tahu apa aku soal nikmat nasi