Ulasan Buku 'Filosofi Tidur': Sebuah Pemaknaan Istirahat yang Bermanfaat

Candra Kartiko | Sam Edy
Ulasan Buku 'Filosofi Tidur': Sebuah Pemaknaan Istirahat yang Bermanfaat
Ilustrasi Buku Filosofi Tidur. (Dok. Pribadi/samedy)

Tidur termasuk salah satu kebutuhan dasar manusia yang tak boleh diabaikan. Tak ada manusia yang tak butuh tidur. Tubuh ibarat sebuah mesin, pasti butuh istirahat. Kalau dipakai terus-terusan tanpa henti, tentu mesin akan menjadi panas dan lambat laun akan menjadi rusak.

Demikian juga dengan tubuh manusia, setelah menjalankan beragam aktivitas, perlu mengistirahatkan diri, yakni dengan cara tidur. Tidur yang ideal setiap harinya konon durasinya delapan jam. 

Kita bisa membaca penjelasan menarik seputar tidur yang baik, berkualitas, bahkan bisa bernilai ibadah, dalam buku berjudul ‘Filosofi Tidur’ (Sebuah Pemaknaan Istirahat yang Bermanfaat) yang disusun oleh penulis inspiratif Intera. Buku ini terbit dalam versi digital tahun 2021 oleh penerbit Intera (Karanganyar, Jawa Tengah).

BACA JUGA: Isu Sosial dan Patriarki dalam Film 'Perempuan Tanah Jahanam'

Dalam buku ini dijelaskan bahwa tidur adalah sebuah proses istirahat yang penting bagi kesehatan karena merupakan keadaan istirahat alami bagi tubuh, pikiran, dan emosional. Pada saat tidur, daya tangkap kita sedikit berkurang karena organ dalam tubuh sedang beristirahat. Tidur juga dapat diartikan sebagai istirahat yang sesungguhnya, karena pada saat tidur, tubuh kita secara alamiah tidak melakukan apa-apa, begitu pula dengan pikiran kita. Semua organ dalam tubuh kita akan diistirahatkan, jiwa dan raga kita juga.

Di zaman modern ini, manusia kerap menyepelekan waktu tidur mereka. Mereka terlalu berambisi mengerjakan pekerjaan sekuat tenaga hingga mengesampingkan waktu istirahat. Tidak hanya bekerja, ada juga yang menghabiskan waktu istirahat mereka dengan menonton film favorit ataupun mengerjakan hal-hal senang di malam hari. Salah satunya bermain game selama berjam-jam bahkan tidak tidur hingga pagi menjelang. Akibatnya, mereka menuntaskan tidurnya pada pagi hingga siang menjelang. Padahal seharusnya di pagi hari tubuh perlu digerakkan, dibawa berolahraga (hlm. 25-26).

Kebiasaan bergadang yang tidak perlu hingga larut malam, apalagi sampai memiliki kebiasaan buruk tidak tidur sampai pagi, juga dapat memengaruhi kondisi tubuh manusia. Meski mereka sudah mengganti waktu tidurnya di pagi atau siang hari, tapi sepertinya tidur semacam ini bukan termasuk tidur yang berkualitas. 

BACA JUGA: Ulasan Buku "Rectoverso": It's Okay Kalau Cinta Tidak Harus Terucapkan

Gangguan tidur adalah salah satu pemicu berkurangnya kualitas tidur yang baik. Ini merupakan suatu kondisi gangguan fisik dan psikologis. Biasanya disebabkan kelainan spesifik dan mekanisme tidur yang dialaminya. Selanjutnya, insomnia, banyak sekali orang yang sering mengalaminya. Insomnia merupakan gangguan fisik dan psikologis yang menyebabkan kelainan tidur. Lebih spesifiknya, orang dengan keluhan ini akan mengalami mekanisme tidur yang buruk (hlm. 28-29).

Selain membahas tentang pentingnya tidur bagi manusia, dalam buku ini juga dibahas adab tidur sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Di antara adab ketika akan tidur adalah berdoa, berwudu, dan membersihkan tempat yang akan digunakan untuk tidur. Tidur di tempat yang bersih, meskipun sederhana, akan membuat tidur kita lebih nyaman dan berkualitas.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak