Radikalisme yang berasal dari bahasa Latin yakni “radix” yang memiliki makna akar. Ini adalah sebuah paham yang menginginkan perubahan serta perombakan besar dalam mencapai sebuah kemajuan. Beberapa penganut paham radikalisme mencoreng nama Islam dengan melakukan berbagai aksinya atas nama agama. Padahal Islam dan radikal adalah dua objek yang berbeda. Kekerasan yang mengatasnamakan agama semakin marak terjadi, bahkan di Indonesia sendiri. Berbagai macam kaum dengan ideologi radikal ingin merubah tatanan kenegaraan.
Buku ini membahas mengenai pendidikan Islam pesantren yang dapat mencegah pondasi-pondasi akar radikalisme, hal ini diharapkan para generasi muda akan senantiasa menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI. Nilai-nilai tersebut di rangkum dalam satuan pendidikan yang ramah serta dapat mencetak generasi Islam yang mumpuni dalam bidang keilmuan dan pengetahuan.
Pendidikan adalah upaya manusia untuk dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi, jasmani, rohani sesuai dengan nilai kebudayaan yang ada. Nilai itu akan terus berkembang melalui proses pendidikan yang memiliki tujuan akhir menjadi watak atau karakter yang terdidik. Maka dari itu pentingnya penanaman nilai pendidikan untuk pembentukan generasi yang gemilang dan anti radikalisme.
Pendidikan memiliki peran untuk untuk menumbuhkan budaya damai serta moderat, hal ini sangat dibutuhkan dalam berbangsa dan bermasyarakat. Dalam sebuah negara kesatuan republik indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ras, dan agama. Maka dari itu sudah seyogyanya generasi Islam dapat selalu moderat dalam setiap permasalahan, hal ini untuk mengimplementasikan sila ke-3 Pancasila yakni Persatuan Indonesia.
Melalui lembaga pendidikan Islam yakni pesantren, nilai-nilai moderat ini ditanamkan. Pesantren tidak mengakomodasi paham-paham radikal apalagi paham yang mengarah pada terorisme. Hal ini dilihat dari kiprah komunitas pesantren di tengah-tengah masyarakat yang mampu mengakomodasi nilai-nilai kearifan lokal dan tradisi setempat dengan nilai ajaran Islam dengan budaya damai dan anti kekerasan. (Hlm. 6)
Karakter moderat dalam budaya pesantren tak lepas dari model pendidikan pesantren yang menunjukkan sifat fleksibel, terbuka, tidak kaku atau tidak menutup diri dari luar. Terdapat proses dialog yang menggambarkan dalam setiap kajian kitab dalam pesantren, kitab ini sebagai sumber atau bahan ajar para santri di pondok pesantren. Model pendidikan Islam melalui media kitab kuning menumbuhkan sikap terbuka terhadap wawasan, menerima dan sekaligus mengkritisi gejala baru yang muncul.
Biodata buku:
Penulis: Abdul Khalim, M.Pd
Penyunting: Hamidulloh Ibda, M.Pd
Penerbit: CV. Asna Pustaka
ISBN: 978-623-91103-2-1
Cetakan: I, 2009
Tebal: 34x19cm, viii + Halaman.