The Assessment: Thriller Distopia tentang Hak Memiliki Anak

Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
The Assessment: Thriller Distopia tentang Hak Memiliki Anak
Poster film The Assessment (IMDb)

Hidup di dunia di mana memiliki anak bukan lagi hak asasi, tapi malah harus diperjuangkan sekeras-kerasnya. Ya, ada film yang mengisahkan sebuah dunia di mana pemerintah menentukan siapa yang "layak" menjadi orang tua, berdasarkan evaluasi ketat selama tujuh hari.

Itulah premis dari ‘The Assessment’, film thriller fiksi ilmiah yang sudah mengguncang layar lebar Amerika Serikat sejak 21 Maret 2025 dan masih tahap ‘Segera Tayang’ di bioskop Indonesia. 

Disutradarai Fleur Fortune, ‘The Assessment’ menghadirkan jajaran bintang papan atas, di antaranya: Elizabeth Olsen (bintang utama Series WandaVision), Alicia Vikander (Ex Machina), dan Himesh Patel (Yesterday).

Diramaikan pula sama Minnie Driver, Indira Varma, dan Nicholas Pinnock. Keren-keren banget deh para bintang yang meramaikan film ini. 

Film ini pertama kali menarik perhatian publik saat pemutaran perdananya di Toronto International Film Festival (TIFF) tahun lalu.

TIFF dikenal sebagai ajang yang sering menjadi batu loncatan buat film-film berkualitas menuju penghargaan yang lebih besar, termasuk Oscar. Banyak film yang tayang di TIFF akhirnya mendapat pujian kritis dan sukses besar, seperti Film Joker (2019) dan Film Nomadland (2020).

Sekilas tentang Film The Assessment 

Dalam Film The Assessment, masa depan nggak secerah yang dibayangkan banyak orang. Sumber daya semakin menipis, dan pemerintah mengontrol populasi dengan kebijakan ketat. Salah satunya: Setiap pasangan harus melewati evaluasi psikologis sebelum diizinkan memiliki anak.

Di sinilah kisah Mia (Elizabeth Olsen) dan Aaryan (Himesh Patel) dimulai. Mereka adalah pasangan yang sangat menginginkan anak, tapi harus membuktikan diri layak di hadapan Virginia (Alicia Vikander), seorang penilai yang akan mengamati mereka selama tujuh hari penuh.

Awalnya, ini tampak seperti prosedur standar, tapi seiring berjalannya waktu, tes tersebut berubah jadi mimpi buruk psikologis. Perlahan, batas antara hak, moralitas, dan kendali negara terhadap individu semakin kabur.

Semengerikan itu deh! Kepoin lebih banyak detail lainnya yuk!

Sebuah Impresi dari Film The Assessment 

Begitu detail-detail filmnya diungkap, aku langsung merasa ada sesuatu yang nggak beres. Narasinya memang sederhana, yaitu ‘pasangan’ yang diuji sebelum boleh punya anak. Namun dari awal, atmosfernya bikin dada sesak.

Mia dan Aaryan datang ke sebuah fasilitas khusus, tempat mereka akan dinilai selama tujuh hari penuh. Virginia, penilai mereka, awalnya tampak netral, tapi ada sesuatu di balik senyum dinginnya. Dia bukan sekadar mengamati—dia memprovokasi, memanipulasi, dan perlahan-lahan menghancurkan batas antara kenyataan dan ilusi.

Ruangan tempat mereka diuji terasa steril. Warna-warna netral mendominasi, yang ngasih kesan kalau tempat itu bukan rumah, melainkan laboratorium eksperimen sosial. Setiap interaksi Mia dan Aaryan terekam, setiap ekspresi dianalisis. Dan yang lebih mengerikan, mereka nggak bisa kabur.

Seiring waktu, ujian-ujian yang awalnya tampak seperti pertanyaan psikologis biasa mulai berubah jadi permainan mental yang berbahaya. 

Aku suka bagaimana sutradara Fleur Fortune membangun ketegangan secara perlahan. Awalnya, kita diajak berpikir kalau mungkin memang ada alasan di balik ujian ini. Namun, makin lama, makin terasa kalau ini bukan sekadar seleksi, melainkan alat kontrol.

Adegan paling bikin tegang tuh saat Mia dan Aaryan diminta untuk menyelesaikan tugas bersama. Awalnya terlihat simpel—mereka harus memilih antara dua opsi untuk situasi hipotesis tentang membesarkan anak.

Namun, setiap jawaban yang mereka pilih malah mengarah pada lebih banyak pertanyaan dan jebakan psikologis. Aku sampai geregetan sendiri melihat bagaimana Virginia terus menggiring mereka ke sudut yang nggak ada jalan keluarnya.

Akting Elizabeth Olsen dan Himesh Patel di sini benar-benar keren deh. Aku bisa merasakan keputusasaan dan tekanan yang mereka alami. Olsen, khususnya, berhasil menampilkan perubahan emosional yang halus—dari percaya diri, mulai ragu, sampai akhirnya hampir menyerah.

Sementara Alicia Vikander? Dia benar-benar mencuri perhatian. Karakter Virginia bukan villain yang berteriak atau melakukan kekerasan, tapi setiap kata yang dia ucapkan terasa seperti jarum tajam yang menusuk perlahan. Ugh! 

Tema tentang ‘hak individu semacam ini’ memang terdengar fiksi banget, tapi kalau kita pikirkan lebih dalam, tidakkah dunia saat ini sudah mulai mengarah ke sana?

Beberapa negara pernah (atau masih) menerapkan kebijakan ketat soal kelahiran, seperti kebijakan satu anak di Tiongkok yang berlangsung selama puluhan tahun. 

Di sisi lain, teknologi fertilitas seperti bayi tabung juga semakin dikontrol dengan regulasi ketat. Ketika pemerintah mulai ikut campur dalam keputusan yang seharusnya bersifat pribadi, sampai sejauh mana kebebasan individu masih bisa dipertahankan? Hmmm … Film The Assessment sangat layak kamu tonton. 

Skor: 4/5

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak